ahlan wa sahlan

Semoga bermanfaat," Sampaikanlah Walau Hanya Satu Ayat"

Selasa, 05 Juni 2012

APLIKASI HERBISIDA DENGAN BAHAN AKTIF 2,4-D DAN KLOMAZON PADA GULMA DI LAHAN PERCOBAAN PRAKTIKUM UNIVERSITAS LAMPUNG (Laporan Praktikum Pengelolaan Gulma Perkebunan)


APLIKASI HERBISIDA DENGAN BAHAN AKTIF 2,4-D DAN KLOMAZON PADA GULMA DI LAHAN PERCOBAAN PRAKTIKUM  UNIVERSITAS LAMPUNG
 (Laporan Praktikum Pengelolaan Gulma Perkebunan)


Oleh
Kelompok 3
Adam Rizki                             0914013058
Angelinar Siringo Ringo         0914013076
Apri  T Hutapea                      0914013077
Ari Setiawan                           0914013079
Darso Waluyo                         0914013084
Erika Alina Putri                     09140131




Description: Logo Unila
 







JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2012

PENDAHULUAN


A.  Latar Belakang
Gulma berinteraksi dengan tanaman melalui persaingan untuk mendapatkan satu atau lebih faktor tumbuh yang terbatas, seperti cahaya, hara, dan air. Tingkat persaingan bergantung pada curah hujan, varietas, kondisi tanah, kerapatan gulma, lamanya tanaman, pertumbuhan gulma, serta umur tanaman saat gulma mulai bersaing (Jatmiko et al. 2002).
Gulma merupakan jenis tumbuhan yang hidupnya atau keberadaannya tidak dikehendaki. Munculnya suatu jenis gulma di sekitar areal tanaman budidaya dapat dikendalikan dengan menggunakan bahan kimia yang dinamakan herbisida.
Herbisida adalah senyawa kimia peracun gulma, dapat menghambat pertumbuhan bahkan mematikan tumbuhan tersebut. Sedangkan substansi pengatur tumbuhan adalah gugusan organik yang bukan nutrisi, dalam jumlah sedikit dapat menghambat atau memodifikasi proses fisiologis tumbuhan yang mungkin dapat pula berarti pemodifikasian pertumbuhan, herbisida translokasi, dan herbisida sistemik. Dalam klasifikasi herbisida dapat dibedakan :
1) Menurut waktu apilkasi.
2) Menurut cara kerja.
3) Menurut sifat bahan kimianya
Penggunaan salah satu jenis herbisida secara terus menerus dapat menyebabkan gulma menjadi resisten. Untuk menghindari hal tersebut, maka diusahakan mencampurkan dua jenis herbisida dalam mengendalikan gulma.
Berbagai bahan kimia dipandang mem-punyai prospek yang baik untuk mengendalikan gulma, akan tetapi efektif tidaknya suatu herbisida yang digunakan bergantung pada jenis dan dosis herbisida yang suatu diberikan serta besar kecilnya pengaruh lingkungan.

Penggunaan herbisida sebagai pengendali gulma mempunyai dampak positif dan negatif. Dampak positifnya adalah gulma dapat dikendalikan dalam waktu yang relatif singkat dan mencakup areal yang luas. Lagi pula bahaya erosi dan kerusakan akar tanaman tidak perlu dikhawatirkan kareana gulma yang mati oleh herbisida menutupi permukaan tanah. Adapun dampak negatif penggunaan herbisida adalah merusak tanaman, karena itu penggunaannya harus hati-hati. Pemakaian yang salah dapat merugikan lingkungan, tanaman yang diusahakan bahkan manusia. Pemakaian suatu jenis herbisida secara terus menerus akan membentuk gulma yang resisten sehingga akan sulit mengendali-kannya.
Konsekuensi dari pemakaian herbisida yang sama (sama jenis bahan aktif atau sama cara kerja) secara berulang-ulang dalam periode yang lama pada suatu areal maka ada dua kemungkinan masalah yang timbul pada areal tersebut; yaitu terjadi dominansi populasi gulma resisten-herbisida atau dominansi gulma toleran herbisida.
Pada suatu populasi gulma yang dikendalikan menggunakan satu jenis herbisida dengan hasil memuaskan, ada kemungkinan satu individu dari sekian juta individu yang diberi herbisida memiliki gen yang membuat individu tersebut kebal terhadap herbisida tersebut. Individu yang kebal tersebut tumbuh normal dan menghasilkan regenerasi, sejumlah individu yang juga tahan terhadap herbisida yang sama pada aplikasi herbisida berikutnya. Demikian seterusnya secara berulang-ulang, setiap pengaplikasian herbisida yang sama akan mematikan individu-individu yang sensitif dan meninggalkan individu-individu yang resisten. Jumlah individuindividu yang resisten tersebut pada suatu ketika menjadi signifikan dan menyebabkan kegagalan dalam pengendalian.
Dalam aplikasi herbisida ada beberapa hal yang menentukan keberhasilan, antara lain adalah herbisida yang digunakan, cara aplikasinya, gulma sasaran, dan kondisi cuaca. Ada syarat 5 Tepat dalam pengaplikasian herbisida, yaitu tepat jenis, tepat dosis, tepat waktu, tepat cara dan tepat sasaran.




B.  Tujuan
Praktikum aplikasi herbisida ini bertujuan untuk:
1.      Mengetahui jenis/ golongan gulma apa yang dapat di kendalikan
2.      Mengetahui resistensi gulma terhadap herbisida
3.      Mengeahui gejala keracunan gulma oleh herbisida
4.      Mengetahui selektifitas herbisida terhadap gulma
5.      Membandingkan dua herbisida dengan bahan aktiv dan dosis/ konsentrasi yang digunakan
6.      Membandingan hasil aplikasi herbisida di tempat terbuka dan ternaungi


TINJAUAN PUSTAKA



            Dalam proses pengolahan tanah dilakukan pengendalian terhadap gulma yang tumbuh.  Selama proses pertumbuhannya, gulma menjadi pesaing tanaman utama dalam hal unsur hara, air dan ruang serta sinar matahari. Untuk pengendalian gulma secara kimia dapat dilakukan dengan menggunakan bahan kimia yang disebut herbisida. Dengan penggunaan herbisida dapat diperoleh bebrapa keuntungan  yaitu waktu dan tenaga lebih sedikit, kerusakan pada tanaman pokok lebih sedikit dibandingkan cara mekanik (Daud, 2008).
            Menurut Sriyani(2010) cara pengendalian gulma yang paling banyak dilakukan adalah dengan penggunaan herbisida kimia, yang digolongkan menjadi organik atau anorganik. Penggunaan herbisida moderen pertami kali yaitu herbisida 2,4-D sekitar tahun 1940an.
Herbisida 2,4 D dimetil amina dan kalium MCPA, merupakan golongan fenoksi sedangkan herbisida dari golongan isoksazolidin yaitu clomazon.  Kalium MCPA,  2,4 D dimetil amina, dan clomazon, merupakan herbisida dengan persistensi rendah (Soerjandono,2005).
Herbisida berbahan aktif 2,4 D termasuk dalam herbisida golongan Fenoksi. Nama kimia dari herbisida ini adalah 2,4-(Dichloriphenoxy) acetic acid. 2,4 D dalam dosis tinggi akan mengganggu pembentukan lemak. 2,4 D cenderung lebih mematikan jika diaplikasikan pada gulma berdaun lebar (Ashton dan Craft, 1981).
Herbisida 2,4-D atau 2,4- dikloro fenoksi asam asetat merupakan salah satu herbisida untuk pembasmi gulma yang efektif untuk jenis gulma yang berdaun lebar. Gulma yang mampu dibasmi misalnya Limnocharis flava, Monochoria vaginalis, salvinia natans, Cyperus difformis. Fimristys miliaceae, Scirpus juncoides di lahan sawah. Herbisida 2,4-D bersifat sistemik, berbentuk kristal putih, tidak berbau dan mempunyai titik lebur 140,5 °C (Sofnie et al., 2000).
Pemakaian campuran herbisida dapat meningkatkan spektrum pengendalian dosis herbisida. Campuran herbisisda dengan bahan aktif glifosat akan mematikan gulma dengan jalan menghambat jalur biosintesa asam amino. Herbisida dengan bahan aktif 2,4-D akan menghambat pertumbuhan gulma dengan mempercepat respirasi, hal ini menyebabkan adanya ke dua bahan aktif dapat mempercepat kematian gulma. Cara kerja lain adalah dengan mengganggu keseimbangan produksi bahan-bahan kimia yang diperlukan tumbuhan (Moenandir, 1990).
Herbisida klomazon merupakan herbisida sistemik diberikan pre emergence pada permukaan tanah. Herbisida ini akan diserap oleh akar tanaman dan ditranslokasikan ke atas dan tinggal di daun. Herbisida ini memberikan efek penghambat pembentukan karotenoid, sehingga menyebabkan pemutihan kloroplas. Herbisida klomazon dapat digunakan untuk mengendalikan gulma golongan teki dan gulma daun lebar, sedangkan metribuzin dapat digunakan untuk mengendalikan gulma golongan rumput dan daun lebar. Cara kerja herbisida mertibuzin adalah mengganggu aktivitas fotosintesis (Sastroutomo, 1990).

METODOLOGI


A.    Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah meteran, plastic raffia, sprayer, nozel kuning (0,5m), ember, gelas ukur
Bahan yang digunakan adalah herbisida 2,4D merek dagang Tuwal, air,

B.     Cara kerja

Praktikum ini dilakukan dengan cara:
1.      Pilih lokasi dengan presentasi penutupan gulma pada permukaan tanah lebih dari 75% serta didapat lebih dari 5 jenis gulma dengan kondis gulma yang cukup seragam.
2.      Setiap kelompok membuat petakan yang ditumbuhi gulma dengan luas 2x5 meter berjumlah 4 petak.  Lokasi petakan yang dipilih adalah terbuka dan tertutup. Setiap petakan di buat satu kontrol sebagai pembanding.
3.      Dilakukan analisis gulma awal untuk menentukan peniaian tingkat penutupan masing-masing jenis gulma serta dibuat peringkat dominansinya.
4.      Dilakukan kalibrasi sprayer sebelum aplikasi herbisida dengan metode luas yang dilakukan oleh satu orang. Dosis yang digunakan adalah dosis nyang sesuai rekomendasi yang tertera pada label herbisida  yaitu 1,5 liter/ha atau 3 ml/20 m2 dengan volume semprot sebanyak 0,29 liter/20 m2.  Untuk nozzel yang digunakan adalah 0.5 m berwarna kuning.
5.      Aplikasi dilakukan setelah herbisida di campur dengan air sebanyak yang telah dibutuhkan.  Saetelah dimasukkan kedalam sprayer maka tengki di pompa dengan tekanan maksimal.  Herbisida lalu disemprotkan kedalam petakan yang telah ditentukan.
6.      Pengamatan tingkat keracunan dilakukan sebanyak tiga kali pada hari ke tiga setelah aplikasi (3HSA),  kemudian satu minggu setelah aplikasi (1MSA), dan peninilaian akhir yaitu dua minggu setelah aplikasi (2MSA).
7.      Pengamatan dilakukan dengan membandingkan presentasi keracunan dan tingkat penutupan pada masing petakan yang ternaungi dan terbuka dengan kontrolnya.

III. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


A.    Data Hasil Pengamatan
Herbisida yang digunakan berbahan aktif 2,4-D.  Dosis yang digunakan adalah 3 L/ha, dan petak yang disemprot luasannya adalah 20 m2, sehingga herbisida yang digunakan untuk petak adalah 0,06 L.
Tabel 1.  Data Pengamatan Pada Petak Kontrol Ternaungi
No
Jenis Gulma
0 MSA
3 HSA
1 MSA
                                2 MSA2 minnggu              2 MSA
1
Asystasia gangetica
75
30
0
0
2
Cyperus rotundus
5
5
5
5
3
Cynodon dactylon
20
20
20
14
4
Ottochloa nodosa
5
5
5
5
5
Acalypha sp.
25
20
17,5
10
6
Axonopus compressus
1
1
1
1

Tabel 2.  Hasil Perhitungan Analisis SDR Untuk Tingkat Keracunn Gulma Pada
 Petak Ternaungi.
Jns
Gulma
Dominansi
KM
KN
FM
FN
NP
SDR
Pengamatan
1
2
3
4
1
75
30
0
0
105
0.38
2
0.09
0.47
0.23
2
5
5
5
5
20
0.07
4
0.18
0.25
0.13
3
20
20
20
14
74
0.27
4
0.18
0.45
0.22
4
5
5
5
5
20
0.07
4
0.18
0.25
0.13
5
25
20
17,5
10
55
0.20
4
0.18
0.38
0.19
6
1
1
1
1
4
0.01
4
0.18
0.20
0.10
Total
131
81
31
35
278
1
22
1
2
1


Tabel 3.  Data Pengamatan Pada Petak Aplikasi Ternaungi
Jenis Gulma
0 MSA
3 HSA
1 MSA
2 MSA
Asystasia gangetica
0
80
100
100
Cyperus rotundus
0
0
0
0
Cynodon dactylon
0
20
30
65
Ottochloa nodosa
0
5
10
0
Acalypha sp.
0
20
30
50
Axonopus compressus
0
0
0
0

Tabel 4.  Hasil Perhitungan Analisis SDR Untuk Tingkat Keracunan Gulma Pada
 Petak Ternaungi.
Jns
Gulma
Dominansi
KM
KN
FM
FN
NP
SDR
Pengamatan
1
2
3
4
1
0
80
100
100
280
0.55
3
0.27
0.82
0.41
2
0
0
0
0
0
0.00
0
0.00
0.00
0.00
3
0
20
30
65
115
0.23
3
0.27
0.50
0.25
4
0
5
10
0
15
0.03
2
0.18
0.21
0.11
5
0
20
30
50
100
0.20
3
0.27
0.47
0.23
6
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Total
0
125
170
215
510
1
11
1
2
1


Tabel 5.  Data Pengamatan Pada Petak Kontrol Terbuka
Jenis Gulma
0 MSA
3 HSA
1 MSA
2 MSA
Asystasia gangetica
65
0
0
0
Cynodon dactilon
15
5
5
5
Setaria plicata
10
10
10
7,5
Axonopus compressus
5
5
5
5
Tali Putri
5
0
0
0



Tabel 6.  Hasil Perhitungan Analisis SDR Untuk Tingkat Keracunan Gulma Pada
 Petak Kontrol Terbuka

Jns
Gulma
Dominansi

KM

KN

  FM

FN


NP

SDR
Pengamatan
1
2
3
4
1
65
0
0
0
65
0.43
1
0.07
0.50
0.25
2
15
5
5
5
30
0.20
4
0.29
0.49
0.24
3
10
10
10
7,5
30
0.20
4
0.29
0.49
0.24
4
5
5
5
5
20
0.13
4
0.29
0.42
0.21
5
5
0
0
0
5
0.03
1
0.07
0.10
0.05
Total
100
20
20
10
150
1
14
1
2
1


Jenis Gulma
0 MSA
3 HSA
1 MSA
2 MSA
Asystasia gangetica
0
95
100
100
Cynodon dactilon
0
10
20
0
Setaria plicata
0
0
0
0
Axonopus compressus
0
55
10
5
Tali Putri
0
90
100
100
Tabel 7.  Data Pengamatan Pada Petak  Terbuka


Tabel 8.  Hasil Perhitungan Analisis SDR Untuk Tingkat Keracunan Gulma Pada
 Petak Kontrol Terbuka
Jns
Gulma
Dominansi

KM

KN

  FM

FN


NP

SDR
Pengamatan
1
2
3
4
1
0
95
100
100
295
0.43
3
0.27
0.70
0.35
2
0
10
20
0
30
0.04
2
0.18
0.23
0.11
3
0
0
0
0
0
0.00
0
0.00
0.00
0.00
4
0
55
10
5
70
0.10
3
0.27
0.37
0.19
5
0
90
100
100
290
0.42
3
0.27
0.70
0.35
Total
0
250
230
205
685
1
11
1
2
1

B. Pembahasan

Penggolongan herbisida berdasarkan cara kerja antara lain dibedakan menjadi herbisida kontak dan herbisida sistemik. Herbisida kontak adalah herbisida yang mematikan bagian gulma yang terkena butiran-butiran semprot yang disemburkan, Herbisida kontak dikenal juga sebagai caustic herbicides, karena adanya efek bakar yang terlihat, terutama pada konsentrasi tinggi pada bagian yang berhijau daun. Herbisida kontak hanya mematikan bagian gulma yang terkena larutan, jadi bagian gulma di bawah tanah seperti akar atau rimpang tidak terpengaruhi dan pada waktunya dapat tumbuh kembali.

Herbisida sistemik adalah herbisida yang ditranslokasikan dan berefek luas pada seluruh sistem tumbuhan. Herbisida sistemik efektif untuk mengendalikan gulma tahunan (perennial weed) dan dapat bersifat selektif maupun non selektif, dapat berspektrum pengendalian luas maupun sempit. Gejala kematian gulma terlihat pada 2 – 4 minggu setelah aplikasi. Contoh herbisida sistemik adalah 2,4-D, dan glifosat.

Sebagai herbisida yang termasuk pasca tumbuh (post emergence herbicides),   2,4-D digunakan sesudah gulma dan tanaman pokoknya tumbuh.  Herbisida disemprotkan pada daun gulma dan mematikannya. Translokasi merupakan faktor penting untuk gulma dengan propagul dalam tanah (rhizome, umbi). Jika herbisida dapat ditranslokasikan maka penyemprotan di atas tajuk dapat mematikan gulma sampai bagian jaringan yang berada di dalam tanah. Translokasi berlangsung melalui phloem (simplas), xylem (apoplas) dan ruang antar sel.

Herbisida 2,4-D adalah kelompok herbisida yang merupakan kelompok Aryloxyalcanoic Acid atau yang sering disebut sebagai kelompok fenoksi. Fenoksi merupakan kelompok hormon tumbuhan sintetis dan bekerja seperti asam indol asetat (IAA), dan bersifat sistemik.











                                                                                                                                                           I.            KESIMPULAN



Dari hasil praktikum dan pen[k]ajian maka dapat disimpulkan bahawa:
1.
2.
3.










DAFTAR PUSTAKA

Barus, Emanuel. 2007. Pengendalian gulma diperkebunan, efektivitas dan efisiensi aplikasi herbisida.Kanisius.Yogyakarta. Cetakan Ke-5
Daud, David.2008.Uji Efikasi Herbisida Glifosat, Sulfosat Dan Paraquat  Pada Systim Tanpa Olah Tanah (TOT) Jagung. Prosiding Seminar Ilmiah Dan Pertemuan Tahunan Pei Pfi Xix Komisariat Daerah Sulawesi Selatan. Hal 316-327.

Soerjandono, Noeriwan B. 2005.Teknik Pengendalian Gulma dengan Herbisida Persistensi Rendah pada Tanaman Padi. Buletin Teknik Pertanian Vol. 10, Nomor 1, 2005. 8 Hal.

Sriyani, Nanik.2010. Pengelolaan Gulma dan Herbisida untuk Meningkatkan Produktivitas Lahan Pertanian secara Berkelanjutan. Bandar Lampung. Universitas Lampung.

Yulianto, M.2010. Jenis Dan Cara Kerja Herbisida. Sigenta. dalam http://www.scribd.com/doc/31396155/Mode-of-Action-Herbisida diakses 29 Maret 2012
Ashton, F. M. and A.S. Crafts. 1981. Mode of Action of Herbicides. John Willey and Son. New York.

Sastroutomo, S.S. 1990. Ekologi Gulma. PT. Gramedia. Pustaka Utama. Jakarta
Moenandir, J. 1990. Pengantar Ilmu Pengendalian Gulma. Rajawali Press. Jakarta.

Sofnie M. Mulyadi. Idawati. 2000. Translokasi herbisida 2,4-D-14C pada Tanaman Gulma dan Padi pada Sistem Persawahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar