ahlan wa sahlan

Semoga bermanfaat," Sampaikanlah Walau Hanya Satu Ayat"

Selasa, 05 Juni 2012

ENGARUH BEBERAPA TINGKAT DEFOLIASI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L.) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PRODUKSI


PENGARUH BEBERAPA TINGKAT DEFOLIASI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L.) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PRODUKSI




Oleh: Grup V
Dani Bayu Aji RN                  0914013082
Darso Waluyo                         0914013084
Emma Halimaturosidah          0914013093
Ezed Qyoko Wahyuni P         0914013096








AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
JUNI 2011





DAFTAR ISI







DAFTAR TABEL DAN GRAFIK









DAFTAR GAMBAR







I  PENDAHULUAN


1.1. Latar Belakang

Kedelai (kadang-kadang ditambah "kacang" di depan namanya) adalah salah satu tanaman polong-polongan yang menjadi bahan dasar banyak makanan dari Asia Timur seperti kecap, tahu, dan tempe. Berdasarkan peninggalan arkeologi, tanaman ini telah dibudidayakan sejak 3500 tahun yang lalu di Asia Timur. Kedelai putih diperkenalkan ke Nusantara oleh pendatang dari Cina sejak maraknya perdagangan dengan Tiongkok, sementara kedelai hitam sudah dikenal lama orang penduduk setempat. Kedelai merupakan sumber utama protein nabati dan minyak nabati dunia. Penghasil kedelai utama dunia adalah Amerika Serikat meskipun kedelai praktis baru dibudidayakan masyarakat di luar Asia setelah 1910 (Wikipedia, 2011).

Kedelai yang dibudidayakan biasanya terdiri dari paling tidak dua spesies: Glycine max yang biasanya disebut kedelai putih, yang bijinya bisa berwarna kuning, agak putih, atau hijau, dan Glycine soja atau sering dikenal kedelai hitam, berbiji hitam. Kedelai putih merupakan tanaman asli daerah Asia subtropik seperti RRC dan Jepang selatan, sementara kedelai hitam merupakan tanaman asli Asia tropis di Asia Tenggara. Tanaman ini telah menyebar ke Jepang, Korea, Asia Tenggara dan Indonesia. Beberapa kultivar kedelai putih budidaya di Indonesia, di antaranya adalah 'Ringgit', 'Orba', 'Lokon', 'Darros', dan 'Wilis'. "Edamame" adalah sejenis kedelai berbiji besar berwarna hijau yang belum lama dikenal di Indonesia dan berasal dari Jepang.

Peningkatan produksi kacang kedelai dilakukan dengan cara memperbaiki kultur teknis petani atau cara budidaya, untuk mendapatkan varietas-varietas yang produksinya tinggi serta peningkatan pengelolaan lepas panen. Salah satunya adalah dengan dilakukannya defoliasi. Menurut Suwarso (2010), Defoliasi ialah pemotongan atau pengambilan bagian tanaman yang ada di atas permukaan tanah, baik oleh manusia maupun oleh renggutan hewan itu sendiri di waktu ternak itu digembalakan.

Biasanya defoliasi dapat dilakukan pada waktu tertentu, yaitu :
a)        Periode perkecambahan atau awal pertumbuhan
Yaitu periode di mana tanaman mulai tumbuh. Jika defoliasi dilakukan pada periode ini, maka hijauan tersebut nilai gizinya relative tinggi dan serat kasarnya pun masih rendah. Untuk mempertahankan agar supay hijauan tetap dalam keadaan muda, makam tanaman harus sering dipotong. Tetapi defoliasi yang dilakukan pada periode ini kurang menguntungkan, karena akan memperlemah pertumbuhan kembali, dengan demikian tanaman tak ada kesempatan tumbuh kemali dengan baik, sehingga tanaman liar akan tumbuh subur.
b)        Periode vegetatif
Periode vegetatif yaitu periode sesudah awal pertumbuhan sampai menjelang berbunga. Jika defoliasi terhadap tanaman dilakukan pada periode ini sungguh sangat tepat atau merupakan saat pemotongan yang optimal, sebab kandungan nilai gizi tananam masih cukup tinggi, belum banyak yang hilang menjadi buah (biji). Selain itu kandungan serat kasarnya belum begitu tinggi. Jika dilakukan defoliasi pada periode ini, kesempatan untuk tumbuh kembali masih baik.
c)        Periode berbuah
Yakni periode di mana tanaman sudah mulai membentuk biji. Pada periode ini kandungan serat kasar tanaman sangat tinggi. Hal ini kiranya bisa dimaklumi karena semakin tua tanaman akan semakin banyak serabut yang digenangi oleh lignin yang mengeraskannya, sehingga kebanyakan dari sel-sel tanaman itu diselubungi oleh zat yang tak dapat dicerna dan itulah sebabnya nilai gizi makanan akan menurun pula. Dengan sebagian besar zat-zat makanan yang berguna bagi keperluan hewan sudah hilang untuk pembentukan biji. Maka suatu hal yang kurang tepat apabila defoliasi itu dilakukan pada periode ini.

Defoliasi yang tepat dapat mengalihkan fotosintat pada perkembangan generatif. Informasi tentang defoliasi atau pengurangan daun pada tanaman kacang kedelai masih jarang-berkenaan dengan hasil tersebut, maka perlu dilakukan percobaan yang berkaitan dengan defoliasi daun yang berhubungan dengan beberapa varietas tanaman kacang hijau.


1.2. Tujuan

Adapun dilakukan percobaan ini adalah sebagai berikut :
1.        Mengetahui pengaruh tingkat defoliasi tanaman kedelai terhadap pertumbuhan dan hasil produksi.
2.        Mengetahui kapan waktu terbaik untuk melakukan defoliasi tanaman kedelai untuk mendapatkan hasil produksi yang optimum.


1.3. Hipotesis

Dari beberapa informasi yang telah dilakukan, perlakuan defoliasi 66% dari masa pembungaan sampai masa pengisian polong akan memberikan pengaruh pertumbuhan dan hasil produksi yang paling rendah.








II.  PELAKSANAAN PRAKTIKUM


2.1. Waktu dan tempat

Adapun waktu pelaksanaan praktikum produksi tanaman pangan adalah dari tanggal 1 Februari 2011 dan dilaksanakan setiap hari Selasa pukul 08.00-10.00 wib. Tempat pelaksanaan praktikum adalah lahan yang terletak di belakang Masjid Al-Wasii, Universitas Lampung, Bandar Lampung.


2.2. Alat dan bahan

Adapun alat-alat yang digunakan pada saat praktikum produksi tanaman pangan adalah sabit, cangkul, tali rafia, gembor, gunting, batang kayu. Sedangkan bahan yang digunakan adalah benih kedelai varietas Anjasmoro.


2.3. Metodologi praktikum

2.3.1. Metode

Perlakuan tanaman yang dilakukan pada masing-masing kelompok tanaman kedelai adalah sebagai berikut:
Kelompok 1 : defoliasi 33% dari sebelum pembungaan sampai pembungaan.
Kelompok 2 : defoliasi 66% dari sebelum pembungaan sampai pembungaan.
Kelompok 3 : tanpa defoliasi (normal)
Kelompok 4 : defoliasi 33% dari saat pembungaan sampai pengisian polong
Kelompok 5 : defoliasi 66% dari saat pembungaan sampai pengisian polong

2.3.2. Pelaksanaan praktikum

Tempat untuk pelaksanaan praktikum produksi tanaman pangan adalah lahan di belakang Masjid Al-Wasii Universitas Lampung. Lahan kosong ini ditumbuhi rumput liar dan alang-alang yang cukup tinggi sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama untuk dilakukan pengolahan tanah. Olah tanah yang dilakukan pertama kali adalah pembabatan rumput liar dan alang-alang dengan bantuan alat sabit, setelah itu lahan dibajak, dan  Kemudian penempatan plot dilakukan berurutan mulai dari kelompok 1 hingga kelompok 9. Kelompok 1-5 menanam benih kedelai, sedangkan kelompok 6-9 menanam benih sorgum dengan perbedaan varietas di setiap kelompok. Pemberian benih dan varietas setiap kelompok ditentukan oleh dosen. Pemilihan benih dilakukan agar mendapatkan benih-benih yang cukup baik untuk ditanam pada lahan praktikum. Seed treatment juga dilakukan pada varietas tertentu dimana ada varietas yang disimpan dalam kulkas maupun tempat penyimpanan benih yang cukup baik.

Ukuran lahan yang digunakan adalah 3 x 3 m. Jarak tanam yang digunakan pada praktikum tanaman sorgum adalah 25 cm x 25 cm. Tanggal 24 Februari 2011, dilakukan penyiapan lubang tanam (penugalan) dengan penanaman benih kedelai 2-3 butir per lubang, dan dilakukan penyiraman setiap hari, terutama pada awal pertumbuhan tanaman. Pada tanggal 25 dan 26 Februari 2011, dilakukan penyiangan gulma dan penyiraman tanaman. Tanggal 27 Februari 2011 terjadi hujan pada pukul 19.00-20.00 wib. Pada tanggal 28 Februari 2011, dilakukan penyiangan gulma, benih sudah tumbuh sekitar 90% . Pada tanggal 1 Maret 2011, dilakukan penyulaman pada tanaman kedelai yang belum tumbuh untuk semua kelompok kedelai. Sedangkan hari lain dilakukan penyiraman biasa dan melakukan pengamatan.  Pada tanggal 8 Maret, kegiatan yang dilakukan yaitu memberikan furadan pada lahan tanaman kedelai untuk menghindari kemungkinan adanya gangguan dari semut, serta setiap kelompok tanaman kedelai melakukan pemilihan sampel tanaman. Tanaman sampel berjumlah 10 tanaman yang dipilih secara acak. Pengambilan sampel dilakukan untuk menentukan pengukuran tinggi dan jumlah daun tanaman kedelai. Tanggal 9 Maret 2011 terjadi hujan pukul 12.20 wib, tanggal 11, 13, dan 14 Maret 2011 terjadi hujan di waktu yang berbeda mulai dari 06.10 wib, 16.30 wib, dan 19.00 wib. Pada tanggal 15 Maret 2011 dan tanggal 22 Maret 2011, kegiatan yang dilakukan seperti biasa yaitu pembersihan lahan dari gulma dan pengukuran tinggi dan jumlah tanaman sampel seta pengarahan dari dosen.  Dan pada tanggal 25 Maret 2011 dilakukan pemupukan , pupuk yang digunakan untuk tanaman kedelai yaitu Urea 45 gram, SP36 90 gram, dan KCL 90 gram. Pemupukan diberikan dengan cara membuat larikan kemudian pupuk ditutup dengan tanah yang dimaksudkan agar pupuk yang diberikan tidak menguap. Pada tanggal 29 Maret, kegiatan yang dilakukan yaitu pengukuran tinggi dan jumlah daun tanaman sampel, serta pembersihan lahan dari gulma. Pada tanggal 10 Mei, dilakukan perhitungan polong pada setiap tanaman sampel. Sampai pada tanggal 24 Mei 2011, tanaman kedelai sudah panen, dan kegiatan yang dilakukan pada saat tanaman kedelai panen yaitu menghitung jumlah polong setiap tanaman sampel dan polong tersebut dimasukkan ke dalam amplop dan diberikan label, kemudian berangkasan masing-masing sampel dimasukkan ke dalam amplop dan diberi label. Amplop-amplop tersebut dijemur di rumah kaca, kemudian ditunggu selama 1 minggu sampai kering. Pada tanggal 17 Mei, amplop-amplop tersebut kemudian ditimbang dan dicatat beratnya.







III  HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


3.1. Hasil Pengamatan

Tabel 1. Data pengamatan tinggi tanaman kedelai
Perlakuan
Pengamatan
Minggu 1
Minggu 2
Minggu 3
Minggu 4
Minggu 5
D0
14,0
18,9
27,3
42,9
61,1
D1
12,9
19,1
28,6
43,3
59,9
D2
12,6
17,2
25,8
40,4
51,8
D3
10,4
17,5
26,4
35,9
50,4
D4
10,3
17,1
25,7
41,8
58,5

Grafik 1. Data pengamatan tinggi tanaman kedelai



Grafik 2. Data pengamatan tinggi tanaman kedelai










                                                                                               
Tabel 2. Data pengamatan jumlah daun tanaman kedelai
Perlakuan
Pengamatan
Minggu 1
Minggu 2
Minggu 3
Minggu 4
Minggu 5
D0
2,3
4,4
6,8
8,9
10,4
D1
2,1
2,4
4,4
6,1
9,4
D2
2,0
3,0
4,0
5,0
6,0
D3
1,3
2,2
3,4
6,2
7,5
D4
1,4
1,95
4,3
7,2
8,3

Grafik 3. Data pengamatan jumlah daun tanaman kedelai
Grafik 4. Data pengamatan jumlah daun tanaman kedelai

Tabel 3. Data pengamatan jumlah polong tanaman kedelai
Perlakuan
Pengamatan
10-Mei-11
24-Mei-11
D0
57,1
43,4
D1
63,1
47,7
D2
55,1
43,0
D3
39,7
31,2
D4
56,9
60,0

Grafik 5. Data pengamatan jumlah polong tanaman kedelai
Grafik 6. Data pengamatan jumlah polong tanaman kedelai

Tabel 4. Data pengamatan berat kering tanaman
perlakuan
Berat kering (g)
polong
Brangkasan
D0
19,3
13,43
D1
20,3
15,9
D2
19
14,2
D3
16,4
12,23
D4
23,07
16,05

Grafik 7. Data pengamatan berat kering tanaman

Grafik 8. Data pengamatan berat kering tanaman

Pembahasan
Dari hasil pengamatan yang diperoleh terlihat bahwa tinggi tanaman mempunyai tinggi dari interval 50 cm sampai dengan 61 cm. tanaman tanpa perlakuan (D0) memiliki tinggi tanaman paling tinggi yaitu 61,1 cm dan disusul oleh tanaman kedelai defoliasi 33 % sebelum pembunggan sampai pembungaan(D1) dengan tinggi 59,9 cm. Sedangkan kolompok kami yaitu perlakuan (D4) defoliasi 66% setelah pembungaan sampai pengisian polong memiliki tinggi 58,5 cm. Hal ini mungkin disebabkan karena

Demikian juga halnya pada jumlah daun. Tanaman tanpa perlakuan D0 memiliki jumlah daun 10 helai. Pada tanaman dengan perlakuan defoliasi 33% sebelum pembungaan dengan jumlah daun 9 helai. Disusul dengan kelompok kami yaitu perlakuaan (D4) defoliasi 33% dari pembungaan sampai dengan pengisian polong memiliki jumlah daun sebanyak 8 helai. Dapat kita lihat bahwa tinggi tanaman berkorelasi fpositif dengan jumlah daun. Semakin tinggi tanaman, semakin banyak pula jumlah daunnya.

Pada data jumlah polong, kami melakukan dua kali pengamatan. Pengamatan pertama dilakukan pada tanggal 10 mei 2011. Pengamatan ini dilakukan ketika polong masih berada di tanaman. Untuk tanaman dengan jumlah polong terbanyak terdapat pada tanaman dengan perlakuaan defoliasi 33% sebelum pembungaan (D1) dengan jumlah polong 63 buah. Sedangkan tanaman tanpa perlakuaan (D0) memiliki jumlah polong sebanyak 57 buah. Perlakuaan tanaman (D4) defoliasi tanaman 66% setelah pembungaan sampai dengan pengisiaan polong yang merupakan kelompok kami, memiliki jumlah polong sebanyak 57 buah. Dan tanaman yang memiliki jumlah polong paling sedikit adalah perlakuaan (D3) defoliasi 33% setelah pembungaan sampai pengisian polong. Pada pengamatan kedua yang dilakukan pada tanggal 24 mei 2011 yaitu pada saat sebelum dikeringkan, didapatkan bahwa jumlah polong yang paling banyak didapat pada perlakuan (D4) defoliasi tanaman 66% setelah pembungaan sampai dengan pengisian polong denagn jumlah 60 buah polong. Sedangkan jumlah polong yang paling sedikit terdapat pada perlakuaan (D3) defoliasi 33% setelah pembungaan sampai dengan pengisian polong dengan jumlah 31 buah polong. Perbedaan ini mungkin desebabkan oleh beebraa faktor, diantaranya yaitu jatuhnya buah polong sebelum dipanen sehingga pada penghitungan kedua, jumlahnya semakin sedikit/berkurang. Selain itu, pada saat pengukuran pertama, tanaman belum berbuah secara sempurna( belum berbuah semua), sehingga pada saat penghitungan polong kedua jumlahnya menjadi bertambah.

Pengamatan terakhir yaitu pengamatan berat brangkas dan berat polong masing-masing perlakuan. Diperoleh berat polong terberat pada perlakuan (D4) defoliasi 66% setelah pembungaan sampai dengan pengisian polong seberat 23,07 gram dan dengan berat brangkas 16,05 gram. Sedangkan tanpa perlakuaan (D0) memiliki berat polong 19,3 gram dan berat brangkas 13,43 gram. Dan perat polong yang paling rendah yaitu perlakuan (D3) defoliasi 66% setelah pembungaan sampai dengan pengisian polong seberat 16.4 gram untuk polong dan 12,23 gram untuk berat brangkas. Dapat kita lihat, bahwa berat polong berkorelasi positif dengan berat brangkas brangkas dan jumlah biji.

1 komentar:

  1. TINNEST OF TINNEST OF TINNEST OF TINNEST OF TINNEST OF TINNEST OF TINNEST
    TINNEST OF TINNEST OF TINNEST OF TINNEST OF TINNEST OF titanium white dominus price TINNEST OF babylisspro nano titanium TINNEST OF TINNEST OF nano titanium flat iron TINNEST OF ford focus titanium hatchback TINNEST OF TINNIT. $100.00. TINNEST OF TINNEST titanium suppressor OF TINNIT.

    BalasHapus