ahlan wa sahlan

Semoga bermanfaat," Sampaikanlah Walau Hanya Satu Ayat"

Selasa, 05 Juni 2012

SERANGAN HAMA NIR SERANGGA ( Tugas Hama Nir Serangga )


SERANGAN HAMA NIR SERANGGA
( Tugas Hama Nir Serangga )





Oleh
Darso Waluyo
0914013084
Kelas B
Kelompok 6



















PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2011

Serangan Babi Hutan Resahkan Warga Pulau Sanghyang
Kamis, 22 September 2011 - 17:39 WIB
| More
Serangan Babi Hutan Resahkan Warga Pulau Sanghyang
SERANG (Pos Kota) – Serangan hama babi hutan meresahkan warga di Pulau Sanghyang, Desa Cikoneng, Kecamatan Anyer, Kabupaten Serang. Serangan hama binatang liar tersebut merusak lahan perkebunan warga.
Aminah, 35, warga Pulau Sanghyang, mengatakan, babi hutan tersebut menghancurkan perkebunan warga. “Memang sudah lama, namun hama babi nggak sebanyak dan seganas seperti sekarang ini,” kata Aminah di Serang, Kamis (22/9).
Aminah mengatakan, saat ini masyarakat sudah tidak menggarap lahan perkebunanan mereka lagi.  “Sekarang warga disini sudah tidak bisa apa-apa lagi. Tanaman ubi, singkong pisang abis terus di rusak bedul (babi hutan). Padahal hasil kebun itu buat kita hidup kalau lagi musim angin barat,” katanya.
Aminah menuturkan, mayoritas mata pencaharian warga Pulau Sanghyang adalah nelayan. Tapi jika tiba musim angin barat, mereka akan beralih mata pencaharian menjadi bercocok tanam. “Kalau hasil kebun dirusak, kita mau makan apalagi ? Beberapa tahun terahir ini warga sering kelaparan, karena persediaan beras dan bahan makanan tidak ada,” kata Aminah.
Babi-babi tersebut, kata Aminah memiliki postur yang besar sehingga anjing peliharaan warga tak mampu menghalau babi-babi tersebut. “Anjing peliharaan malah kalah. Babi keluarnya saat malam hari, kalau siang tidak ada,” kata Aminah.
Ketua RT Pulau Sanghyang Engkos Kosasih mengatakan, hama babi hutan seperti disengaja dibuat oleh orang yang menginginkan warga di pulau Sanghyang pergi dan mengosongkan pulau.
“Sekarang mungkin ada 500 ekor. Sebelum 2004 babi itu tidak ada, paling disini binatangnya monyet, tapi itu tidak mengganggu. Sekarang babi itu merusak tanaman perkebunan Cuma kelapa aja yang tidak dirusak,” katanya.
Kosasih mengungkapkan, jumlah kepala keluarga (KK) di Pulau Sanghyang ada 44 KK dengan jumlah jiwa 185 jiwa. “Luas pulau ada sekitar 700 hektar,” katanya.
Camat Anyer, Rudianto mengaku aneh dengan tiba-tiba banyaknya babi hutan di Pulau Sanghyang. “Dulu tidak ada itu babi hutan,” katanya.
Terkait dugaan warga yang menganggap keberadaan babi hutan di sengaja oleh oknum tertentu, kata Rudi, pihaknya harus melakukan penyelidikan untuk mengetahui kebenarannya. “Dugaan itu harus di teliti dulu,” kata Rudi seraya mengatakan pihaknya akan berupaya memberantas hama babi hutan dengan meminta bantuan dari berbagai pihak. (haryono/dms)

Ringkasan:
Hama babi hutan merusak perkebunan warga di Pulau Sanghyang, Desa Cikoneng, Kecamatan Anyer, Kabupaten Serang. Pulau Sanghyang memiliki luas sekitar700 hektar, mata pencaharian utama penduduk disana adalah nelayan,namun jika dating musim barat, maka mereka beralih menjadi petani. Mereka menanam ubi,jagung, pisang dan sebagainya untuk menyambung hidup. Tetapi akhir- akhir ini tanaman mereka selalu dirusak oleh babi hutan, kecuali kelapa. Warga tidak dapat berbuat banyak dalam menangani masalah ini dikarenakan jumlah babi hutan yang diperkiakan mencapai 500 ekor. Selain itu, ukuran babi yang hampir sebesar anjing membuat warga semakin tidak bisa berbuat banyak. Menurut warga, ini terjadi seperti diinginkan oleh oknum tertentu, yang menginginkan mereka pergi dari pulau Sanghyang. Tetapi ini akan diselidiki lebih lanjut oleh dinas terkait.

Serangan Babi Hutan di Wonosobo Makin Mengganas

 06 Agustus 2011 | 13:25 wib
Wonosobo, CyberNews. Sebanyak 15 hektare lahan jagung di Desa Mutisari, Kecamatan Watumalang diserang hama babi hutan. Akibatnya, petani terpaksa gagal panen. Sudah setahun ini babi hutan menyerang lahan pertanian milik warga dan akhir akhir ini serangan terus meningkat.
Sebelumnya, hal sama juga terjadi di Desa Mlandi, Desa Sitiharjo dan Desa Tegalsari Kecamatan Garung yang mengakibatkan lahan pertanian sekitar 10 hektare gagal panen. Daerah pertanian Wonosobo sangat rawan adanya serangan hewan liarkarena letaknya berdekatan dengan hutan.
Kepala Desa Mutisari, Watumalang, Mahyatus MA mengatakan, lahan yang berada di pinggir hutan menjadi sasaran empuk babi hutan dengan kerusakan total. Warga sudah berusaha membasmi dengan berburu menggunakan peralatan tradisional seperti tombak dan parang.
"Serangan tak kunjung reda dan malah terus bertambah parah," katanya, Sabtu (6/8).
Ketua gapoktan Desa Mutisari, Cipyanto membenarkan hal tersebut. Dia mengatakan, lahan ketela juga menjadi sasaran serangan babi hutan. Akibat serangan tersebut, petani merugi jutaan rupiah dan terancam krisis pangan, mengingat jagung yang ditanam untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari.
"Kami berharap Pemda memikirkan dan menangani hal itu agar pertanian Desa Mutisari kembali normal," harapnya.
( Rinto Hariyadi / CN27 / JBSM )
Ringkasan:
Lahan jagung di Desa Mutisari, Kecamatan Watumalang diserang hama babi hutan. Bukan hanya menyerang desa ini, ttapi sebelumnya babi juga menyerang tanaman di Desa Mlandi, Desa Sitiharjo dan Desa Tegalsari Kecamatan Garung. Akibatnya warga gagal panen dan menderita kerugian jutaan rupiah. Hal ini telah berlangsung selama hampir satu tahun. Selain lahan jagung yang diperkirakan seluas 15 hektar, lahan ketela seluas 10 hektar pun menjadi sasaran babi hutan ini. Kondisi desa yang berdekatan dengan hutan menjadi salah satu faktor diserangnya lahan warga. Walaupun warga telah berusaha mengendalikan hama ini dengan diburu, tetapi hama ini tetap saja ada  malah cenderung meningkat.

Hama Tikus Serang Tanaman Padi

4 Juni 2011 | 09:23 wib
Wonosobo, CyberNews. Memasuki musim tanam padi, petani di Kecamatan Kepil diresahkan dengan adanya serangan hama tikus. Tanaman padi yang diserang mulai dari usia 15-30 hari. Meski serangan hama tikus belum mengganas, namun petani sangat khawatir gagal panen. Pasalnya tahun lalu hama tikus yang menyerang menyebabkan puluhan hectare lahan gagal panen. 
Hal itu dikatakan Muslim (40), Kaur Kesra Desa Kalikarung, Kecamatan Kepil saat ditemui di rumahnya. Dia mengatakan, hama tikus saat ini mulai menyerang lahan tanaman padi. Petani merasa khawatir karena perkembangbiakan tikus sangat pesat sehingga membutuhkan langkah antisipasi.
"Kalikarung berpotensi serangan hama tikus. Tiga tahun lalu puluhan hektare lahan gagal panen dan akhirnya beberapa petani mengalih fungsikan lahan padi menjadi lahan albasiah. Saat ini daerah rawan tikus dan sedang diawasi yakni Dusun Ngabean, Babrakan dan Pucungroto," katanya.
Dijelaskan, langkah antisipasi sudah dilakukan dengan menerapkan pola tanam bersama atau serempak. Dengan langkah tersebut dapat meminimalisir serangan hama tikus. Selain itu, beberapa petani membentengi tepi sawah dengan plastik agar tikus takut masuk sawah.
"Sangking traumanya terhadap serangan tikus, petani pun menggelar mujahadah rutin di masing-masing dusun. Namun hama tikus masih saja menyerang," jelasnya.
Sementara, menurut Pengamat Hama Kecamatan Kepil dan Sapuran, H. Achmad Yunus SP mengatakan, di Kecamatan Kepil yang berpotensi serangan hama tikus adalah Desa Teges Wetan, Jangkrikan termasuk Daerah Aliran Sungai (DAS) 'Jali' utama Kalikarung.
Pihaknya sudah melakukan langkah antisipasi dengan mengumpulkan ketua kelompok tani dan pihak terkait. Kelompok tani diminta untuk selalu koordinasi dengan PPL dan mendata serangan tikus yang ada.
"Kami telah menyiapkan obat pembasmi tikus. Jika sudah ada gejala serangan segera untuk mengajukan bantuan obat tikus," ungkapnya.


Selain itu, petani diimbau untuk mengontrol lubang sarang tikus di sekitar area sawah. Jika mendapati sarang tikus agar segera diobati dan ditutup. Antisipasi hama tikus hanya bisa dilakukan secara serentak oleh seluruh petani. Karena daya tempuh tikus yang sangat jauh sekitar 5 kilometer.
"Kalau mau berantas tikus harus serentak beberapa desa agar lebih efektif," jelasnya.
( Rinto Hariyadi / CN34 / JBSM )

Ringkasan:
Petani di Kecamatan Kepil diresahkan dengan adanya serangan hama tikus pada areal persawahan mereka. Walaupun serangan belum merugikan, tetapi petani khawatir kejadian tiga tahun lalu terulang lagi, dimana para petani gagal panen karena serangan hama ini. Tanaman padi yang diserang mulai dari usia 15-30 hari.  Para petani pun telah berusaha meminimalisir serangan dengan melakukan pola tanam serempak, bahkan membentengi sawah mereka dengan plastik. Dari instansi terkait telah melakukan upaya antisipasi dengan mengumpulkan ketua kelompok tani di masing-masing desa dan menghimbau wargu untuk meletakkan racun pada lubang-lubang yang merupakan sarnag tikus. Mereka juga diminta untuk memberantas tikus secara serempak dibeberapa desa agar pengendalian ini menjadi lebih efektif.


Hama Tikus Serang Kulon Progo

18 September 2011 | 08:11 wib
Kulon Progo, CyberNews. Petani di Kecamatan Nanggulan, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terancam gagal panen, dikarenakan serbuan hama tikus. Sedikitnya 450 Hektare Lahan persawahan terserang hama tikus sejak proses persemaian benih, sejak bulan Agustus kemarin hingga sekarang.
Petugas Penyuluh Pertanian Lapangan Nanggulan Hartono di Nanggulan, Sabtu (17/9), mengatakan saat ini hama tikus sudah menyerang lahan persawahan petani mulai dari persemaian hingga tanaman padi umur 10 hari.
"Serangan hama tikus menyebabkan 450 hektare sawah di Desa Jatisarono, Kecamatan Nanggulan, terancam rusak dan gagal panen. Serangan hama tikus itu sangat mengkhawatirkan untuk kelangsungan tanaman padi. Oleh karena itu, kami dari Dinas Pertanian Kulon Progo bersama petani melakukan gerakan pasang umpan tikus secara massal," katanya.
Guna mencegah dampak semakin meluasnya serangan hama tikus, kalangan petani di Kecamatan Nanggulan, melakukan gerakan pasang umpan tikus secara massal.
Hartono mengatakan, untuk mengantisipasi seranga hama tikus yang lebih luas, cara efektif yakni melakukan pemasangan umpan dan menutup lubang tikus, serta pengasapan lubang. "Ini cara paling efektif untuk memusnakah hama tikus. Kami dan petani akan terus melakukan pemantaun hingga dua minggu kedepan," katanya.
( Ant / CN34 )

Ringkasan:
Petani di Kecamatan Nanggulan, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta terancam gagal panen, dikarenakan serbuan hama tikus. Sedikitnya 450 Hektar lahan persawahan terserang hama tikus sejak proses persemaian benih (sejak beumur 10 hari). Oleh karena itu, Dinas Pertanian Kulon Progo bersama petani melakukan gerakan pasang umpan tikus secara missal. Dan untuk mengantisipasi seranga hama tikus yang lebih luas, cara efektif  lainnya yakni melakukan pemasangan umpan dan menutup lubang tikus, serta pengasapan lubang.

Serangan Babi Hutan Semakin Meluas

SUMBER, (PRLM).- Serangan babi hutan di Kabupaten Cirebon kian meluas, jika sebelumnya hanya di wilayah Kecamatan Beber dan Talun, kini sudah merambah ke Kecamatan Mundu dan Greged.
Informasi yang dihimpun Senin (25/4) menyebutkan, para petani di wilayah Kec. Mundu dan Greged saat ini sudah bingung untuk mengatasi hama yang memakan dan merusak tanaman padi dan palawija mereka. "Babi liar yang biasa bersembunyi di hutan dataran yang tinggi dan lembah bersemak belukar itu kalau menyerang berkelompok, bisa puluhan, banyak di antaranya yang besar-besar hingga takut melawannya," kata Udin, seorang petani di Desa Situpatok Kec. Mundu.
Menurut dia babi liar tersebut biasanya senang hidup di kawasan yang terdapat air dan dekat dengan makanan kesukaannya. Tak heran jika kawanan babi itu pun sering muncul di sekitar situ Patok yang banyak air.
Udin berharap Pemkab, melalui dinas terkait atau Perbakin bisa membantu mengatasi serangan satwa liar tersebut, karena petani sudah tak sanggup lagi membasminya.
Hal senada disampaikan Muhadi, warga Desa Sinarrancang, Kec. Mundu dan Rahman, petani asal Greged. Mereka bersama petani lainnya pernah mencoba membasmi babi dengan cara memberikan umpan namun, hasilnya tidak efektif.
Rahman menyebutkan, kawanan babi tersebut makannya sangat rakus bisa tanaman padi, singkong, jagung, ubi jalar dan palawija lainnya. Mereka juga kerap mengendus cacing tanah hingga tanaman menjadi rusak.
Sebelumnya, puluhan hektare tanaman padi dan palawija di wilayah Desa Kondangsari, Kec. Beber, Kab. Cirebon hingga perbatasan kawasan Karangwuni, Kec. Harjamukti Kota Cirebon diserang kawanan babi hutan. Bahkan, sebagian padang golf Ciperna, Kec. Talun, Kab. Cirebon turut menjadi sasaran hewan liar tersebut.
Serangan babi hutan tersebut telah berlangsung dalam beberapa minggu terakhir, meskipun telah dilakukan perburuan atas hewan pengganggu itu namun, jumlahnya semakin banyak. "Serangan itu sudah berlangsung sejak beberapa minggu terakhir. Sejumlah orang telah menjebak dan menembak kawanan babi, tapi jumlahnya seperti semakin banyak," kata Ansori, warga Desa Kondangsari.
Menurut dia, setiap pekan ada beberapa kelompok orang, di antaranya dari Perbakin memburu babi liar itu dan berhasil mematikannya rata-rata 4 hingga 6 ekor, tetapi babi hutan terlihat masih bermunculan. Serangan terutama di lahan yang berada di sekitar lembah bukit.
Serangan babi hutan juga sampai ke daerah Sumurwuni, Kec. Harjamukti Kota Cirebon. Mereka merusak tanaman padi yang belum keluar bulir dan tanaman palawija.
Kepala Dinas Pertanian Perkebunan Peternakan dan Kehutanan (DPPPK) Kab. Cirebon, H. Ali Efendi mengakui adanya serangan kawanan babi hutan tersebut, dan DPPPK sudah memberikan bantuan berupa pestisida.(A-146/kur).***


Serangan Tikus Mengganas di Cirebon

PostDateIconTuesday, 08 March 2011 09:11 | PDFPrintE-mail
http://ditjenbun.deptan.go.id/perlindungan/images/stories/tikus%20depan.jpgCirebon – Kawanan tikus telah menyerang ratusan hektar tanaman tebu di wilayah Cirebon. Dari 6.500 ha lahan tebu rakyat pada musim tanam 2011, diperkirakan 1.500 hektar tanaman tebu rusak akibat serangan hama tikus. Akibat serangan hama tikus, tanaman tebu  terancam tidak dapat diproses menjadi gula karena banyak batang yang patah hingga roboh dan mati. Hal ini akan mengancam produksi gula secara nasional,
Kabupaten Cirebon merupakan salah satu sentra produksi gula nasional. Dari tahun ke tahun produksi gula di Kabupaten ini terus menurun. Sebelum tahun 1994 terdapat 4 unit Pabrik Gula (PG) yaitu PG Gempol, PG Sindang Laut, PG Tersana Baru dan PG Karangsuwung. Ke 4 PG ini  mampu menampung sekitar 11.000 hektar tanaman tebu.

Akibat penurunan produksi yang disebabkan oleh penurunan areal dan produktivitas tebu, maka pada tahun 1994 PG Gempol ditutup. Penutupan PG ini salah satunya adalah karena tingginya intensitas serangan hama tikus, sehingga petani mengalami kerugian dan enggan untuk bertanam tebu kembali. Akibatnya, pada musim tanam berikutnya luas areal semakin menurun dan tidak dapat memenuhi kapasitas giling di PG Gempol.

Akankah penutupan PG di wilayah Cirebon terulang kembali...?

Dari hasil pengamatan lapangan di wilayah Pabrik Gula Sindang Laut pada musim tanam 2010/2011 sekitar 37,45 ha  dari luas lahan tebu 341,88 ha telah rusak akibat serangan hama tersebut. Ini masih dari satu wilayah Pabrik Gula saja, belum lagi dari 2 PG lainnya.

Tikus merupakan binatang pengerat yang mampu menyerang tanaman tebu selama 24 jam, tetapi serangan secara massal dilakukan pada malam hari. Tikus besar biasanya beroperasi saat matahari terbenam yang memakan bagian batang tanaman tebu, sedangkan tikus kecil memangsa tebu bagian atas/ pucuk yang dilakukan pada siang dan malam hari.

http://ditjenbun.deptan.go.id/perlindungan/images/stories/bekas%20serangan%20tikus.jpg
Perkembangbiakan tikus sangat cepat, dalam setahun sepasang tikus dapat beranak hingga 1.270 ekor. Kawasan yang disukai tikus untuk berkembang biak adalah di pematang-pematang sawah, tanggul-tanggul sungai dan saluran irigasi serta sepanjang rel kereta api karena adanya remah-remah sisa makanan yang di buang oleh penumpang kereta api.
Anomali iklim seperti saat ini dengan hujan yang turun sepanjang tahun menjadi penyebab ledakan populasi tikus, hal ini karena makanan selalu tersedia. Berbeda saat kemarau, air dan makanan tikus tidak ada sehingga tikus bisa mati. Jenis tikus yang dominan adalah tikus sawah (Rattus argentiventer  Rob  & Kloss), juga ditemukan tikus wirok (Bandicota indica  Bechstein) dan tikus ladang/tikus kecil  (Rattus exulans Peale).
Serangan tikus sawah pada pertanaman tebu biasanya meningkat bila di lapangan tidak ditemukan lagi pertanaman padi ataupun palawija  sebagai sumber makanan utamanya, selain itu juga disebabkan karena perburuan ular sawah dan predator tikus lainnya, sehingga tikus dengan leluasa beranak pinak.
http://ditjenbun.deptan.go.id/perlindungan/images/stories/serangan%20tikus.jpg
Serangan hama tikus juga diakibatkan karena pola tanam tidak bersamaan, sehingga memungkinkan selalu tersedianya makanan bagi tikus. ”Sebagian besar lahan pertanian yang rusak diserang tikus karena berdekatan dengan lahan tebu, sehingga ketika padi sudah dipanen, tikus ganti menyerang tebu. Demikian sebaliknya, saat panen tebu, tikus beralih menyerang padi.," ujar H. Ade Hasan Kepala Bidang Perkebunan Dinas Pertanian Perkebunan Peternakan dan Kehutanan Kabupaten Cirebon.

Sesuai pemantauan di lapangan di Desa Sigong, Sigong Hilmi dan Beringin di wilayah PG. Sindang Laut (17/02/2011), lahan tebu milik petani yang rusak akibat serangan hama tikus dibiarkan saja. Hal ini sengaja dilakukan sebagai barrier untuk mengamankan lahan tebu yang baru ditanam disekitar lahan yang terserang, sehingga tikus tidak merusak tanaman baru tersebut. Hal ini nyata terlihat pada saat pengamatan antar lahan tebu yang hanya dibatasi oleh jalan. Tebu disalah satu sisi jalan dengan umur sekitar 1 tahun terlhat roboh dan rusak parah akibat serangan tikus, sedangkan pertumbuhan tebu disisi jalan lainnya dengan umur tanaman sekitas 4 bulan terlihat sangat sehat dengan pertumbuhan yang bagus.
http://ditjenbun.deptan.go.id/perlindungan/images/stories/tebu%20dan%20sawah.jpg

Hal ini menguatkan wacana pengendalian hama tikus dengan menggunakan barrier tanaman padi disekitar lahan pertanaman tebu. ” Kami merencanakan membuat perangkap tikus dengan lahan tanaman padi ukuran 25 m2 yang dikorbankan di setiap 5 ha pertanaman tebu” ujar H. Ade. Selanjutnya di lahan padi tersebut juga dipasang lubang perangkap tikus sebanyak 8 buah yang memungkinkan tikus bisa masuk tetapi tidak bisa keluar,” ujarnya lagi.

Pengendalian hama tikus selain menggunakan umpan racun, juga bisa menggunakan perangkap dan upaya gropyokan. Untuk merangsang petani mengendalikan hama tikus, bisa juga dengan mengadakan lomba menangkap tikus antar petani kelompok. Siapa yang mendapatkan jumlah tikus terbanyak akan mendapatkan hadiah.

Oleh: Retno B Setyaningsih


Serangan Tikus Semakin Ganas

Senin, 18 Juli 2011 00:53
EmailCetakPDF

http://www.rakyatlampung.co.id/new/images/stories/ilustrasi/tikus.jpgMETRO-Petani padi di Kelurahan Purwosari Kecamatan Metro Utara mengeluh akibat tanaman padi mereka diserang hama tikus yang semakin ganas.
Menurut Tugimin (50) seorang petani di Purwosari mengatakan, sawah di tempatnya diserang hama tikus yang merusak batang padi yang sudah berumur sekitar 40 hari. “Berbagai upaya untuk membasmi serangan hama tikus tersebut sudah dilakukan. Namun masih juga hama tikus menyerang sawah kami,” ujarnya.
      Selain itu juga, kami sudah melakukan penyuluhan di malam hari dengan para petani lainnya bagaimana membasmi hama tikus yang semakin meluas tersebut.
      Sebelumnya, jika tidak terserang hama tikus, petani rata-rata memperoleh padi perhektarnya mencapai 5,8 ton. “Karena mengalami gangguan hama tikus, kami mengkhawatirkan tanaman padi kami mengalami gagal panen,” tegasnya.
      Hal senada dikatakan oleh Wasis yang juga petani sawah. Ia mengatakan, musim tanam saat ini berbeda dengan musim tahun lalu yang tidak ada gangguan hama tikus. Tetapi musim tanam saat ini sawah petani terserang hama tikus. Sehingga para petani banyak yang mengeluh karena dikhawatirkan mereka mengalami gagal panen.
      “Padahal kami tiap malam sudah berusaha untuk berburu hama tikus dengan cara memasang perangkap mencari lubang tempat mereka bersembunyi. Bahkan kita juga menggunakan merecon untuk membasmi serangan tikus namun tatap saja tidak berhasil,” ujar Wasis. (son)


Petani Terancam Gagal Panen Akibat Serangan Burung Pipit

Selasa, 9 Agustus 2011 23:49 WIB | 1282 Views
http://img.antaranews.com/new/2011/02/small/20110201024639jagapadi010211.jpg
Pasang jaring-ilustrasi. (ANTARA/Hendri)
Gunung Kidul (ANTARA News) - Ratusan burung pipit atau emprit menyerang bulir-bulir padi milik petani Dusun Pagutan, Desa Pengkol, Kecamatan Nglipar, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta selama beberapa pekan terakhir.

Salah seorang petani Kecamatan Nglipar Mantho Sagiman di Gunung Kidul, Selasa, mengatakan serangan burung pipit terjadi pada pagi hingga sore hari sejak dua pekan lalu.

Ratusan ekor burung pipit secara berkelompok menurutnya memakan bulir-bulir padi yang akan dipanen petani pada bulan ini.

"Akibat serangan burung pipit itu tanaman padi kami menjadi rusak dan mati sebelum dipanen," katanya.

Dia mengatakan, jika dihitung, maka kerugian akibat serangan burung itu mencapai 40 persen dari luas lahan miliknya yang mencapai seperempat hektar.

"Serangan burung kali ini cukup banyak dan mengganggu, berbeda dengan kejadian pada tahun sebelumnya," katanya.

Dia mengatakan, untuk mengatasi serangan burung, para petani setempat untuk sementara memasang jebakan berupa patung kayu atau dikenal dengan sebutan orang-orangan sawah di pinggir lahan sawah.

Selain itu, petani memasang tali rafia yang dikaitkan dengan kayu di setiap ujung sawah untuk mengusir ratusan ekor burung itu.

"Cara-cara itu kami pilih untuk meminimalisasi kerugian akibat serangan burung," katanya.

Petani lain, Paino mengatakan, menjelang masa panen kali ini lahan sawah miliknya terus diserang ratusan burung pipit.

Menurut dia, burung pipit menjelang masa panen selalu berdatangan, namun kali ini jumlahnya lebih banyak ketimbang tahun lalu.

"Pada panenan kali ini serangan burung cukup meresahkan petani sehingga kami terancam gagal panen dalam jumlah yang besar," katanya.

Petani dari desa yang sama, Pardi mengatakan, terpaksa berjaga-jaga di sekitar lahan sawah miliknya karena jebakan berupa orang-orangan sawah tidak berhasil mengusir burung pipit.

"Melihat banyaknya burung yang menyerang sawah, saya khawatir akan gagal panen. Padahal, hasil panenan kali ini saya siapkan untuk mencukupi kebutuhan menjelang Lebaran," katanya. (ANT293/S023/K004)
Editor: B Kunto Wibisono


Lagi, Petani Keluhkan Serangan Hama Tikus & Burung

Penulis Harapan Rakyat on Mar 17th, 2011 Kategori Banjar.
http://www.harapanrakyat.com/wp-content/uploads/2011/03/petani-hama-banjar-harapanrakyat.jpg
Titi (60), petani penggarap, tengah menarik tali rapia yang dibentangan di atas lahan pesawahannya. Hal itu dilakukan untuk mengusir burung Pipit agar tidak menyerang tanaman padinya. Foto : Eva Latifah/HR.
Banjar, (harapanrakyat.com),- Sebagian petani di komplek pesawahan Lingkungan Sukamanah, Kel/Kec. Pataruman, mengeluhkan serangan hama tikus dan burung pipit. Maka dipastikan pada musim panen pertama tahun ini para petani akan merugi.
Titi (60), salah seorang petani penggarap, Sabtu (12/3), mengatakan, hama tikus menyerang ketika usia tanaman padi sekitar dua bulan, atau saat bulir padi mulai merekah. Hama tersebut diakuinya susah untuk diberantas.
Para petani sebetulnya telah berupaya melakukan penangkapan, yaitu dengan menggunakan jaring. Namun, upaya mereka sia-sia karena hama tikus malah semakin meluas.
“Selain menggunakan jaring, juga dengan memberikan singkong. Tujuannya supaya tikus tidak memakan padi, tapi tetap saja gagal. Bahkan singkong habis padi juga habis,” katanya.
Menurut dia, hama tikus memang tidak mungkin bisa diberantas bila sawah masih ditumbuhi tanaman padi, lantaran tidak akan ketahuan di mana lubang tikusnya.
Untuk itu, kata Titi, rencananya setelah masa panen petugas penyuluh dari Dinas Pertanian Kota Banjar, akan melakukan penyuluhan kepada para petani mengenai pemberantasan hama tikus.
“Sekarang mah saya biarkan tikus-tikus itu, karena percuma diberantas juga, malah besar biaya. Dan pada panen pertama tahun ini sudah pasti rugi. Jangankan buat setor ke yang punya lahan, untuk biaya mengolah sawah juga tidak tahu. Kondisi seperti ini, berharap ada kebijakan dari yang punya lahan,” tuturnya.
Titi mengaku, dirinya menyewa sawah seluas 200 bata. Biasanya, dari luas 100 bata, dia setor kepada pemiliknya sebanyak 2 kuintal gabah kering setiap kali panen. Berarti, setiap panen Titi harus membayar 4 kuintal gabah kering.
Kalau tidak terserang hama, lanjutnya, hasil yang didapat dari luas lahan garapan 100 bata yaitu sekitar 4-4,5 kuintal gabah kering. Penghasilan sebesar itu cukup menguntungkan, karena lahan garapannya merupakan sawah teknis yang bisa panen tiga kali dalam setahun.
Hal serupa dikatakan Isah (70), petani penggarap lainnya. Serangan burung Pipit akan memperparah kegagalan panen mendatang, yang kini tinggal dua minggu lagi.“Hama burung menyerang tanaman sejak jam enam pagi sampai jam lima sore. Kalau hama tikus sebetulnya baru ini, sekarang jumlahnya lebih banyak dari biasanya,” kata Isah.
Meski waktu panen masih dua minggu, lanjut Isah, bulir padi terlihat banyak yang belum merekah akibat pertumbuhannya terganggu.
Tapi, baik Titi maupun Isah, mereka tetap berusaha menjaga tanamannya dari serangan burung pipit, yaitu dengan memasang jujurigan di lahan garapannya, dan bentangan tali rapia yang lengkapi kaleng bekas. (Eva)


Serangan Padi, Atas Burung, Bawah Tikus
Benny N Joewono | Selasa, 8 Maret 2011 | 18:05 WIB
http://assets.kompas.com/data/photo/2010/09/03/2024331620X310.jpgKOMPAS/IWAN SETIYAWAN
KOTABARU, KOMPAS.com — Puluhan hektar tanaman padi di sebagian wilayah Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan, gagal panen atau puso setelah diserang hama tikus dan burung pipit.
"Kami tidak mampu lagi mengantisipasi serangan hama karena sejak padi itu mulai keluar (mbrobot), tikus sudah langsung menyerang dan memotong-motong batang padi," kata Abdul Rahim, petani di Kelumpang Selatan, Selasa (8/3/2011).
Lengkap sudah serangan hama padi pada musim tanam kali ini, di bagian atas padi diserang burung pipit, sementara di bagian bawah batang padi dibabat tikus.
"Terlebih dalam kondisi curah hujan tinggi ini, hama tikus semakin merajalela menyerang tanaman padi di persawahan," ujarnya.
Rohim mengaku pernah beberapa kali mencoba memberikan racun tikus, di antaranya dengan media yuyu (kepiting sawah) yang dipanggang kemudian diisi racun temik, dan memberi umpan klerat yang disebar di jalur-jalur yang sering dilalui tikus.
Namun, usaha tersebut sepertinya sia-sia karena hama tikus yang menyerang tanaman padi jauh lebih besar daripada racun dan klerat yang dipasang para petani di daerah itu.
Hama tikus tersebut menyerang tanaman padi pada malam hari, tetapi pada siang hari tanaman padi itu diserbu ribuan ekor burung pipit.
Jika serangan burung masih bisa dihalau, untuk hama tikus tidak cukup dihalau atau diberi racun semata. Akibatnya, petani yang menanam padi pada lahan seluas tujuh hektar tersebut hanya memperoleh padi sekitar tiga kwintal.
"Idealnya menanam padi seluas tujuh hektar itu mendapatkan gabah kering sekitar 35 ton," tandasnya.
Ia mengaku telah beberapa musim tanam menggunakan benih unggul, seperti Cisadane, Cihearang, dan Cibodas, tapi hasilnya tidak pernah maksimal karena hama tikus tersebut.
Hal yang sama juga dialami Dasim. Tanaman padi milik petani asal Lamongan yang luasnya sekitar tiga hektar itu juga diserang tikus. Selain Rahim dan Dasim, masih banyak petani di Kotabaru yang mengalaami gagal panen.
Menurut mereka, pemberantasan hama tikus tidak dapat dilakukan secara individu oleh petani yang serba dalam keterbatasan itu, tetapi harus dilakukan bersama-sama dan dibantu Pemkab Kotabaru, dalam hal ini dinas pertanian.
Kepala Dinas Pertanian Kotabaru H Zuhairil Anwar hingga saat ini belum berhasil dikonfirmasi terkait gagal panen yang dialami warga Kelumpang Selatan.
Sebelumnya, Zuhairil mengatakan, pada musim tanam 2011 dia menargetkan produksi gabah kering panen sebesar 112.000 ton, naik sekitar 5 persen dari target 2010.
"Musim tanam 2010 target produksi gabah kita sekitar 105,28 ribu ton, sedangkan tahun ini ditarget naik sekitar 5 persen atau sekitar 112.000  ton gabah kering panen," katanya.
Sedangkan realisasi produksi gabah kering panen (GKP) 2010 sekitar 93.000 ton dari luas tanam sekitar 26.600 hektar. Target tersebut minus sekitar 6.000-7.000 ton karena curah hujan tinggi. "Kegagalan produksi tahun 2010 menjadi pelajaran untuk musim tanam 2011," katanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar