LAPORAN PRAKTIKUM
MK PRODUKSI TANAMAN PERKEBUNAN (AGT 303)
SEMESTER GANJIL 2011/2012
PEMBIBITAN TANAMAN KAKAO
Oleh
Kelompok
2 Kelas B
1. Alis
Saputra 0914013067
2. Angelinar
Siringo-ringo 0914013073
3. Angga
Sukowardana 0914013074
4. Darso
Waluyo 0914013084
5. Dian
Mahdarrini 0914013088
6. Ezed
Qyoko Wahyuni P. 0914013096
PROGRAM STUDI
AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2012
KATA
PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT
karena berkat rahmat, hidayah, dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan
laporan akhir praktikum Produksi Tanaman Perkebunan ini dengan baik. Laporan
ini dibuat berdasarkan hasil praktikum Produksi Tanaman Perkebunan pada
semester ganjil tahun ajaran 2011-2012.
Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada tim
dosen mata kuliah Produksi Tanaman Perkebunan, Ibu Maria Viva Rini, Bapak
Sugiyatno, dan Ibu Azlina Heryati Bakrie, yang telah membimbing kami dalam
kuliah dan praktikum mata kuliah ini hingga laporan ini selesai dibuat. Penulis
juga ingin mengucapkan terima kasih kepada teman-teman semua yang membantu
dalam pembuatan laporan akhir ini.
Penulis menyadari laporan ini masih jauh dari
sempurna. Karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kemajuan di masa mendatang. Akhir kata, penulis berharap semoga laporan ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.
Bandar Lampung,
Januari 2012
Penulis
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dan Masalah
Tanaman
kakao merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang peranannya cukup
penting bagi perekonomian nasional Indonesia, khususnya sebagai penyedia lapangan
kerja, dan sumber pendapatan. Selain itu, kakao juga berperan dalam mendorong pengembangan
wilayah dan pengembangan agroindustri.
Kakao juga merupakan salah satu komoditas ekspor yang dapat
memberikan kontribusi untuk peningkatan devisa Indonesia. Indonesia merupakan
salah satu negara pemasok utama kakao dunia setelah Pantai Gading (38,3%) dan
Ghana (20,2%) dengan persentasi 13,6%. Permintaan dunia terhadap komoditas
kakao semakin meningkat dari tahun ke tahun. Hingga tahun 2011, ICCO (International Cocoa Organization)
memperkirakan produksi kakao dunia akan mencapai 4,05 juta ton, sementara
konsumsi akan mencapai 4,1 juta ton, sehingga akan terjadi defisit sekitar 50
ribu ton per tahun (Suryani, 2007). Kondisi ini merupakan suatu peluang yang
baik bagi Indonesia karena sebenarnya Indonesia berpotensi untuk menjadi
produsen utama kakao dunia.
Salah satu
faktor yang perlu diperhatikan dalam mengusahakan tanaman kakao adalah
penggunaan bibit unggul dan bermutu. Tanaman kakao merupakan tanaman tahunan,
karena itu kesalahan dalam pemakaian bibit akan berakibat buruk dalam
pengusahaannya, walaupun diberi perlakuan kultur teknis yang baik tidak akan
memberikan hasil yang diinginkan, sehingga modal yang dikeluarkan tidak akan
kembali karena adanya kerugian dalam usaha tani. Untuk menghindari masalah
tersebut, perlu dilakukan cara pembibitan kakao yang baik.
B.
Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum pembibitan kakao adalah
1. Mengetahui anatomi dari tanaman kakao.
2. Mengetahui
cara pembibitan dan perawatan tanaman kakao dengan baik.
3. Mengetahui apakah ada pengaruh
pelepasan pulp dan posisi benih dalam buah terhadap pertumbuhan bibit kakao.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman kakao termasuk marga Theobroma, suku dari Sterculiaceae
yang banyak diusahakan oleh para pekebun, perkebunan swasta, dan perkebunan
Negara. Sistematik tanaman kakao menurut Tjitrosoepomo adalah :
Divisi :
Spermatophyta
Anak divisi :
Angiospermae
Kelas :
Dicotyledoneae
Anak kelas :
Dialypetalae
Bangsa :
Malvales
Suku :
Sterculiaceae
Jenis :
Theobroma cacao
Kakao secara garis besar dapat dibagi menjadi dua
tipe besar, yaitu Criollo (Amerika Tengah dan Amerika Selatan) dan Forastero
(Amazona dan Trinitario). Tanaman kakao dapat diperbanyak dengan cara generativ
ataupun vegetatif. Kakao lindak umumnya diperbanyak dengan benih dari klon-klon
induk yang terpilih. Sedangkan kakao mulia umumnya diperbanyak secara
vegetatif. Namun, kakao lindak pun dewasa ini juga sering diperbanyak secara
vegetatif untuk meningkatkan mutu dan hasil. Budidaya kakao sangat ditentukan
oleh tersedianya benih dan bibit yang baik untuk menjamin tersedianya benih yang
bermutu, maka dewasa ini di Indonesia terdapat sekitar 10 produsen benih (F.X.
Susanto, 1994).
Kakao merupakan salah satu komoditas ekspor yang dapat
memberikan kontribusi untuk peningkatan devisa Indonesia. Indonesia merupakan
salah satu negara pemasok utama kakao dunia setelah Pantai Gading (38,3%) dan
Ghana (20,2%) dengan persentasi 13,6%. Permintaan dunia terhadap komoditas
kakao semakin meningkat dari tahun ke tahun. Namun, kualitas biji kakao yang
diekspor oleh Indonesia dikenal sangat rendah (berada di kelas 3 dan 4). Hal
ini disebabkan oleh pengelolaan produk kakao yang masih tradisional (85% biji
kakao produksi nasional tidak difermentasi) sehingga kualitas kakao Indonesia
menjadi rendah. Kualitas rendah menyebabkan harga biji dan produk kakao Indonesia
di pasar internasional dikenai potongan sebesar USD 200/ton atau 10-15 % dari
harga pasar. Selain itu, beban pajak ekspor kakao olahan (sebesar 30%) relatif
lebih tinggi dibandingkan dengan beban pajak impor produk kakao (5%), kondisi
tersebut telah menyebabkan jumlah pabrik olahan kakao Indonesia terus menyusut
(Suryani, 2007). Selain itu para pedagang (terutama trader asing) lebih senang
mengekspor dalam bentuk biji kakao atau non olahan (Rohman, 2009).
Faktor yang mempengaruhi pembibitan tanaman kakao seperti juga tanaman
perkebunan yang lain adalah air, cahaya matahari, unsur hara, suhu, dan kelembaban.
Pertumbuhan vegetatif bibit terbagi atas pertumbuhan daun, batang dan akar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pertumbuhan daun dan batang ialah hormon
dan nutrisi (faktor dalam), status air dalam jaringan tanaman, suhu udara dan
cahaya (faktor luar). Pertumbuhan akar dipengaruhi suhu media tumbuh,
ketersediaan oksigen (aerasi), faktor fisik media tumbuh, pH media tumbuh,
selain faktor dalam dan status air dalam jaringan tanaman. Pertumbuhan daun dan
perluasan batang menentukan luas permukaan daun dan struktur tajuk yang
sangat penting sehubungan dengan proses fotosintesis. Sedangkan perluasan akar
akan menentukan jumlah dan distribusi akar yang kemudian akan berfungsi kembali
sebagai organ penyerap unsur hara mineral.
Faktor dalam diantaranya nutrisi
dapat terpenuhi dengan pemberian bahan organik, faktor luar diantaranya cahaya
dapat dipenuhi dengan penaungan. Selain mempengaruhi intensitas cahaya yang
masuk, penaungan berperan dalam pengaturan suhu dan kelembaban. Naungan untuk
pembibitan kakao adalah 50%. Tanaman muda kakao sangat sensitif terhadap angin
yang dapat mengakibatkan kerusakan pada daun, sehingga perlu dilindungi
(Soeratno, 1980).
Pembibitan adalah
suatu kegiatan untuk menghasilkan atau memproduksi bibit. Kegiatan yang
dilakukan dalam pembibitan terdiri dari perencanaan pembibitan, pembangunan
persemaian, penyiapan media bibit, perlakuan pendahuluan terhadap benih sebelum
disemaikan, penyemaian benih, penyapihan bibit, pemeliharaan bibit, pengepakan
dan pengangkutan bibit serta administrasi pembibitan (Willy, 2010).
III.
BAHAN
DAN METODE
A.
Tempat dan Waktu Praktikum
Praktikum Produksi Tanaman Perkebunan ini dilaksanakan dari bulan September
hingga Desember 2011 yang bertempat di Laboratorium Ilmu Gulma Fakultas
Pertanian Universitas Lampung.
B. Bahan dan Alat
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini antara lain sebagai
berikut :
Alat : polybag 18 buah (6 buah
saat menumbuhkan biji dan 12 buah saat transplanting), amplas, dan label.
Bahan : biji tanaman kakao dengan
pulp dan tanpa pulp, pasir, dan tanah.
C. Metode
Adapun metode dari praktikum ini antara lain sebagai berikut :
1.
Disiapkan biji tanaman kakao yang diambil dari buah
kakao yang dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian pangkal, tengah, dan ujung.
2.
Setelah dibagi menjadi bagian pangkal, tengah, dan
ujung, dipisahkan kembali menjadi dua bagian, yaitu biji dengan pulp dan biji
tanpa pulp.
3.
Biji tanaman kakao tanpa pulp dilakukan pembuangan
daging buah dengan bantuan amplas.
4.
Disiapkan polybag yang telah diisi pasir sebagai media
tumbuhnya dan telah diberi label.
5.
Ditanam biji kakao dengan pulp pada polybag
masing-masing dua biji untuk pangkal, tengah, dan ujung.
6.
Ditanam biji kakao tanpa pulp pada poybag
masing-masing dua biji untuk pangkal, tengah, ujung.
7.
Disimpan di bawah naungan.
8.
Dilakukan pengamatan dan penyiraman setiap hari hingga
tiga minggu.
9.
Setelah tanaman berumur tiga minggu, siapkan
transplanting ke media baru (tanah).
10. Disiapkan
polybag sebanyak 12 buah untuk transplanting dan sudah diberi label.
11. Dipindahkan
bibit kakao ke media tanah sesuai label. Simpan di bawah pohon naungan (kelapa
sawit).
12. Dilakukan
peyiraman, perawatan, pengamatan, dan pengukuran tinggi tanaman dan jumlah
daun.
D. Peubah yang Diamati
Peubah atau variabel yang diamati pada praktikum ini adalah tinggi tanaman
dan jumlah daun.
IV.
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil pengamatan
Tabel 1. Hasil pengamatan tinggi pembibitan tanaman kakao
Perlakuan
|
Tinggi tanaman
|
|||
|
3 MST
|
4 MST
|
5 MST
|
6 MST
|
P0L1
|
11.6
|
10.5
|
12.7
|
14.1
|
P0L2
|
9.6
|
11.5
|
13.0
|
13.8
|
P0L3
|
10.8
|
11.2
|
13.0
|
14.0
|
P1L1
|
10.6
|
12.4
|
14.4
|
14.6
|
P1L2
|
10.7
|
10.2
|
13.6
|
14.8
|
P1L3
|
10.4
|
11.2
|
10.3
|
10.4
|
Grafik 1. Grafik pengamatan tinggi pembibitan tanaman kakao
Tabel 2. Hasil pengamatan jumlah daun pembibitan tanaman
kakao
Perlakuan
|
Jumlah
|
Daun
|
||
3 MST
|
4 MST
|
5 MST
|
6 MST
|
|
P0L1
|
1.9
|
2.7
|
3.6
|
4.6
|
P0L2
|
1.7
|
3.1
|
4.6
|
5.5
|
P0L3
|
1.8
|
3.6
|
4.4
|
5.4
|
P1L1
|
1.6
|
2.6
|
3.4
|
4.4
|
P1L2
|
2.0
|
3.4
|
4.5
|
5.5
|
P1L3
|
1.9
|
3.0
|
3.1
|
4.3
|
Grafik 2. Grafik pengamatan jumlah daun pembibitan tanaman
kakao
B. Pembahasan
Tanaman kakao (Theobroma cacao L) merupakan salah satu
komoditi unggulan Indonesia, baik untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun
kebutuhan ekspor, serta memiliki prospek yang cukup cerah pada era globalisasi
persaingan pasar bebas, yang tujuannya untuk meningkatkan pendapatan devisa
negara. Dengan demikian perluasan tanaman kakao perlu terus ditingkatkan. Untuk meningkatkan produksi tanaman kakao, pemilihan
bibit merupakan langkah pertama yang harus diperhatikan.
Pembibitan adalah suatu
kegiatan untuk menghasilkan atau memproduksi bibit. Kegiatan yang dilakukan
dalam pembibitan terdiri dari perencanaan pembibitan, pembangunan persemaian,
penyiapan media bibit, perlakuan pendahuluan terhadap benih sebelum disemaikan,
penyemaian benih, penyapihan bibit, pemeliharaan bibit, pengepakan dan
pengangkutan bibit serta administrasi pembibitan.
Dalam pembibitan kakao harus
menggunakan benih yang baik yang dapat diperoleh dari buah terpilih dengan
syarat-syarat sebagai berikut:
1.
Buah sudah masak dengan kriteria
sudah mengalami perubahan warna yakni bila muda berwarna hijau sudah berubah
menjadi kuning dan yang muda merah sudah berwarna oranye atau jingga.
2.
Dompolan biji sudah terlepas dari
kulit buah.
3.
Buah dipetik dari batang utama
atau cabang primer.
4.
Bebas dari serangan hama dan
penyakit.
5.
Ukuran buah sedang.
Tanaman kakao dapat diperbanyak
dengan cara generatif ataupun vegetatif. Pada praktikum yang dilakukan kali ini
tanaman kakao diperbanyak dengan cara generatif yaitu dengan menggunakan biji kakao
yang telah dipilih dari klon-klon induk terpilih. Pembibitan kakao yang
dilakukan kali ini dengan dua perlakuan yaitu dengan pulp dan tanpa pulp untuk
tiga bagian yaitu ujung, tengah dan pangkal. Masing-masing perlakuan diulang
dua kali pada tujuh kelompok dengan waktu pengamatan selama 6 minggu dan
parameter yang diamati yaitu tinggi tanaman dan jumlah daun. Untuk tinggi
tanaman dan jumlah daun selalu mengalami peningkatan dalam pertumbuhannya namun
hasil peningkatan untuk masing-masing perlakuan tidak berbeda jauh.
Pada pengamatan tinggi tanaman
kakao, didapat hasil yang tertinggi pada minggu terakhir yaitu pada perlakuan
pulp bagian tengah. Hal ini menunjukkan bahwa biji yang terletak di bagian
tengah buah kakao dapat dijadikan sumber bibit yang baik.
Untuk pengamatan pada jumlah
daun, pengamatan dan pengukuran jumlah daun baru dilakukan pada minggu ketiga
karena pada minggu pertama dan kedua setelah tanam pertumbuhan daun belum
terlihat karena kotiledon baru terangkat ke atas permukan. Dari hasil yang
didapat untuk jumlah daun terbanyak pada pengamatan minggu terakhir terdapat
pada perlakuan pulp dan tanpa pulp bagian tengah.
Pada pengamatan terakhir banyak
terdapat tanaman kakao yang mati. Hal ini mungkin disebabkan karena praktikan
yang kurang dalam pemeliharaan tanaman kakao. Misalnya dalam hal penyiraman
yang tidak teratur sehingga tanaman kakao tersebut kekurangan air lalu kering
dan mati.
DAFTAR PUSTAKA
Susanto, F.X. 1994. Tanaman Kakao Budidaya dan Pengolahan Hasil.
Penerbit Kanisius : Yogyakarta.
Rohman,
Saepul. 2009. Teknik Fermentasi Dalam
Pengolahan Biji Kakao. http://majarimagazine.com/2009/06/teknik-fermentasi-dalam-pengolahan-biji-kakao/ diakses tanggal
20 Desember 2011 pukul 19.30 wib.
Soeratno. 1980.
Pembibitan Coklat. Kumpulan Makalah Konferensi
Coklat I.
Medan, 16-18
September 1980.
Willy,
Bryan. 2010. Standar Pembibitan. http://bryanwilly32.blogspot.com/2010/07/standar-pembibitan.html diakses tanggal
20 Desember 2011 pukul 19.35 wib.
LAMPIRAN
Pengamatan tanggal 7 Des 2011
Pengamatan tanggal 7 Des 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar