PENGENALAN DAN ANALISIS USAHA PERKEBUNAN KARET PADA
KELOMPOK TANI HARAPAN MAJU DESA TANJUNG GEDONG KELURAHAN KEDAUNG KECAMATAN
KEMILING
LAMPUNG
Disusun Oleh
Alis
Saputra 0914013067
Angelinar
siringo-ringo 0914013073
Angga
Sukowardana 0914013074
Darso
Waluyo 0914013084
Dian
Mahdarrini 0914013088
Ezed Qyoko
W P 0914013096
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2011
I.
PENDAHULUAN
Perkebunan karet ini merupakan perkebunan karet rakyat
yang tergabung dalam kelompok tani Harapan Maju. Luas areal pada kelompok tani
ini sekitar 20 ha yang terdiri dari komoditas kakao,durian dan karet. Luas
areal kebun karet yang kami kunjungi adalah sekitar 1 ha.
Perkebunan karet ini berada di lingkungan II desa
Tanjung Gedong kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling , Bandar lampung. Jarak
wilayah ini dari Bandar Lampung yaitu sekitar13 km.
Penduduk desa Tanjung Gedong berpendidikan maksimal
SMP. Penduduk di sana mayoritas hanya mengenyam pendidikan sampai SD kelas 4.
Warga desa Tanjung Gedong umumnya bermata pencaharian sebagai petani.
Kelompok Tani harapan Baru dibentuk untuk meningkatkan
pengetahuan dan manajemen pertanian di tingkat petani. ketua Kelompok tani ini
yaitu bapak Supardi. Beliau menyampaikan bahwa penduduk desa inimerupakan
penduduk transmigrasi. Sebagian besar penduduk disana suku sunda dan jawa.
Dulunya petani desa ini bercocok tanam hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup
saja tanpa ada keinginan untuk lebih baik lagi, dikarenakan permodalan yang
sulit serta tidak adanya ilmu pengetahuan dan manajemen yang baik. Tetapi
sekarang ini , ketiga aspek itu sudah mulai membaik. Desa ini pun merupakan
desa binaan dari BEM Universitas Lampung, sehingga sedikit banyak warga disana
mulai bias terbiasa dengan teknologi pertanian.
II.
LINGKUNGAN PERKEBUNAN
Lingkungan perkebunan karet ini merupakan daerah berombak
sampai bergelombang, yang dicirikan oleh bukit-bukit sempit, kemiringan antara
8% hingga 15%, dan ketinggian antara 300 meter sampai 500 meter dpl dengan
jenis tanah yaitu tanah ultisol. Iklim wilayah ini yaitu beriklim topis dengan
curah hujan 600-800 mm/tahun. Suhu diwilayah ini berkisar antara 26-28 0C.
Tetapi, pada saat terjadi kemarau seperti yang terjadi
pada tahun ini, mereka mengaku cukup mengalami kerugian. Kebun karet ini
brbatasan dengan kebun melinjo di sebelah Baratnya, kebun kakao di sebelah
Utara dan batas sebelah Timur serta Selatan adalah berbatasan dengan hutan.
III.
TEKNIK BUDIDAYA
Komoditas
yang diusahakan yaitu tanaman karet alam.
Karet alam merupakan karet yang bibitnya diambil langsung dari alam tanpa
dilakukan penyambungan. Karet ini ditanam pada tahun 1996 yang berarti tanaman
ini telah berumur sekitar 15 tahun. Jarak tanam tanaman ini yaitu 3 x 4 m. pembatan jarak tanam ini
dilakukan dengan menggunakan membenangan karena lahan tersebut agak miring.
Pada kebun ini tidak kami temukan adanya LCC Maupun bangunan konsevasi serta
pohon pelindung. Biasabya LCC ikut mati saat tersemprot oleh herbisida yang
ditujukan untuk membunuh gulma. Kami menemukan adanya tanaman sela berupa
durian yang diperkirakan sudah berumur lebih dari 30 tahun. Jadi, sebelum kebun
karet itu dibuka, pohon durian tersebut sudah ada. Jarak tanam tanaman ini sekitar 10 m.selain
itu, ditemukan tanaman sela berupa kakao dan jengkol. Untuk tanaman kakao jarak
tanam tanamannya sekitar 3 m. tanaman kakao tidak diambil produksinya karena
selalu didahului oleh tupai. Kalaupun ada, buah kakao tersebut mengalami busuk buah
sehingga hanya dibiarkan begitu saja.
IV.
PEMELIHARAAN TANAMAN
Kebun
karet ini sudah setahun tidak diberikan pemupukan. Hal ini terjadi karena kebun
ini dikelola oleh pengarap dengan sistem
bagi hasil. Pemupukannya hanya berasal dari pupuk alam berupa serasah-serasah
daun, baik daun tanaman karet itu sendiri maupun tanaman sela yang dibiarkan
melapuk. Memang terlihat adanya perbedaan hasil lateks yang diperoleh. Jika tanpa
pemupukan hanya didapatkan 5 Kg
lateks /300 batang setiap hari. Sedangkan dengan dilakukan pemupukan dapat
diperoleh 15-20Kg lateks/300 batang setiap harinya. Tanaman karet ini tidak
diberikan irigasi. Pengendalian gulma dikendalikan dengan cara kimiawi
yaitu dengan menyemprotkan Round up
atau Sprak ataupun Gromokson pada gulma di pagi hari. Jika
pengendalian dilakukan pada musim hujan, pengendalian akan kurang efektif
karena racun herbisida tersebut akan terbawa oleh air hujan swhingga petani
biasanya melakuakn pengendadalian pada saat hari cerah ataupun pada musim
kemarau. Gulma dikendalikan jika sudah menghalangi petani untuk melakukan
penyadapan. Jenis gulma yang tumbuh yaitu: gulam golongan teki-tekian, daun
lebar dan rumput. Dosis yang diberikan yaitu 2 liter/ ha. Pengendalian hama dan penyakit
untuk komoditan utama yaitu tanaman karet tidak dilakukan karena tidak
ditemukan hama dan penyakit pada karet yang sudah berumur 15 tahun. Hama dan
penyakit terdapan pada tanaman sela yaitu tanaman kakao. Untuk hama yaitu
bajing sedangkan, penyakit yang terjadi pada tanaman kakao yaitu busuk buah.
Tetapi hama penyakit ini tidak dikendalikan karena peroduksinya yang sedikit
dan para petani malas untuk melakukan pengendalian. Sebenarnya petani pernah
berusaha untuk mengendalikan hama tupai dengan
cara menembak dan memasang racun. Tetapi tetap saja, hama tupai masih
ada. Hal ini karena kebun karet ni berbatasan dengan hutan.
V.
PANEN, PASCA PANEN DAN PEMASARAN
Penyadapan
tanaman karet di lakukan jika karet sudah memenuhi kriteria panen yaitu telah
berumur dari 15 tahun, diameter batang cukup besar kurang lebih 50 cm. Penyadapan
dilakukan setiap hari dengan cara mengiris kulit pohon karet sepanjang 25 cm
dengan arah miring setengah lingkaran. Penyadapan dilakukan pada pagi hari
yaitu antara pukul 06.30 – 09.30 WIB.
Walaupun penyadapan dilakukan setiap hari, lateks tidak dapat langsung diambil,
tetapi dikumpulkan dahulu selama 3 hari. Penyadapan lateks tanaman karet
sebanyak 300 pohon dilakukan oleh dua orang. Semenjak terjadi kemarau, jumlah produksi
lateks menurun sehingga para petani karet enggan untuk melakukan penyadapan.
Selain itu juga, ketika tanaman karet mengugurkan daunnya tidak boleh dilakukan
penyadapan karena jumlah lateks yang dihasilkan akan sedikit dan kualitasnya
kurang baik.
Penanganan
pasca panen dilakukan dengan cara lateks yang sudah di dapat selama 3 hari
dikumpulkan dan dibekukan dan selanjutnya dicetak kedalam kotak kayu dengan
ukuran 40 x 60 x 20 cm. pembekuan dilakukan selama 1 hari. Satu balok (kotak)
berukuran 40 x 60 x20 cm dapat menghasilkan lateks beku seberat 40 Kg.
selanjutnya, lateks yang telah beku di jual kepada pengepul. Harga untuk 1 Kg
lateks beku berkisar antara Rp. 14.500,00. Harga tertinggi yang pernah dialami
petani yaitu Rp. 19.000,00 yang terjadi pada bulan oktober 2010. Sedangkan yang
terendah yaitu Rp. 13.000,00. Penyebab rendahnya harga lateks karena kualitas
lateks yang kurang baik karena kadar air yang masih tinggi ataupun permainan
harga yang dilakukan oleh para pengepul. Misalnya, para pengepul memberikan
pinjaman modal baik berupa pupuk, maupun herbisida. Sehingga para petani mau
tidak mau harus menjual lateksnya ke pengepul tersebut karena mereka telah
memiliki hutang.
Kadang
– kadang harga lateks ditentukan oleh para pengepul walaupun tidak sesuai
dengan harga pasar secara umum. Alur pemasaran lateks Kelompok tani Harapan
Maju yaitu petani – pengepul kecil– pengepul besar – perusahaan –pasar –
konsumen.
VI.
TATA NIAGA
VII.
LAMPIRAN
Foto bersama Ketua Kelompok Tani Saat kunjungan
pertama
penggarap
lahan dan ketua kelompok tani Suasana Wawancara
Alat Penyadapan Survei di lahan
Ketua Kelompok tani mengajarkan
cara menderes
|
Lahan Karet yang dipenuhi oleh
serasah daun
|
Lahan Karet dengan gulma
pakuan-pakuan
|
Ketua Kelompok Tani memberikan contoh cara
penderesan
|
Gulma yang dibisrkan saj di Lahan karet
|
Gulmayang sudah tumbuh tinggi
|
Buah Kakao yang terserang busuk buah
|
Tanaman Sela berupa kakao
|
Lateks yang tidak
diambil dan sudah
tercampur air
|
Arah dan bentuk irisan penderesan
|
Tugu Desa Tanjung Gedong
|
Foto bersama di lahan karet
|
foto bersama ketua kelompok tani
|
Tugu desa Binaan BEM Unila
|
Gulma paku-pakuan didekat pohon karet
|
Gulma daun lebar di lahan karet
|
Durian yang berada di lahan karet
|
Jarak tanam
karet 3 x 3m
|
Tanaman Sela berupa kakao
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar