ahlan wa sahlan

Semoga bermanfaat," Sampaikanlah Walau Hanya Satu Ayat"

Selasa, 05 Juni 2012

PENGENALAN DAN ANALISIS USAHA PERKEBUNAN KARET PADA KELOMPOK TANI HARAPAN MAJU DESA TANJUNG GEDONG KELURAHAN KEDAUNG KECAMATAN KEMILING LAMPUNG


PENGENALAN DAN ANALISIS USAHA PERKEBUNAN KARET PADA KELOMPOK TANI HARAPAN MAJU DESA TANJUNG GEDONG KELURAHAN KEDAUNG KECAMATAN KEMILING
LAMPUNG


Disusun Oleh

Alis Saputra                           0914013067
Angelinar siringo-ringo        0914013073
Angga Sukowardana                        0914013074
Darso Waluyo                        0914013084
Dian Mahdarrini                   0914013088
Ezed Qyoko W P                   0914013096








PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2011
I.                   PENDAHULUAN




Perkebunan karet ini merupakan perkebunan karet rakyat yang tergabung dalam kelompok tani Harapan Maju. Luas areal pada kelompok tani ini sekitar 20 ha yang terdiri dari komoditas kakao,durian dan karet. Luas areal kebun karet yang kami kunjungi adalah sekitar 1 ha.
Perkebunan karet ini berada di lingkungan II desa Tanjung Gedong kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling , Bandar lampung. Jarak wilayah ini dari Bandar Lampung yaitu sekitar13 km.
Penduduk desa Tanjung Gedong berpendidikan maksimal SMP. Penduduk di sana mayoritas hanya mengenyam pendidikan sampai SD kelas 4. Warga desa Tanjung Gedong umumnya bermata pencaharian sebagai petani.
Kelompok Tani harapan Baru dibentuk untuk meningkatkan pengetahuan dan manajemen pertanian di tingkat petani. ketua Kelompok tani ini yaitu bapak Supardi. Beliau menyampaikan bahwa penduduk desa inimerupakan penduduk transmigrasi. Sebagian besar penduduk disana suku sunda dan jawa. Dulunya petani desa ini bercocok tanam hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup saja tanpa ada keinginan untuk lebih baik lagi, dikarenakan permodalan yang sulit serta tidak adanya ilmu pengetahuan dan manajemen yang baik. Tetapi sekarang ini , ketiga aspek itu sudah mulai membaik. Desa ini pun merupakan desa binaan dari BEM Universitas Lampung, sehingga sedikit banyak warga disana mulai bias terbiasa dengan teknologi pertanian.


II.                LINGKUNGAN PERKEBUNAN


Lingkungan perkebunan karet ini merupakan daerah berombak sampai bergelombang, yang dicirikan oleh bukit-bukit sempit, kemiringan antara 8% hingga 15%, dan ketinggian antara 300 meter sampai 500 meter dpl dengan jenis tanah yaitu tanah ultisol. Iklim wilayah ini yaitu beriklim topis dengan curah hujan 600-800 mm/tahun. Suhu diwilayah ini berkisar antara 26-28 0C.
Tetapi, pada saat terjadi kemarau seperti yang terjadi pada tahun ini, mereka mengaku cukup mengalami kerugian. Kebun karet ini brbatasan dengan kebun melinjo di sebelah Baratnya, kebun kakao di sebelah Utara dan batas sebelah Timur serta Selatan adalah berbatasan dengan hutan.


III.             TEKNIK BUDIDAYA


Komoditas yang diusahakan yaitu tanaman karet  alam. Karet alam merupakan karet yang bibitnya diambil langsung dari alam tanpa dilakukan penyambungan. Karet ini ditanam pada tahun 1996 yang berarti tanaman ini telah berumur sekitar 15 tahun. Jarak tanam tanaman  ini yaitu 3 x 4 m. pembatan jarak tanam ini dilakukan dengan menggunakan membenangan karena lahan tersebut agak miring. Pada kebun ini tidak kami temukan adanya LCC Maupun bangunan konsevasi serta pohon pelindung. Biasabya LCC ikut mati saat tersemprot oleh herbisida yang ditujukan untuk membunuh gulma. Kami menemukan adanya tanaman sela berupa durian yang diperkirakan sudah berumur lebih dari 30 tahun. Jadi, sebelum kebun karet itu dibuka, pohon durian tersebut sudah ada.  Jarak tanam tanaman ini sekitar 10 m.selain itu, ditemukan tanaman sela berupa kakao dan jengkol. Untuk tanaman kakao jarak tanam tanamannya sekitar 3 m. tanaman kakao tidak diambil produksinya karena selalu didahului oleh tupai. Kalaupun ada, buah kakao tersebut mengalami busuk buah sehingga hanya dibiarkan begitu saja.



IV.             PEMELIHARAAN TANAMAN


Kebun karet ini sudah setahun tidak diberikan pemupukan. Hal ini terjadi karena kebun ini dikelola oleh  pengarap dengan sistem bagi hasil. Pemupukannya hanya berasal dari pupuk alam berupa serasah-serasah daun, baik daun tanaman karet itu sendiri maupun tanaman sela yang dibiarkan melapuk. Memang terlihat adanya perbedaan hasil lateks yang diperoleh. Jika tanpa pemupukan hanya didapatkan 5 Kg lateks /300 batang setiap hari. Sedangkan dengan dilakukan pemupukan dapat diperoleh 15-20Kg lateks/300 batang setiap harinya. Tanaman karet ini tidak diberikan irigasi. Pengendalian gulma dikendalikan dengan cara kimiawi yaitu dengan menyemprotkan Round up atau Sprak ataupun Gromokson pada gulma di pagi hari. Jika pengendalian dilakukan pada musim hujan, pengendalian akan kurang efektif karena racun herbisida tersebut akan terbawa oleh air hujan swhingga petani biasanya melakuakn pengendadalian pada saat hari cerah ataupun pada musim kemarau. Gulma dikendalikan jika sudah menghalangi petani untuk melakukan penyadapan. Jenis gulma yang tumbuh yaitu: gulam golongan teki-tekian, daun lebar dan rumput. Dosis yang diberikan yaitu 2 liter/ ha. Pengendalian hama dan penyakit untuk komoditan utama yaitu tanaman karet tidak dilakukan karena tidak ditemukan hama dan penyakit pada karet yang sudah berumur 15 tahun. Hama dan penyakit terdapan pada tanaman sela yaitu tanaman kakao. Untuk hama yaitu bajing sedangkan, penyakit yang terjadi pada tanaman kakao yaitu busuk buah. Tetapi hama penyakit ini tidak dikendalikan karena peroduksinya yang sedikit dan para petani malas untuk melakukan pengendalian. Sebenarnya petani pernah berusaha untuk mengendalikan hama tupai dengan  cara menembak dan memasang racun. Tetapi tetap saja, hama tupai masih ada. Hal ini karena kebun karet ni berbatasan dengan hutan.


V.                PANEN, PASCA PANEN DAN PEMASARAN


Penyadapan tanaman karet di lakukan jika karet sudah memenuhi kriteria panen yaitu telah berumur dari 15 tahun, diameter batang cukup besar kurang lebih 50 cm. Penyadapan dilakukan setiap hari dengan cara mengiris kulit pohon karet sepanjang 25 cm dengan arah miring setengah lingkaran. Penyadapan dilakukan pada pagi hari yaitu antara pukul 06.30 – 09.30 WIB.  Walaupun penyadapan dilakukan setiap hari, lateks tidak dapat langsung diambil, tetapi dikumpulkan dahulu selama 3 hari. Penyadapan lateks tanaman karet sebanyak 300 pohon dilakukan oleh dua orang. Semenjak terjadi kemarau, jumlah produksi lateks menurun sehingga para petani karet enggan untuk melakukan penyadapan. Selain itu juga, ketika tanaman karet mengugurkan daunnya tidak boleh dilakukan penyadapan karena jumlah lateks yang dihasilkan akan sedikit dan kualitasnya kurang baik.
Penanganan pasca panen dilakukan dengan cara lateks yang sudah di dapat selama 3 hari dikumpulkan dan dibekukan dan selanjutnya dicetak kedalam kotak kayu dengan ukuran 40 x 60 x 20 cm. pembekuan dilakukan selama 1 hari. Satu balok (kotak) berukuran 40 x 60 x20 cm dapat menghasilkan lateks beku seberat 40 Kg. selanjutnya, lateks yang telah beku di jual kepada pengepul. Harga untuk 1 Kg lateks beku berkisar antara Rp. 14.500,00. Harga tertinggi yang pernah dialami petani yaitu Rp. 19.000,00 yang terjadi pada bulan oktober 2010. Sedangkan yang terendah yaitu Rp. 13.000,00. Penyebab rendahnya harga lateks karena kualitas lateks yang kurang baik karena kadar air yang masih tinggi ataupun permainan harga yang dilakukan oleh para pengepul. Misalnya, para pengepul memberikan pinjaman modal baik berupa pupuk, maupun herbisida. Sehingga para petani mau tidak mau harus menjual lateksnya ke pengepul tersebut karena mereka telah memiliki hutang.

Kadang – kadang harga lateks ditentukan oleh para pengepul walaupun tidak sesuai dengan harga pasar secara umum. Alur pemasaran lateks Kelompok tani Harapan Maju yaitu petani – pengepul kecil– pengepul besar – perusahaan –pasar – konsumen.

VI.             TATA NIAGA



VII.          LAMPIRAN






Foto bersama Ketua Kelompok Tani Saat kunjungan pertama





     penggarap lahan dan ketua kelompok tani                                      Suasana Wawancara







Alat Penyadapan                                                          Survei di lahan

Ketua Kelompok tani mengajarkan cara menderes
Lahan Karet yang dipenuhi oleh serasah daun
Lahan Karet dengan gulma pakuan-pakuan
Ketua Kelompok Tani memberikan contoh cara penderesan



Gulma yang dibisrkan saj di Lahan karet
Gulmayang sudah tumbuh tinggi
Buah Kakao yang terserang busuk buah
Tanaman Sela berupa kakao
Lateks yang tidak diambil dan sudah
 tercampur air
Arah dan bentuk irisan penderesan



Tugu Desa Tanjung Gedong
Foto bersama di lahan karet
foto bersama ketua kelompok tani
Tugu desa Binaan BEM Unila


Gulma paku-pakuan didekat pohon karet
Gulma daun lebar di lahan karet
Durian yang berada di lahan karet
Jarak  tanam karet 3 x 3m
Tanaman Sela berupa kakao

Tidak ada komentar:

Posting Komentar