TANAMAN PARIA (Momordica charantia L.)
(Makalah Pemuliaan Tanaman)
Oleh
Kelompok 6
Ahmad Teddy W. 0714041025
Darso Waluyo 0914013084
Dian Mahdarrini 0914013088
Herlin Yustina 0914013110
Jan Christian 0814013153
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2011
I.
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Perkawinan antar spesies merupakan salah satu cara yang
digunakan dalam meningkatkan keragaman genetik bahan pemuliaan. Keragaman
tersebut nantinya akan diseleksi untuk mendapatkan varietas yang memiliki sifat
unggul. Varietas bersifat unggul tersebut yang nantinya dapat dilepas sebagai
varietas unggul.
Perkawinan
silang antar spesies dan dalam spesies memiliki beberapa perbedaan dalam
tingkat keragaman genetik nantinya. Jenis perkawinan tersebut dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Sehingga dalam proses perkawinan dalam tanaman atau sering
disebut dengan penyerbukan diperlukan pengetahuan khusus mengenai morfologi dan
sifat-sifat pada bunga.
Pembungaan
merupakan pertanda bahwa suatu tanaman sedang berada dalam kondisi generatif.
Dalam botani bunga merupakan salah satu cara pengelompokan tanaman dalam taksonomi. Tanaman
yang sedang berbunga memiliki aktivitas metabolisme yang berbeda dengan tanaman
yang berada dalam fase vegetatifnya. Fase generatif tanaman tersebut lebih
memfokuskan penggunaan karbohidrat dan senyawa-senyawa lain bagi pembentukan
biji.Kemampuan setiap jenis tanaman untuk melakukan pembungaan berbeda baik
dalam waktu pembungaan maupun waktu masaknya benang sari dan kepala putik.
Tanaman
paria/ pare (Momordica charantia) berasal dari kawasan Asia
Tropis, namun belum dipastikan sejak kapan tanaman ini masuk ke wilayah
Indonesia. Saat ini tanaman pare sudah dibudidayakan di berbagai daerah di
wilayah Nusantara. Umumnya, pembudidayaan dilakukan sebagai usaha sampingan.
Pare ditanam di lahan pekarangan, atau tegalan, atau di sawah bekas padi
sebagai penyelang pada musim kemarau.
Di alam, penyerbukan silang terjadi secara
spontan.Penyerbukan tersebut terjadi dengan bantuan angin, serangga polinasi,
dan hewan lainnya.Pada penyerbukan alami tidak diketahui sifat-sifat dari pohon
induk apakah sifat dari pohon induk baik atau buruk sehingga tidak dapat
dilakukan pengawasan dan berakibat pada hasil yang mengecewakan.Oleh karena
itu, agar persilangan dapat dikontrol dan hasilnya sesuai dengan yang
diharapkan maka manusia melakukan penyerbukan silang buatan (Wels, 1981).
Untuk mendapatkan varietas unggul dapat ditempuh
melalui beberapa metode. Metode pemuliaan tanaman ini sangat ditentukan oleh
sistem penyerbukan ataupun cara perkembangbiakan tanaman. Metode untuk tanaman
menyerbuk sendiri berbeda untuk tanaman menyerbuk silang.Metode untuk tanaman
yang dikembangbiakan secara seksual berbeda dengan yang dikembangbiakan secara
aseksual (Sunarto, 1997).
Tujuan dalam pemuliaan tanaman secara umum diarahkan
pada dua hal, yaitu peningkatan kepastian terhadap hasil yang tinggi dan
perbaikan kualitas produk yang dihasilkan. Peningkatan kepastian terhadap hasil
biasanya diarahkan pada :
1. Peningkatan
daya hasil.
2. Ketahanan
terhadap gangguan dari organisme lain atau lingkungan yang kurang mendukung.
3. Daya
tumbuh tanaman yang kuat.
4. Kesesuaian
terhadap teknologi pertanian yang lain.
Usaha perbaikan kualitas produk dapat diarahkan pada
perbaikan ukuran, warna, kandungan bahan tertentu, pembuangan sifat-sifat yang
tidak disukai, ketahanan simpan, atau keindahan serta keunikan.
I.2. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah tentang
persilangan paria adalah :
1. Mengetahui
biologi bunga tanaman paria.
2. Mempelajari
proses penyerbukan dan persilangan antara tanaman paria yang berbeda varietas.
II.
PEMBAHASAN
II.1. Biologi bunga
Pare banyak
terdapat di daerah tropika, tumbuh baik di dataran rendah dan dapat ditemukan
tumbuh liar di tanah terlantar, tegalan, dibudidayakan atau ditanam di
pekarangan dengan dirambatkan di pagar, untuk diambil buahnya. Tanaman ini
tidak memerlukan banyak sinar matahari, sehingga dapat tumbuh subur di
tempat-tempat yang agak terlindung.
Tanaman
pare adalah tanaman setahun, Termasuk tumbuhan semusim (annual) yang besifat
menjalar atau merambat, dan berbau tidak enak. Batang berusuk lima panjang 5m
yang berambut cukup rapat, tidak berkayu, mempunyai sulur-sulur pembelit yang
berbentuk pilin. Daun terbagi 5-9 dalam, bulat dengan pangkal daun bentuk
jantung, garis tengah 4-17 cm, berbintik-bintik tembus cahaya, berbentuk
menjari dengan permukaan atas berwarna hijau muda atau hijau kekuning-kuningan.Bunga
tumbuh dari ketiak daun yang berwarna kuning menyala, bunganya terdiri dari
bunga jantan dan bunga betina.Bunga betina yg berduri tempel halus dan berambut.Selain
itu, bunga betina dapat menjadi buah berlekuk menyirip, tangkai bunga 5-15 cm
dekat pangkalnya dengan daun pelindung bentuk jantung hingga bentuk ginjal.
Panjang tangkai bunga jantan 2-5.5 cm, dan yang betina 1-10 cm. Kelopak bentuk
lonceng, dengan banyak tusuk atau tulang membujur yang berakhir pada 2-3 sisik
yang melengkung kebawah. Mahkota bentuk roda, taju bentuk memanjang hingga
bulat telur terbalik, bertulang 1,5-2 berwarna oranye, semula bergandengan satu
sama lainnya, kemudian lepas, ruang sari bentuk S. bunga betina mempunyai
stamenodia 3 bentuk sisik, bakal buah berparung panjang , berduri tempel halus
dan berambut panjang , putik 3 berlekuk 2 dalam atau diantaranya utuh. Viabilitas
serbuk sari dapat diamati dengan mengecambahkan pada medium agar dan diuji
dengan fluoresein diasetat.Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tahap
awal bunga jantan muncul lebih dahulu dan setelah 17 bunga jantan kemudian
diikuti munculnya bunga betina. Macam bunga yang muncul kemudian tidak memiliki
keteraturan, namun setelah diamati selama 3,5 bulan dari 5 tanaman diketahui
perbandingan jumlah bunga jantan terhadap bunga betina rata-rata pada satu
tanaman adalah 14:1. Mikrosporogenesis menghasilkan tetrad tetrahedral,
mikrogametogenesis menghasilkan dua inti sperma di dalam tabung serbuk
sari.Serbuk sari berinti dua dan bertipe "tricolpate".Viabilitas
serbuk sari tertinggi terjadi pada saat bunga mekar yang hanya berlangsung satu
hari.Bakal biji bertipe anatropus, bitegmik, krasinuselat.Megasporogenesis
menghasilkan tetrad megaspora bentuk linier danmegagametogenesis menghasilkan
kantung embrio monosporik yang mengikuti tipe polygonum.Kepala putik berjumlah
3, bertipe basah, berpapila, Sedangkan tangkai putiknya termasuk tipe
berongga.Kepala putik paling reseptif terjadi pada saat bunga mekar yang hanya
berlangsung satu hari dan eksudat kepala putik mengandung karbohidrat, lipid
dan protein. Pertumbuhan tabung serbuk sari tidak mengalami hambatan di kepala
putik maupun tangkai putik, dan pembuahan terjadi 24 jam setelah penyerbukan.
Sebagai agen penyerbuk diduga adalah lebah Apis sp. dan Colletes sp.
Buah
berbentuk bulat panjang, permukaan buah berbentuk berbintil-bintil daging
buahnya agak tebal, dan didalamnya terdapat sejumlah biji.Biji berbentuk bulat,
berkulit agak tebal dan keras, serta permukaan tidak rata.Biji-biji ini dapat
digunakan sebagai alat perbanyakan secara generatif.
Gambar
1.2 Bunga Jantan Pare
Gambar 1.5 Bunga Betina Pare
|
Gambar 1.7 Biji Pare
|
Gambar 1.4 Morfologi Bunga Pare
|
Gambar 1.1 Tanaman Pare
|
Gambar 1.6 Bunga Betina Pare
|
Gambar 1.3 Bunga Betina Pare
|
II.2.
Proses persilangan
Proses penyerbukan dalam tanaman dapat dibagi menjadi dua,
yaitu penyerbukan sendiri dan penyerbukan silang. Penyerbukan sendiri (self
pollination) terjadi apabila perpindahan tersebut terjadi pada satu bunga
atau bunga lain pada satu tanaman. Sedangkan penyerbukan silang (cross
pollination) terjadi bila serbuk sari berasal dari bunga tanaman lain.
Pemuliaan tanaman merupakan kegiatan untuk mengubah
susunan genetik tanaman secara tetap sehingga memiliki sifat atau penampilan
sesuai dengan tujuan yang diinginkan pelakunya.Pelaku kegiatan ini disebut pemulia tanaman.Pemuliaan tanaman
umumnya mencakup tindakan penangkaran, persilangan, dan seleksi.Dasar
pengetahuan mengenai perilaku biologi tanaman dan pengalaman dalam budidaya
diperlukan dalam kegiatan ini sehingga sering kali dikatakan sebagai gabungan
ilmu dan seni.
Berikut teknik penyilangan tanaman pare :
1. Disiapkan
bunga jantan dan betina yang akan digunakan sebagai induk. Bunga yang dipilih,
baik jantan maupun betina adalah bunga yang masih agak menutup (kuncup) dan
berwarna hijau. Hal ini dilakukan untuk menghindari bunga tersebut telah
mengalami pembungaan.
2.
Selanjutnya membuka mahkota bunga yang
masih menutup pada bunga betina. Pembukaan ini harus dilakukan secara hati-
hati agar kepala putuknya tidak patah. Setelah kepala putik terlihat, diambil
benang sari dari bunga jantan dengan menggunakan pinset yang tajam dan
mengesekkannya diatas kepala putik. Ketika kita mengesekkan benang sari di atas
putik, serbuk sarinya akan mengenai kepala putik.
3. Selanjutnya,
bunga-bunga yang sudah dilakukan penyerbukan, tangkainya diikat dengan benang
berwarna dan label untuk menjaga kekeliruan.
II.3.
Cara/ teknik mengetahui keberhasilan persilangan
Cara/ teknik mengetahui keberhasilan persilangan
adalah dengan melihat bunga betina yang sudah disilangkan apakah ada perbedaan
bentuk pada bunga tersebut. Biasanya terlihat 2-3 hari setelah persilangan,
dimana nantinya bunga yang ada di atas bakal buah betina akan layu lalu rontok.
Kemudian, dengan tidak adanya bunga baru yang muncul di ketiak daun yang sama.
Selain itu juga dengan melihat bekas potongan mahkota ketika kita membuka bunga
betina, jika bakal buah yang disilangkan menunjukkan pembesaran bentuk dapat
dikatakan persilangan tersebut berhasil.Hal ini dapat dilihat 4-6 hari setelah
persilangan, keberhasilan persilangan juga dapat dilihat dari pangkal batang
yang dekat dengan bakal buah, bila tampak layu dan kuning, persilangan tersebut
dinyatakan gagal.
II.4.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan efisiensi persilangan
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan
persilangan adalah :
1. Waktu
pelaksanaan.
Waktu melakukan polinasi adalah
pagi hari (kira-kira 08.00-09.00 wib) dimana bunga betina belum mekar sempurna
tetapi bunga jantan sudah menunjukkan kematangan serbuk sari.
2. Kondisi
bunga jantan dan bunga betina (matang atau tidaknya/ siap atau tidaknya
dilakukan persilangan).
Untuk bunga jantan dikatakan matang
bila bunganya sudah mekar sempurna, dan warna serbuk sarinya kuning agak jingga
sedangkan untuk bunga betina, bunga yang belum mekar atau masih kuncup.Karena
apabila bunga tersebut sudah mekar dapat dikatakan sudah melakukan polinasi
sendiri.
3. Cuaca.
Cuaca lebih ditekankan pada hujan
karena bila persilangan dilakukan pada saat mendung atau menandakan akan hujan,
kemungkinan besar persilangan tersebut tidak akan berhasil melainkan busuk.
4. Ketelitian
peletakan serbuk di atas putik.
III.
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari teknik
persilangan paria/pare adalah :
1. Persilangan
yang digunakan pada teknik penyilangan tanaman pare ini adalah intervarietal/
intraspesifik.
2. Bunga
jantan dan bunga betina pada tanaman pare memiliki masa reproduktif yang
berbeda dimana bunga jantan lebih dahulu masak atau disebut dengan protandri.
3. Teknik
penyilangan tanaman pare dimulai dari pemilihan bunga-bunga induk jantan dan
betina, kemudian dilakukan proses emaskulasi, proses penyerbukan, dan pemberian
tanda/ tali untuk melihat hasil selama beberapa hari kemudian.
4. Beberapa
faktor sangat memengaruhi keberhasilan proses penyilangan pada tanaman pare,
yaitu waktu pelaksanaan, kematangan bunga jantan dan betina, cuaca, dan
ketelitian peletakan serbuk sari pada kepala putik.
IV.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim
A. 2011. Pare.http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=92. Diakses tanggal
19 Maret 2011 pada pukul 19.44 wib.
Anonim
B. 2011. Peria.http://id.wikipedia.org/wiki/Peria.
Diakses tanggal 19 Maret 2011 pada pukul 19.37 wib.
Anonim
C. 2008. http://fufoe.wordpress.com/2008/05/28/biologi-bunga/. Diakses tanggal
19 Maret 2011 pada pukul 20.07 wib.
Daryanto dan
Siti Satifah. 1984. Pengetahuan Dasar Biologi Bunga Dan Teknik Penyerbukan
Silang Buatan. Gramedia, Jakarta. 154 halaman
Tjitrosomo,
Siti Sutarmi dkk. 1999. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta. 255 halaman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar