ahlan wa sahlan

Semoga bermanfaat," Sampaikanlah Walau Hanya Satu Ayat"

Selasa, 05 Juni 2012

TANAMAN PARIA (Momordica charantia L.) (Makalah Pemuliaan Tanaman)





TANAMAN PARIA (Momordica charantia L.)
(Makalah Pemuliaan Tanaman)




Oleh


Kelompok 6



Ahmad Teddy W.                 0714041025
Darso Waluyo                        0914013084
Dian Mahdarrini                   0914013088
Herlin Yustina                       0914013110
Jan Christian                         0814013153








PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2011







I.                   PENDAHULUAN



I.1. Latar Belakang


Perkawinan antar spesies merupakan salah satu cara yang digunakan dalam meningkatkan keragaman genetik bahan pemuliaan. Keragaman tersebut nantinya akan diseleksi untuk mendapatkan varietas yang memiliki sifat unggul. Varietas bersifat unggul tersebut yang nantinya dapat dilepas sebagai varietas unggul.
Perkawinan silang antar spesies dan dalam spesies memiliki beberapa perbedaan dalam tingkat keragaman genetik nantinya. Jenis perkawinan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor. Sehingga dalam proses perkawinan dalam tanaman atau sering disebut dengan penyerbukan diperlukan pengetahuan khusus mengenai morfologi dan sifat-sifat pada bunga.
Pembungaan merupakan pertanda bahwa suatu tanaman sedang berada dalam kondisi generatif. Dalam botani bunga merupakan salah satu cara pengelompokan tanaman dalam taksonomi. Tanaman yang sedang berbunga memiliki aktivitas metabolisme yang berbeda dengan tanaman yang berada dalam fase vegetatifnya. Fase generatif tanaman tersebut lebih memfokuskan penggunaan karbohidrat dan senyawa-senyawa lain bagi pembentukan biji.Kemampuan setiap jenis tanaman untuk melakukan pembungaan berbeda baik dalam waktu pembungaan maupun waktu masaknya benang sari dan kepala putik.
Tanaman paria/ pare (Momordica charantia) berasal dari kawasan Asia Tropis, namun belum dipastikan sejak kapan tanaman ini masuk ke wilayah Indonesia. Saat ini tanaman pare sudah dibudidayakan di berbagai daerah di wilayah Nusantara. Umumnya, pembudidayaan dilakukan sebagai usaha sampingan. Pare ditanam di lahan pekarangan, atau tegalan, atau di sawah bekas padi sebagai penyelang pada musim kemarau.
Di alam, penyerbukan silang terjadi secara spontan.Penyerbukan tersebut terjadi dengan bantuan angin, serangga polinasi, dan hewan lainnya.Pada penyerbukan alami tidak diketahui sifat-sifat dari pohon induk apakah sifat dari pohon induk baik atau buruk sehingga tidak dapat dilakukan pengawasan dan berakibat pada hasil yang mengecewakan.Oleh karena itu, agar persilangan dapat dikontrol dan hasilnya sesuai dengan yang diharapkan maka manusia melakukan penyerbukan silang buatan (Wels, 1981).

Untuk mendapatkan varietas unggul dapat ditempuh melalui beberapa metode. Metode pemuliaan tanaman ini sangat ditentukan oleh sistem penyerbukan ataupun cara perkembangbiakan tanaman. Metode untuk tanaman menyerbuk sendiri berbeda untuk tanaman menyerbuk silang.Metode untuk tanaman yang dikembangbiakan secara seksual berbeda dengan yang dikembangbiakan secara aseksual (Sunarto, 1997).

Tujuan dalam pemuliaan tanaman secara umum diarahkan pada dua hal, yaitu peningkatan kepastian terhadap hasil yang tinggi dan perbaikan kualitas produk yang dihasilkan. Peningkatan kepastian terhadap hasil biasanya diarahkan pada :
1.      Peningkatan daya hasil.
2.      Ketahanan terhadap gangguan dari organisme lain atau lingkungan yang kurang mendukung.
3.      Daya tumbuh tanaman yang kuat.
4.      Kesesuaian terhadap teknologi pertanian yang lain.
Usaha perbaikan kualitas produk dapat diarahkan pada perbaikan ukuran, warna, kandungan bahan tertentu, pembuangan sifat-sifat yang tidak disukai, ketahanan simpan, atau keindahan serta keunikan.


I.2. Tujuan


Adapun tujuan dari pembuatan makalah tentang persilangan paria adalah :
1.      Mengetahui biologi bunga tanaman paria.
2.      Mempelajari proses penyerbukan dan persilangan antara tanaman paria yang berbeda varietas.



II.                PEMBAHASAN



II.1. Biologi bunga


Pare banyak terdapat di daerah tropika, tumbuh baik di dataran rendah dan dapat ditemukan tumbuh liar di tanah terlantar, tegalan, dibudidayakan atau ditanam di pekarangan dengan dirambatkan di pagar, untuk diambil buahnya. Tanaman ini tidak memerlukan banyak sinar matahari, sehingga dapat tumbuh subur di tempat-tempat yang agak terlindung.


Tanaman pare adalah tanaman setahun, Termasuk tumbuhan semusim (annual) yang besifat menjalar atau merambat, dan berbau tidak enak. Batang berusuk lima panjang 5m yang berambut cukup rapat, tidak berkayu, mempunyai sulur-sulur pembelit yang berbentuk pilin. Daun terbagi 5-9 dalam, bulat dengan pangkal daun bentuk jantung, garis tengah 4-17 cm, berbintik-bintik tembus cahaya, berbentuk menjari dengan permukaan atas berwarna hijau muda atau hijau kekuning-kuningan.Bunga tumbuh dari ketiak daun yang berwarna kuning menyala, bunganya terdiri dari bunga jantan dan bunga betina.Bunga betina yg berduri tempel halus dan berambut.Selain itu, bunga betina dapat menjadi buah berlekuk menyirip, tangkai bunga 5-15 cm dekat pangkalnya dengan daun pelindung bentuk jantung hingga bentuk ginjal. Panjang tangkai bunga jantan 2-5.5 cm, dan yang betina 1-10 cm. Kelopak bentuk lonceng, dengan banyak tusuk atau tulang membujur yang berakhir pada 2-3 sisik yang melengkung kebawah. Mahkota bentuk roda, taju bentuk memanjang hingga bulat telur terbalik, bertulang 1,5-2 berwarna oranye, semula bergandengan satu sama lainnya, kemudian lepas, ruang sari bentuk S. bunga betina mempunyai stamenodia 3 bentuk sisik, bakal buah berparung panjang , berduri tempel halus dan berambut panjang , putik 3 berlekuk 2 dalam atau diantaranya utuh. Viabilitas serbuk sari dapat diamati dengan mengecambahkan pada medium agar dan diuji dengan fluoresein diasetat.Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tahap awal bunga jantan muncul lebih dahulu dan setelah 17 bunga jantan kemudian diikuti munculnya bunga betina. Macam bunga yang muncul kemudian tidak memiliki keteraturan, namun setelah diamati selama 3,5 bulan dari 5 tanaman diketahui perbandingan jumlah bunga jantan terhadap bunga betina rata-rata pada satu tanaman adalah 14:1. Mikrosporogenesis menghasilkan tetrad tetrahedral, mikrogametogenesis menghasilkan dua inti sperma di dalam tabung serbuk sari.Serbuk sari berinti dua dan bertipe "tricolpate".Viabilitas serbuk sari tertinggi terjadi pada saat bunga mekar yang hanya berlangsung satu hari.Bakal biji bertipe anatropus, bitegmik, krasinuselat.Megasporogenesis menghasilkan tetrad megaspora bentuk linier danmegagametogenesis menghasilkan kantung embrio monosporik yang mengikuti tipe polygonum.Kepala putik berjumlah 3, bertipe basah, berpapila, Sedangkan tangkai putiknya termasuk tipe berongga.Kepala putik paling reseptif terjadi pada saat bunga mekar yang hanya berlangsung satu hari dan eksudat kepala putik mengandung karbohidrat, lipid dan protein. Pertumbuhan tabung serbuk sari tidak mengalami hambatan di kepala putik maupun tangkai putik, dan pembuahan terjadi 24 jam setelah penyerbukan. Sebagai agen penyerbuk diduga adalah lebah Apis sp. dan Colletes sp.
Buah berbentuk bulat panjang, permukaan buah berbentuk berbintil-bintil daging buahnya agak tebal, dan didalamnya terdapat sejumlah biji.Biji berbentuk bulat, berkulit agak tebal dan keras, serta permukaan tidak rata.Biji-biji ini dapat digunakan sebagai alat perbanyakan secara generatif.






                                                                             Gambar 1.2 Bunga Jantan Pare
Gambar 1.5 Bunga Betina Pare
Gambar 1.7 Biji Pare
Gambar 1.4 Morfologi Bunga Pare
Gambar 1.1 Tanaman Pare
Gambar 1.6 Bunga Betina Pare






Gambar 1.3 Bunga Betina Pare


II.2. Proses persilangan


Proses penyerbukan dalam tanaman dapat dibagi menjadi dua, yaitu penyerbukan sendiri dan penyerbukan silang. Penyerbukan sendiri (self pollination) terjadi apabila perpindahan tersebut terjadi pada satu bunga atau bunga lain pada satu tanaman. Sedangkan penyerbukan silang (cross pollination) terjadi bila serbuk sari berasal dari bunga tanaman lain.


Pemuliaan tanaman merupakan kegiatan untuk mengubah susunan genetik tanaman secara tetap sehingga memiliki sifat atau penampilan sesuai dengan tujuan yang diinginkan pelakunya.Pelaku kegiatan ini disebut pemulia tanaman.Pemuliaan tanaman umumnya mencakup tindakan penangkaran, persilangan, dan seleksi.Dasar pengetahuan mengenai perilaku biologi tanaman dan pengalaman dalam budidaya diperlukan dalam kegiatan ini sehingga sering kali dikatakan sebagai gabungan ilmu dan seni.


Berikut teknik penyilangan tanaman pare :

1.      Disiapkan bunga jantan dan betina yang akan digunakan sebagai induk. Bunga yang dipilih, baik jantan maupun betina adalah bunga yang masih agak menutup (kuncup) dan berwarna hijau. Hal ini dilakukan untuk menghindari bunga tersebut telah mengalami pembungaan.  
2.      Selanjutnya membuka mahkota bunga yang masih menutup pada bunga betina. Pembukaan ini harus dilakukan secara hati- hati agar kepala putuknya tidak patah. Setelah kepala putik terlihat, diambil benang sari dari bunga jantan dengan menggunakan pinset yang tajam dan mengesekkannya diatas kepala putik. Ketika kita mengesekkan benang sari di atas putik, serbuk sarinya akan mengenai kepala putik.
3.      Selanjutnya, bunga-bunga yang sudah dilakukan penyerbukan, tangkainya diikat dengan benang berwarna dan label untuk menjaga kekeliruan.


II.3. Cara/ teknik mengetahui keberhasilan persilangan


Cara/ teknik mengetahui keberhasilan persilangan adalah dengan melihat bunga betina yang sudah disilangkan apakah ada perbedaan bentuk pada bunga tersebut. Biasanya terlihat 2-3 hari setelah persilangan, dimana nantinya bunga yang ada di atas bakal buah betina akan layu lalu rontok. Kemudian, dengan tidak adanya bunga baru yang muncul di ketiak daun yang sama. Selain itu juga dengan melihat bekas potongan mahkota ketika kita membuka bunga betina, jika bakal buah yang disilangkan menunjukkan pembesaran bentuk dapat dikatakan persilangan tersebut berhasil.Hal ini dapat dilihat 4-6 hari setelah persilangan, keberhasilan persilangan juga dapat dilihat dari pangkal batang yang dekat dengan bakal buah, bila tampak layu dan kuning, persilangan tersebut dinyatakan gagal.

II.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan efisiensi persilangan


Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan persilangan adalah :
1.      Waktu pelaksanaan.
Waktu melakukan polinasi adalah pagi hari (kira-kira 08.00-09.00 wib) dimana bunga betina belum mekar sempurna tetapi bunga jantan sudah menunjukkan kematangan serbuk sari.
2.      Kondisi bunga jantan dan bunga betina (matang atau tidaknya/ siap atau tidaknya dilakukan persilangan).
Untuk bunga jantan dikatakan matang bila bunganya sudah mekar sempurna, dan warna serbuk sarinya kuning agak jingga sedangkan untuk bunga betina, bunga yang belum mekar atau masih kuncup.Karena apabila bunga tersebut sudah mekar dapat dikatakan sudah melakukan polinasi sendiri.
3.      Cuaca.
Cuaca lebih ditekankan pada hujan karena bila persilangan dilakukan pada saat mendung atau menandakan akan hujan, kemungkinan besar persilangan tersebut tidak akan berhasil melainkan busuk.
4.      Ketelitian peletakan serbuk di atas putik.




III.             KESIMPULAN



Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari teknik persilangan paria/pare adalah :
1.      Persilangan yang digunakan pada teknik penyilangan tanaman pare ini adalah intervarietal/ intraspesifik.
2.      Bunga jantan dan bunga betina pada tanaman pare memiliki masa reproduktif yang berbeda dimana bunga jantan lebih dahulu masak atau disebut dengan protandri.
3.      Teknik penyilangan tanaman pare dimulai dari pemilihan bunga-bunga induk jantan dan betina, kemudian dilakukan proses emaskulasi, proses penyerbukan, dan pemberian tanda/ tali untuk melihat hasil selama beberapa hari kemudian.
4.      Beberapa faktor sangat memengaruhi keberhasilan proses penyilangan pada tanaman pare, yaitu waktu pelaksanaan, kematangan bunga jantan dan betina, cuaca, dan ketelitian peletakan serbuk sari pada kepala putik.

























IV.             DAFTAR PUSTAKA



Anonim A. 2011. Pare.http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=92. Diakses tanggal 19 Maret 2011 pada pukul 19.44 wib.
Anonim C. 2008. http://fufoe.wordpress.com/2008/05/28/biologi-bunga/. Diakses tanggal 19 Maret 2011 pada pukul 20.07 wib.
Daryanto dan Siti Satifah. 1984. Pengetahuan Dasar Biologi Bunga Dan Teknik Penyerbukan Silang Buatan. Gramedia, Jakarta. 154 halaman
Tjitrosomo, Siti Sutarmi dkk. 1999. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. 255 halaman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar