ahlan wa sahlan

Semoga bermanfaat," Sampaikanlah Walau Hanya Satu Ayat"

Rabu, 20 Juni 2012

penetapan ph tanah











I.             PENDAHULUAN


Faktor – faktor yang menentukan kebutuhan bahan kapur tanah bukanlah suatu pengertian yang relatif tergantung mutlak akan tetapi merupakan pengertian yang relatif tergantung dari pH tanah yang diinginkan, penetralan Al, kemampuan menyangga dari tanah, pH tanah semula, kapasitas tukar kation atau tanaman yang ditanam. Pada tanah yang masam, pengapuran sangat penting dilakukan, karena tujuan pengapuran adalah menetralisir kemasaman meniadakan pengaruh Al yang beracun, dan secara langsung menyediakan Ca bagi tanaman. Dua masalah utama yang melekat pada tanah – tanah masam bagi suatu tanaman adalah : Keracunan Alumunium,Kejenuhan Al yang lebih tinggi. Keracunan alumunium langsung merusak akar tanaman, menghambat pertumbuhannya, dan menghalangi pengambilan dan translokasi kalsium maupun fopor.

1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum kali ini adalah:
a)    Untuk mengetahui kemasaman pada contoh tanah
b)   Untuk mengetahui cara penetapan pH tanah dengan menggunakan pH meter



II.           TINJAUAN PUSTAKA


Kemasaman atau kealkalian tanah (pH tanah) adalah suatu parameter penunjuk keaktifan ion H+ dalam suatu larutan, yang berkesetimbangan dengan H tidak terdisosiasi dari senyawa-senyawa dapat larut dan tidak larut yang ada di dalam sistem.  Jadi, intensitas keasaman dari suatu sistem dinyatakan dengan pH dan kapasitas keasaman dinyatakan dengan takaran H+ terdisosiasi ditambah N tidak terdisosiasi di dalam sistem.  Sistem tanah yang dirajai oleh ion-ion H+ akan bersuasana asam.

Penyebab keasaman tanah adalah ion H+ dan Al3+ yang berada dalam larutan tanah dan komplek jerapan.  Bila pH sama dengan 7 menunjukkan keadaan netral.  PH kurang dari 7 itu menunjukkan keadaan asam, dan pH lebih dari 7 menunjukkan keadaan alkalis.
(Ganesa Tanah, oleh Poerwowidodo, Institut Pertanian Bogor)


Kemasan tanah ada dua macam, yaitu:
1.   Kemasaman aktif
Yaitu kemasaman yang disebabkan oleh adanya ion H+ yang ada pada koloid tanah.
2.   Kemasaman pasif
Yaitu kemasaman yang disebabkan oleh ion H+ dan Al3+ yang ada pada kompleks jerapan tanah.

Sejumlah senyawa menyumbang pada pengembangan reaksi tanah yang asam atau basa.  Asam-asam organik dan anorganik, yang dihasilkan oleh penguraian bahan organik tanah, merupakan konstituen tanah yang umum dapat mempengaruhi kemasaman tanah.  Air merupakan sejumlah kecil ion H+.  suatu bagian yang besar dari ion H+ yang ada dalam tanah akan dijerap oleh kompleks lempung sebagai ion-ion H+ yang dapat dipertukarkan.

Ion-ion H+ tertukarkan tersebut berdisosiasi menjadi ion H+ yang dapat dipertukarkan merupakan penyebab terbentuknya kemasaman tanah potensial atau cadangan.  Ion-ion H+ bebas menciptakan kemasaman aktif.  Kemasaman aktif diukur dan dinyatakan sebagai pH tanah.
(Dasar-dasar Kimia Tanah, oleh Kim H. Tan)


Pengukuran pH tanah dapat diukur berdasarkan pada:
1.   Metode kolorimetri, yang lazim dilakukan di lapangan dan mampu memberi gambaran akurat pH tanah lapangan secara cepat.
2.   Metode elektrometrikal, yang lazim dilakukan di laboratorium.



Metode kolorimetri berdasarkan pada reaksi contoh tanah dengan suatu larutan indikator, lalu membandingkan warna suspensi.  Metode ini mampu mensidik nilai pH tanah pelikan dari 3,8 sampai 9,6.  indikator pH yang dikenal saat ini adalah bromkisol hijau, kresol merah, dan lain-lain.  Metode elektrometris berlandaskan pada perhitungan daya hantar listrik sistem tanah yang diuji dan nilai itu langsung dikalinrasi dengan kepekatan ion H+.  ketelitian metode ini mencapai 0,1 satuan pH.
(Ganesa Tanah, oleh Poerwowidido, Institut Pertanian Bogor)

































III.         BAHAN DAN METODE

        Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah contoh tanah ultisol dan oxisol, air suling, dan larutan KCl
Bahan yang digunakan adalah tabung kocok/erlenmeyer 125 ml, pH meter, gelas ukur 25 ml dan 100 ml, botol semprot, tissue, dan mesin pengocok.

        Metode Kerja
 
1.   Masukkan 10 gr contoh tanah ke dalam tabung reaksi (tabung kocok) dan tambahkan 12,5 air sulung (1:2,5 ; yaitu tanah 5 gr dengan pelarut 12,5).
2.   Kocok selama 30 menit dengan mesin pengocok.  Bila mesin pengocok tidak ada, dapat diaduk dengan batang pengaduk gelas atau diguncang sebentar atau paling lama satu jam.
3.   Tentukan pH tanah dengan pH meter yang telah dibakukan dengan larutan penyangga.
4.   Dengan cara yang sama, ganti 12 ml air sulung dengan ml KCl  1N dan ml H2O (pH yang ada pada larutan tanah potensial)



IV.         HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


        Hasil pengamatan

Dari praktikum yang telah dilakukan maka didapat hail pengamatan sebagai berikut:
No. contoh
Jenis tanah
H2O
KCl
1
ultisol
4,73
3,91
2
Oxisol
4,79
5,52


        Pembahasan

Pada percobaan penetapan pH yang telah dilakukan adalah dengan menggunakan metode elektrometrik, yaitu metode yang digunakan di laboratorium dengan menggunakan pH tanah yang diukur dengan pH meter.

Adapun sampel yang digunakan adalah dengan menggunakan dua jenis tanah, yaitu tanah ultisol dan oxisol yang belum diketahui jenisnya.  Masing-masing tanah ditimbang sebanyak 10 gram dengan menggunakan 2 buah botol film, dimana masing-masing botol film berisi 10 gram tanah, 2 botol untuk tanah ultisol, dan sisanya untuk oxisol.  lalu 2 botol tanah ultisol tersebut, yang satu dicampurkan dengan H2O 12,5 ml dan yang satunya ladi dicampur dengan KCl 12,5 ml.  Sama halnya untuk 2 botol oxisol. yang satu dicampur dengan H2O sebanyak 12,5 ml dan yang satunya lagi dicampur dengan 12,5 ml KCl.  Adapun fungsi dari penambahan H2O adalah untuk mengetahui kemasaman aktifnya.  Dan fungsi dari penambahan KCl adalah untuk mengetahui kemasaman potensialnya.  Kemudian keempat botol tersebut dishakaer selama 30 menit.  Adapun fungsi dari pengocokan ini adalah untuk memisahkan ioh H+ dan agar larutan dapat bercampur dengan baik.  Setelah dishaker, masing-masing botol tersebut diukur pH-nya dengan menggunakan pH meter, dan didapatkanlah data seperti yang telah disebutkan diatas.

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan diatas, dapat diketahui bahwa tanah ultisol dan oxisol memperlihatkan hasil yang berbeda, dimana pH tanah ultisol, baik yang dicampur dengan H2O maupun KCl mempunyai pH yang lebih rendah bila dibandingkan dengan oxisol yang diberi perlakuan serupa.  Untuk yang dicampur dengan H2O dan 5,52 untuk yang dicampur dengan KCl, dibandingkan tanah ultisol yang ber-pH 4,73 yang dicampur dengan H2O, dan 3,91 untuk pemberian dengan KCl.  Jadi, selisih pH antara tanah ultisol dan oxisol adalah 0,79 dan 0,88 dengan oxisol ber-pH lebih tingi daripada ultisol.  Perbedaan ini disebabkan oleh jenis tanah dan pelarut yang berbeda.  Pada pH tanah yang diberi air (H2O) lebih besar, disebabkan karena air cenderung mengandung H+ atau OH- yang berbeda dengan pelarut KCl.

Pengukuran pH dengan larutan pengekstrak KCl akan memberikan nilai lebih rendah 0,5--1,5 satuan pH dibanding jika menggunakan pelarut H2O.  teori ini sesuai dengan percobaan yang telah dilakukan, yaitu 0,15--0,89, dimana yang lebih unggul adalah dengan yang dilarutkan menggunakan H2O, dengan alasan yang telah disebutkan diatas.

Berdasarkan pensidikan dengan menggunakan bahan pengekstrak H2), kisaran pH tanah untuk tanah ultisol adalah 4,73, yang berarti tanah ini bersifat sangat masam (tanah yang tergolong sangat masam berkisar antara 4,5-5,0).  Sedangkan oxisol bersifat cukup masam, dengan kisaran pH 5,52 (menurut teori, bila cukup masam pH berkisar antara 5,6-6,0).

Hubungan antara pH tanah dengan kemasaman tanah adalah bahwa pH tanah merupakan suatu parameter penunjuk keaktifan ion H+ dalam suatu larutan, yang berkesetimbangan dengan H tidak terdisosiasi dari senyawa-senyawa dapat larut dan tidal larut yang ada didalam sistem.  Dengan demikian, intensitas kemasaman dari suatu sistem (dalam hal ini adalah tanah) dinyatakan dengan pH dan kapasitas kemasaman dinyatakan dengan takaran H+ terdisosiasi ditambah H+ tidak terdososiasi di dalam sistem (tanah).  Sistem tanah yang dirajai oleh ion-ion H+ akan bersuasana asam, yang dengan demikian pH tanah juga akan naik.























V.           KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.   Metode penetapan pH dengan cara elektrometrik dapat dengan menggunakan H2O atau pun KCl.
2.   Fungsi dari penambahan H2O adalah untuk mengetahui kemasaman aktif, sedangkan fungsi dari penambahan KCl adalah untuk mengetahui kemasaman potensialnya.
3.   PH tanah ultisol lebih tinggi daripada pH oxizol, baik pada penembahan dengan H2O maunpun KCl.
4.   Berdasarkan penentuan dengan H2O, tanah ultisol tersebut bersifat sangat masam, dan oxisol cukup masam.
5.   Pengukuran pH tanah ultisol dan oxisol dengan larutan pengekstraksi KCl memberikan nilai pH lebih rendah, yaitu 0,15-0,89 dibanding dengan yang menggunakan H2O.
6.   tingkat kemasaman tanah mempengaruhi pertumbuhan tanaman melalui pengaruh ion H dan pengaruh tak langsung, yaitu tidak tersedianya unsur hara tertentu dan adanya unsur yang beracun.



DAFTAR PUSTAKA



Indranada K. Henry.  1994.  Pengelolaan Kesuburan Tanah.  Bumi Aksara.  Jakarta.

Kuswandi.  1993.  Pengapuran Tanah Pertanian.  Penerbit Kanisius.  Yogyakarta.

Poerwowidodo.  1991.  Genesa tanah, Proses Genesa, dan Morfologi.  Institut Pertanian Bogor.  Bogor.

Tan H. Kim.  1998.  Dasar-dasar Kimia Tanah.  Universitas Gadjah mada.  Yogyakarta.

Tim Penyusun Dasar-dasar Ilmu Tanah.  2006.  Panduan Praktikum Dasar-dasar IlmuTanah.  Universitas lampung.  Bandar Lampung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar