ahlan wa sahlan

Semoga bermanfaat," Sampaikanlah Walau Hanya Satu Ayat"

Selasa, 05 Juni 2012

PENGAMATAN GEJALA DAN IDENTIFIKASI PENYAKIT PADA TANAMAN HORTIKULTURA DAN PERKEBUNAN (Laporan Praktikum Penyakit Penting Tanaman)


PENGAMATAN GEJALA DAN IDENTIFIKASI PENYAKIT PADA TANAMAN HORTIKULTURA DAN PERKEBUNAN
(Laporan Praktikum Penyakit Penting Tanaman)



Oleh


Darso Waluyo                        0914013084













JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2012
I.  PENDAHULUAN

A.    Latar belakang


Banyak sekali penyakit yang dapat mengenai tanaman. Ilmu yang mempelajari penyakit tanaman disebut simtopatologi yang mempelajari tentang proses perkembangan penyakit-penyakit pada tanaman, serta cara menanggulangi penyakit tanaman tersebut.

Timbulnya gejala penyakit disebabkan karena adanya interaksi antara tanaman inang dan petogen. Penanaman gejala penyakit dapat didasarkan kepada tanda penyakit, perubahan bentuk, tanaman, pertumbuhan tanaman dan sebagainya.

Penyakit tumbuhan dapat ditinjau dari dua sudut yaitu sudut biologi dan sudut ekonomi, demikian juga penyakit tanamannya. Di samping itu untuk mempelajari Ilmu Penyakit Tumbuhan perlu diketahui beberapa istilah dan definisi yang penting. Kerusakan yang ditimbulkan oleh penyakit tumbuhan dapat menimbulkan kerugian yang sangat besar terhadap masyarakat. Kerusakan ini selain disebabkan oleh karena hilangnya hasil ternyata juga dapat melalui cara lain yaitu menimbulkan gangguan terhadap konsumen dengan adanya racun yang dihasilkan oleh jamur dalam hasil pertanian tersebut.
Gejala adalah perubahan yang ditunjukkan oleh tanaman sebagai suatu reaksi pada patogen. Berdasarkan perubahan yang terjadi pada sel tumbuhan gejala penyakit dibedakan menjadi 3 :
1.      Tipe Nekrosa
Gejalanya disebut Nekrosis yaitu gejala yang muncul sebagai akibat dari rusaknya atau matinya sel – sel tumbuhan.

2.      Tipe Hipoplastida
Gejalanya disebut hipoplasia yaitu gejala yang muncul sebagai akibat dari terhentinya pertumbuhan sel.
3.      Tipe Hiperplastida
Gejalanya disebut hiperplasia yaitu gejala yang muncul sebagai akibat perkembangan sel yang luar biasa.


B.     Tujuan percobaan


Adapun tujuan dari  praktikum yang dilakukan yaitu sebagai berikut :
1.      Mengenal dan mengetahui berbagai jenis gejala penyakit yang menyerang tanaman hortikultura dan perkebunan
2.      Mengenal dan mengetahui organisme penyebab penyakit pada tanaman cabai, kakao, kopi dan tembakau



II. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Pengamatan
No
Tanaman
Gambar
1.
Cabai















Colletotrichum capsici
2.
Kakao

Phytophthora palmivora



3.
Kopi

Capnodium sp
4.
Tembakau

Cercospora nicotianae



B. Pembahasan

Gejala adalah perubahan yang ditunjukkan oleh tanaman sebagai suatu reaksi pada patogen. Penyakit yang ditimbulkan pada tanaman, terutama tanaman hortikultura dan perkebunan sangat beragam bentuknya. Tetapi secara umum, gejala penyakit yang ditimbulkan oleh suatu penyakit ada tiga, yaitu:

1. Tipe Nekrosa
Gejalanya disebut Nekrosis yaitu gejala yang muncul sebagai akibat dari rusaknya atau matinya sel – sel tumbuhan.
2. Tipe Hipoplastida
Gejalanya disebut hipoplasia yaitu gejala yang muncul sebagai akibat dari terhentinya pertumbuhan sel.
3. Tipe Hiperplastida
Gejalanya disebut hiperplasia yaitu gejala yang muncul sebagai akibat perkembangan sel yang luar biasa.

Gejala dan identifikasi penyakit yang akan kita lakukan adalah pada tanaman cabai,kakao, kopi dan tembakau.
1. Colletotrichum capsici
Penyakit antraknosa atau patek pada tanaman cabai disebabkan oleh Cendawan Colletotrichum capsici Sydow dan Colletotrichum gloeosporioides Pens, penyakit antraknosa atau patek ini merupakan momok bagi para petani cabai karena bisa menghancurkan panen hingga 20-90 % terutama pada saat musim hujan, cendawan penyebab penyakit antraknosa atau patek ini berkembang dengan sangat pesat bila kelembaban udara cukup tinggi yaitu bila lebih dari 80 rH dengan suhu 320 C biasanya gejala serangan penyakit antraknosa atau patek pada buah ditandai buah busuk berwarna kuning-coklat seperti terkena sengatan matahari diikuti oleh busuk basah yang terkadang ada jelaganya berwarna hitam. Sedangkan pada biji dapat menimbulkan kegagalan berkecambah atau bila telah menjadi kecambah dapat menimbulkan rebah kecambah. Pada tanaman dewasa dapat menimbulkan mati pucuk, infeksi lanjut ke bagian lebih bawah yaitu daun dan batang yang menimbulkan busuk kering warna cokelat kehitam-hitaman.


Pengendalian Penyakit Antraknosa atau Patek:
  1. Melakukan prendaman biji dalam air panas (sekitar 550 C) selama 30 menit atau perlakuan dengan fungisida sistemik yaitu golongan triazole dan pyrimidin (0.05-0.1%) sebelum ditanam atau menggunakan agen hayati.
  2. Penyiraman fungisida atau agen hayati yang tepat pada umur 5 sebelum pindah tanam.
  3. Memusnahkan bagian tanaman yang terinfeksi, namun perlu diperhatikan saat melakukan pemusnahan, tangan yang telah menyentuh (sebaiknya diusahakan tidak menyentuh) luka pada tanaman tidak menyentuh tanaman/buah yang sehat, dan sebaiknya dilakukan menjelang pulang sehingga kita tidak terlalu banyak bersinggungan dengan tanaman/buah yang masih sehat.
  4. Penggiliran (rotasi) tanaman dengan tanaman lain yang bukan famili solanaceae(terong, tomat dll) atau tanaman inang lainnya misal pepaya karena berdasarkan penelitian IPB patogen antraknosa pada pepaya dapat menyerang cabai pada pertanaman.
  5. Penggunaan fungisida fenarimol, triazole, klorotalonil, dll. khususnya pada periode pematangan buah dan terutama saat curah hujan cukup tinggi.. Fungisida diberikan secara bergilir untuk satu penyemprotan dengan penyemprotan berikutnya, baik yang menggunakan fungisida sistemik atau kontak atau bisa juga gabungan keduanya.
  6. Penggunaan mulsa hitam perak, karena dengan menggunakan mulsa hitam perak sinar matahari dapat dipantukan pada bagian bawah permukaan daun/tanaman sehingga kelembaban tidak begitu tinggi.
  7. Menggunakan jarak tanam yang lebar yaitu sekitar 65-70 cm (lebih baik yang 70 cm) dan ditanam secara zig-zag ini bertujuan untuk mengurangi kelembaban dan sirkulasi udara cukup lancar karena jarak antar tanaman semakin lebar, keuntungan lain buah akan tumbuh lebih besar.
  8. Jangan gunakan pupuk nitrogen (N) terlalu tinggi, misal pupuk Urea, Za, ataupun pupuk daun dengan kandungan N yang tinggi.
Agen hayati yang sering digunakan dalam pengendalian antraknosa adalah : Actinoplanes, Alcaligenes, Agrobacterium Amorphospongarium, athrobacter dll, dan ini biasanya bisa didapat di balai perlindungan tanaman Deptan. Namun perlu diperhatikan bila kita menggunakan agen hayati sebaiknya kita tidak menggunakan pestisida kimia, karena akan menyebabkan kematian pada agen hayati tersebut

2. Phytophthora palmivora
Penyakit Busuk Buah disebabkan oleh jamur Phytophthora palmivora (Pythiales :
Phythiaceae) yang dapat menyerang pada berbagai umur buah sejak buah pentil hingga menjelang masak. Jamur yang menginfeksi buah dapat berasal dari tanah, batang yang sakit kanker batang dan buah yang sakit. Penularan terjadi dengan beberapa cara antara lain melalui percikan air hujan, persentuhan dengan buah sakit, atau terbawa oleh binatang (semut, tikus, tupai dan bekicot).
Penyakit busuk buah pada tanaman kakao disebabkan oleh Phytophthora palmivora menurut anonim (2008), cendawan ini tergolong dalam :
Klasifikasi phytophthora palmivora
Kingdom         : Stramenophiles
Kelas               : Oomycetes
Ordo                : Peronosporales
Famili              : Pythiaceae
Genus              : Phytophthora
Spesies            : Phytophtora palmivora Butler
Phytophtora palmivora memiliki kisaran inang yang luas dapat menyerang 138 spesies tumbuhan yang termasuk ke dalam bermacam-macam family (Chee, 1969). Untuk dapat berkembang biak, cendawan ini memerlukan temperatur dan kelembaban udara tertentu. Perkembangan penyakit makin tinggi pada temperatur optimum 31oC (Tucker, 1931 dalam Agrios 1996). Cendawan ini telah dikenal sejak tahun 1886 di Indonesia dan menjadi penyakit penting pada tanaman perkebunan (Muller, 1935 dalam Agrios, 1996).


P. palmivora dapat menyerang bermacam-macam tanaman, dengan demikian sumber inokulum selalu ada dilapangan. Namun yang dianggap sumber inokulum paling penting adalah tanah.
Phytophthora merupakan marga yang memiliki sporangium yang jelas berbentuk seperti buah jeruk nipis dengan tonjolan di ujungnya. Sporangium ini tidak tahan kering, jika ada air maka sporangium ini akan melepaskan zoospora-nya. Zoospora berenang-renang kemudian membentuk kista pada permukaan tanaman dan akhirnya berkecambah dengan menghasilkan hifa yang pipih yang masuk ke dalam jaringan inang.

Tanda dan Gejala Serangan
Serangan penyakit biasanya dimulai dari ujung atau pangkal buah. Buah yang terinfeksi akan membusuk disertai bercak coklat kehitaman dengan batas yang tegas. Dalam beberapa hari seluruh permukaan buah menjadi busuk, basah dan berwarna kehitaman . Serangan pada buah muda akan menyebabkan buah rusak dan tidak bisa dipanen. Serangan pada buah dewasa menimbulkan kerusakan pada biji, tetapi masih dapat dipanen, walaupun kualitasnya menurun.

Penyakit P. palmivora ini dapat dikendalikan dengan memadukan berbagai teknik pengendalian seperti varietas tahan, kultur teknis, secara mekanis dan secara kimiawi (Anonim 2008).
a.   Varietas resisten
Menanam klon-klon yang relatif resisten terhadap penyakit busuk buah P. palmivora yaitu DRC 16, Sca 6, Sca 12 dan ICS 6.
b.   Kultur Teknis
 Mengatur kelembaban kebun agar tidak terlalu tinggi, dengan cara mengatur naungan dan pemangkasan tanaman kakao dan drainase kebun, diperbaiki agar perkembangan penyakit terhambat.


c.      Mekanis
Buah-buah yang busuk di pohon diambil dan dikumpulkan, kemudian dipendam sedalam kurang lebih 30 cm dari permukaan tanah. Hal ini dapat menekan sumber infeksi serendah mungkin sehingga terhambat terjadinya infeksi baru.
d.      Kimiawi
Pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan dengan menyemprotkan fungisida. Fungisida yang dapat digunakan adalah fugisida tembaga 0,3 %, dengan interval dua minggu, dan fungisida maneb 0,2 % dengan interval 1 – 2 minggu. Penyemprotan dengan menggunakan knapsack sprayer dengan volume semprot 500 1/hari dan dilakukan pada saat buah sebagian besar telah berumur tiga bulan atau panjang buah sekitar 12 cm.
e.      Pengendalian Secara Biologi
Dengan menggunakan agen hayati dari kelompok jamur yang memiliki beberapa keunggulan sesuai program pengendalian yang ramah lingkungan antara lain mudah didapat karena tersedia di alam, dapat diperbannyak secara sederhana dan efekktif, jamur yang berpotensi untuk mengendalikan secara prefentif yaitu jamur Trichoderma harzianum dan  Trichoderma viren.

3. Embun Jelaga (Capnodium sp.)
Selain tanaman kopi, tanaman inang  lainnya embun jelaga berupa melati, jeruk, mangga, belimbing, mengkudu, jambu biji. Embun jelaga menutupi permukaan atas daun . Patogen tersebut membentuk lapisan merata. Epidemiologi penyakit ini yaitu miselium cendawan ini hanya terdapat di permukaan daun dan tidak masuk ke dalam jaringan. Untuk pertumbuhannya cendawan hanya memakan embun madu yang melekat pada daun.  Selaput hitam tipis pada permukaan daun tersebut terbentuk dari hifa yang menjalin dan menenun. Apabila udara kering selaput dapat lepas dari daun dan pecah menjadi bagian-bagian kecil yang terhembus angin dan beterbangan kemana-mana. Cendawan ini berkembang biak pada musim kemarau, sedang pada musim hujan berkurang, karena embun madunya tidak banyak.
 Pengendalian penyakit ini antara lain dengan cara:

a. Kultur teknis
Mengurangi kelembaban kebun dengan mengatur jarak tanam dengan cara memangkas tanaman atau tunas yang tidak produktif.

b. Mekanis
Memangkas daun yang terserang dan memusnahkannya dan mengurangi populasi kutu daun penghasil sekresi sebagai media pertumbuhan cendawan.

c. Kimiawi
Sebelum aplikasi fungisida dilakukan pemantauan OPT, dan aplikasinya apabila diperlukan. Pestisida yang digunakan adalah pestisida yang telah terdaftar dan diizinkan Menteri Pertanian.


4. Cercospora nicotianae
Penyakit Bopeng yang dikenal sebagai perusak penampilan ternyata tidak hanya menyerang manusia saja namun juga dapat menyerang tanaman terutama tem-bakau. Tentu saja penyebab, bentuk serta gejalanya antar kedua penyakit tersebut berlainan. Serangan pada daun tembakau tentu saja lebih parah karena selain mengganggu penampilan daun juga menyebabkan mutu tembakau menurun yang akibatnya tidak bisa dijual. Penyakit bopeng atau bercak daun atau patik yang menyerang tanaman tembakau ini disebabkan oleh jamur Cercospora nicotianae. Sebagai informasi, jamur Cercospora nicotianae ini telah menyebar dan terdapat di semua daerah penanaman tembakau di seluruh dunia. Jadi, resiko tanaman tembakau terserang penyakit bopeng cukup besar bila tidak dilakukan pencegahan dan pengendalian. Keberadaan jamur ini terutama sangat merugikan bila ada di daerah tropika yang cuacanya panas dan lembab.


 Penyakit ini pertama kali ditemukan dan dilaporkan oleh Ellis dan Everheart pada tahun 1893 di Carolina Utara. Kini penyakit tersebut telah menyebar ke berbagai sentra tanaman tembakau seiring dengan penyebaran tanaman tersebut.
Tidak sulit bagi kita mengidentifikasi/mengenali ciri-ciri pada daun tanaman tembakau yang telah terkena penyakit ini. Daun yang sakit mempunyai bercak-bercak merah kecoklatan melingkar yang garis tengahnya dapat mencapai 2 – 15 mm. Mula-mula bercak berwarna coklat lalu menjadi kering dan berwarna putih dengan tepi coklat yang akhirnya bagian ini pecah dan berlubang. Bila kita perhati-kan lebih jauh pada te-ngah-te-ngah bercak tersebut akan terdapat titik-titik hitam yang sangat halus. Titik –titik tersebut merupakan kumpulan konidiofor jamur. Cercospora nicotianae ini ternyata dapat berkembang sejak di pembibitan, tanaman di lapangan bahkan setelah daun dipetik dan selama proses pengeringan daun di bangsal/gudang. Hal ini berarti jamur tersebut tidak hanya membahayakan tanaman tembakau pada fase tertentu saja, namun juga mulai pembibitan hingga pasca panen.
Bercak-bercak tersebut biasanya muncul pada daun-daun bawah atau daun tua dan daun-daun yang telah matang, karena daun-daun ini lebih rentan dari pada daun-daun yang masih muda. Meskipun demikian bila cuaca lembab dan kondisi alam mendukung untuk perkembangan jamur serta penyebaran penyakit sudah meluas, maka serangan bercak daun dapat terjadi juga pada daun yang masih muda. Warna bercak Cercospora ini pun tidak selalu coklat kemerahan saja karena seperti halnya Di Deli, daun tembakau yang terserang Cescospora yang gejalanya bercak putih juga menyebabkan penyakit bopeng. Bercak putih tersebut dinamakan bopeng putih.
Penyebaran penyakit ini sangat mudah. Sebagai contoh bila konidia Cercospora jatuh pada daun tembakau yang akan dipetik dan konidia ini melekat pada daun yang akan dibawa ke gudang, maka konidia tersebut masih mampu berkembang pada daun tembakau di dalam gudang. Udara diantara daun-daun yang lebab di gudang yang sangat lembab ini sangat cocok untuk perkembangan jamur, sehingga pada daun yang telah kering akan terbentuk bercak-bercak coklat kehijauan yang seringkali disebut “bercak gudang” atau “bopeng hijau”.
Penyakit bopeng ini dapat berkembang bila pemetikan daun terlambat dilakukan sehingga daun sudah dalam kondisi terlalu matang. Semakin tua daun maka semakin besar resikonya atau semakin rentan untuk diinfeksi oleh jamur Cercospora nicotianae. Penyakit bopeng akan sangat cepat meluas bila kondisi alam mendukung yaitu bila kelembaban udara di areal tanaman tembakau cukup tinggi hasilnya karena curah hujan dan suhu udara yang tinggi.
Jamur ini menginfeksi tanaman melalui mulut daun tembakau (stomata). Untuk dapat berkecambah konidia membutuhkan air. Konidia dapat disebarkan melalui angin ataupun percikan air. Sporulasi jamur pada permukaan daun terjadi pada suhu 18 – 270C.
Adapun usaha-usaha yang dapat dilakukan dalam rangka mencegah dan mengendalikan jamur Cescospora nicotianae ini antara lain :
Melakukan pembersihan sisa-sisa tanaman tembakau yang telah dipanen sehabis tanam. Dengan usaha sanitasi ini maka diharapkan jamur Cescospora nicotianae yang memiliki kemampuan dormasi tersebut tidak mempunyai kesempatan mempertahankan diri pada sisa-sisa tanaman.
Melakukan pemeriksaan pembibitan tembakau yang akan ditanam  terhadap gejala penyakit bopeng secara berkala dan intensif. Apabila saat itu terdapat bibit yang mulai menunjukkan gejala terserang bopeng, maka saat itu pula langsung dimusnahkan. Daun-daun yang telah terkena penyakit bopeng agar segara dipetik supaya tidak menjadi sumber penular bagi daun lainnya. Untuk menjaga agar jamur tidak melekat pada biji tembakau, maka disarankan agar benih tembakau yang akan digunakan untuk bibit sebaiknya disimpan dalam botol yang tertutup rapat, ditempatkan dalam tabung yang diberi kapur barus selama setahun lebih untuk menghindari perkembangan sporanya.
Jangan membiarkan satu titik Cescospora nicotianae pada daun di lapangan dalam waktu lama. Bila terlihat harus segera dipetik atau dipotong sehingga tidak menyebarkan spora ke daun lain atau terbawa hingga ke bangsal/gudang fermentasi.
Bila sudah terjadi serangan namun dalam skala rendah maka pengendaliannya dapat dilakukan dengan memberikan fungisida bahan aktif tembaga hidroksida seperti Victory 80WP yang bergantian dengan Kocide 50WDG. Tindakan preventif menggunakan fungisida juga dapat dilakukan sejak pembibitan hingga panen. Karena saat ini banyak beredar fungisida kontak juga sistemik, untuk menjaga resistensi jamur Cescospora nicotianae terhadap fungisida tersebut sebaiknya penyemprotan dilakukan secara bergantian.


III. KESIMPULAN


Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.       secara umum, gejala yang ditimbulkan ada 3 jenis, yaitu nekrosa, hipoplastida, hiperplastida
2.      ciri khas dari bentuk colletotricum capsici adalah adanya seta yang menempel pada aservulus
3.      pengendalian dari penyakit pada tanaman cabai, kakao, kopi dan tembakau serata umum yaitu pengunaan kultivar unggul, pengendalian kultur teknis, biologi dan kimiawi



DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2008. Hama dan Penyakit Tumbuhan. http://en.fokus.com/d/hama-dan-penyakit-pada-tanaman.htm. diaskes pada tanggal 10 Maret 2012 pukul 13.46 WIB.
Agrios, G.N. 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan (Terjemahan Munzir Busnia). Gadjah Mada University Press.
Ardian 2009. Bercak Daun Si Perusak Kualitas Tembakau Cerutu. http://ardiant181.wordpress.com/2009/01/03/bercak-daun-si-perusak-kualitas-tembakau-cerutu/. Diakses pada tanggal 10 Maret 2012 pukul 14.09 WIB
Chee SS, Zawiah H, Ismail MN, Ng KK. 1996 . Antropometry, dietary patterns and nutrient intakes of Malaysian estate workers. Mal J Nutr
Cook, R. J. and K. F. baker. 1983. The Nature and Practice of Biological Control of plant pathogens. The American Phytopathological society. St. paul, Minnesota. 539 hal.
Tosasan ,resep.2008.  Embun Jelaga. http://tanamanj27.blogspot.com/2008/10/embun-jelaga.html. Diakses pada tanggal 10 Maret 2012 pukul 14.12 WIB
Yusuf, tohari. 2010. Antraknosa Atau Patek Pada Tanaman Cabai http://tohariyusuf.wordpress.com/2010/01/11/anthraknosa-atau-patek-pada-tanaman-cabai/. Diakses pada tanggal 10 Maret 2012 pukul 14.31 WIB









LAMPIRAN

2 komentar: