ahlan wa sahlan

Semoga bermanfaat," Sampaikanlah Walau Hanya Satu Ayat"

Selasa, 05 Juni 2012

PERSILANGAN KOMODITAS PERTANIAN (Laporan Akhir Praktikum Pemuliaan Tanaman)


PERSILANGAN KOMODITAS PERTANIAN
(Laporan Akhir Praktikum Pemuliaan Tanaman)



Oleh

Kelompok 6


Ahmad Teddy W.                 0714041025
Darso Waluyo                        0914013084
Dian Mahdarrini                   0914013088
Herlin Yustina                       0914013110
Jan Christian T.                    0814013153










PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2011

DAFTAR ISI



BAB I.                        PENDAHULUAN…………………………………………..
I.1. Latar Belakang
I.2. Tujuan

BAB II.           TINJAUAN PUSTAKA…………………………………….
II.1. Gambaran Umum Tanaman……………………………
II.2. Syarat Tumbuh…………………………………………
II.3. Morfologi Bunga……………………………………….
II.4.Teknik Persilangan…………………………………

BAB III.         METODOLOGI PRAKTIKUM
                        III.1. Alat dan Bahan
                        III.2. Prosedur Praktikum
                                    III.2.1. Persiapan Lahan
                                    III.2.2. Pengolahan Lahan
                                    III.2.3. Penanaman dan Pemeliharaan
                                    III.2.4. Persilangan
                                    III.2.5. Pengamatan

BAB IV.         HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
                        IV.1. Tabel Pengamatan
                        IV.2. Pembahasan

BAB V.           KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN









BAB I. PENDAHULUAN



I.1. Latar Belakang

Perkawinan antar spesies merupakan salah satu cara yang digunakan dalam meningkatkan keragaman genetik bahan pemuliaan. Keragaman tersebut nantinya akan diseleksi untuk mendapatkan varietas yang memiliki sifat unggul. Varietas bersifat unggul tersebut yang nantinya dapat dilepas sebagai varietas unggul.

Untuk mendapatkan varietas unggul dapat ditempuh melalui beberapa metode. Metode pemuliaan tanaman ini sangat ditentukan oleh sistem penyerbukan ataupun cara perkembangbiakan tanaman. Metode untuk tanaman menyerbuk sendiri berbeda untuk tanaman menyerbuk silang. Metode untuk tanaman yang dikembangbiakan secara seksual berbeda dengan yang dikembangbiakan secara aseksual (Sunarto, 1997).

Perkawinan silang antar spesies dan dalam spesies memiliki beberapa perbedaan dalam tingkat keragaman genetik nantinya. Jenis perkawinan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor sehingga dalam proses perkawinan dalam tanaman atau sering disebut dengan penyerbukan diperlukan pengetahuan khusus mengenai morfologi dan sifat-sifat pada bunga.

Pembungaan merupakan pertanda bahwa suatu tanaman sedang berada dalam kondisi generatif. Dalam botani bunga merupakan salah satu cara pengelompokan tanaman dalam taksonomi. Tanaman yang sedang berbunga memiliki aktivitas metabolisme yang berbeda dengan tanaman yang berada dalam fase vegetatifnya. Fase generatif tanaman tersebut lebih memfokuskan penggunaan karbohidrat dan senyawa-senyawa lain bagi pembentukan biji.

Kemampuan setiap jenis tanaman untuk melakukan pembungaan berbeda baik dalam waktu pembungaan maupun waktu masaknya benang sari dan kepala putik.

Di alam, penyerbukan silang terjadi secara spontan. Penyerbukan tersebut terjadi dengan bantuan angin, serangga polinasi, dan hewan lainnya. Pada penyerbukan alami tidak diketahui sifat-sifat dari pohon induk apakah sifat dari pohon induk baik atau buruk sehingga tidak dapat dilakukan pengawasan dan berakibat pada hasil yang mengecewakan. Oleh karena itu, agar persilangan dapat dikontrol dan hasilnya sesuai dengan yang diharapkan maka manusia melakukan penyerbukan silang buatan (Wels, 1981).

Tujuan dalam pemuliaan tanaman secara umum diarahkan pada dua hal, yaitu peningkatan kepastian terhadap hasil yang tinggi dan perbaikan kualitas produk yang dihasilkan. Peningkatan kepastian terhadap hasil biasanya diarahkan pada :
1.      Peningkatan daya hasil.
2.      Ketahanan terhadap gangguan dari organisme lain atau lingkungan yang kurang mendukung.
3.      Daya tumbuh tanaman yang kuat.
4.      Kesesuaian terhadap teknologi pertanian yang lain.
Usaha perbaikan kualitas produk dapat diarahkan pada perbaikan ukuran, warna, kandungan bahan tertentu, pembuangan sifat-sifat yang tidak disukai, ketahanan simpan, atau keindahan serta keunikan.

I.2. Tujuan


Adapun tujuan dari pembuatan laporan akhir pemuliaan tanaman ini adalah :
1.      Mengetahui biologi bunga tanaman pare.
2.      Mempelajari proses penyerbukan dan persilangan antara tanaman pare yang berbeda varietas.





BAB II. TINJAUAN PUSTAKA



2.1. Gambaran Umum Tanaman


Pare merupakan tumbuhan semusim, merambat atau memanjat dengan alat
pembelit berupa sulur, bercabang banyak, berbau tidak enak. Batang berusuk 5,
panjangnya 2-5 m, batang muda berambut rapat. Daun tunggal, bertangkai, letak
berseling, bentuk bulat telur, berbagi menjadi 5-7, pangkal berbentuk jantung, warna hijau tua. Bunga tunggal, bertangkai panjang, warna kuning. Buah bulat memanjang dengan 8-10 rusuk memanjang, berbintil-bintil tidak beraturan, rasa pahit, panjang 8- 30 cm, warna hijau, bila masak menjadi orange yang pecah dengan 3 katup. Biji banyak, warna coklat kekuningan, bentuk pipih memanjang, keras dengan alur tidak beraturan (Dalimarta,2002).
Tanaman paria atau pare adalah tanaman setahun, merambat atau memanjat dengan alat pembelit atau sulur berbentuk spiral, banyak bercabang, berbau tidak enak. Batang berusuk lima, panjang 2-5 m, yang muda berambut rapat. Berdaun tunggal, bertangkai yang panjangnya 1,5-5,3 cm, letak berseling, bentuknya bulat panjang, dengan panjang 3,5-8,5 cm, lebar 4 cm, berbagi menjari 5-7, pangkal berbentuk jantung, warnanya hijau tua. Taju bergigi kasar sampai berlekuk menyirip. Bunga tunggal, berkelamin dua dalam satu pohon, bertangkai panjang, berwarna kuning. Buah bulat memanjang, dengan 8-10 rusuk memanjang, berbintil-bintil tidak beraturan, panjangnya 8-30 cm, rasanya pahit. Warna buah hijau, bila masak menjadi jingga yang pecah dengan 3 katup. Berbiji banyak, coklat kekuningan, bentuknya pipih memanjang, dan keras.
Ada 3 jenis tanaman pare, yaitu pare gajih, pare hijau, dan pare ular/belut. Untuk memperoleh buah yang panjang dan lurus, biasanya pada ujung buah yang masih kecil digantungkan batu.

Daun dari pare yang tumbuh liar, dinamakan daun tundung. Daun ini dikatakan lebih berkhasiat bila digunakan untuk pengobatan. Daun dan buahnya yang masih muda dimakan sebagai lalap mentah atau setelah dikukus terlebih dahulu, dimasak sebagai sayuran, tumis, sambal goreng, gado-gado, dan sebagainya. Tanaman ini juga dapat digunakan untuk membunuh serangga dan melakukan perbanyakan dengan biji.
Paria gajih adalah jenis peria yang paling banyak dibudidayakan dan paling disukai. Jenis ini biasa disebut juga pare putih atau pare mentega yang berasal dari India dan Afrika dengan bentuk buah panjang berukuran 30-50 cm, diameter 3-7 cm, berat rata-rata antara 200-500 gram/ buah.
Paria hijau berbentuk lonjong, kecil dan berwarna hijau dengan bintil-bintil agak halus. Buah paria ini mempunyai panjang 15-20 cm, rasanya pahit dan daging buahnya tipis. Paria hijau ini mudah sekali pemeliharaannya, tanpa lanjaran atau para-para tanaman ini dapat tumbuh dengan baik.
Paria ular atau paria belut dapat dikenali dengan buahnya yang berbentuk bulat panjang, agak melengkung dan panjangnya mencapai 60 cm. Permukaan kulit buahnya berwarna belang-belang, yaitu hijau keputih-putihan mirip kulit ular dan rasa dagingnya tidak begitu pahit.


2.2. Syarat Tumbuh

a.       Tanaman pare dapat tumbuh bereproduksi dengan baik didaerah daratan rendah sampai ketinggian 500m diatas permukaan laut (dpl). Penanaman pare didataran tinggi (pegunungan) sering menghasilkan buah berukuran keci;l-kecil atau tidak normal.
  1. Iklim yang cocok bagi tanaman pare hendaknya mempunyai suhu antara 18-240C, tempat terbuka atau mendapat sinar matahari penuh, kelembaban udara cukup tinggi antatra 5%-70 %, curah hujannya relatif rendah (60 mm - 200 mm/ bulan). Daerah yang banyak mendapat hujan dapat menggagalkan penbungaan dan pembuahan sehingga hasilnya rendah.

  1. Semua jenis tanah pada umumnya cocok untuk ditanami pare, tetapi tanah yang baik bagi tanagman pare  adalah tanah lempung berpasir yang subur, gembur banyak mengandung bahan organik, aerasi dan drainasenya baik, serta tingkat keasamannya (PH)  antara 5-6.

2.3. Morfologi bunga
Bunga tumbuh dari ketiak daun yang berwarna kuning menyala, bunganya terdiri dari bunga jantan dan bunga betina.Bunga betina yg berduri tempel halus dan berambut.Selain itu, bunga betina dapat menjadi buah berlekuk menyirip, tangkai bunga 5-15 cm dekat pangkalnya dengan daun pelindung bentuk jantung hingga bentuk ginjal. Panjang tangkai bunga jantan 2-5.5 cm, dan yang betina 1-10 cm. Kelopak bentuk lonceng, dengan banyak tusuk atau tulang membujur yang berakhir pada 2-3 sisik yang melengkung kebawah. Mahkota bentuk roda, taju bentuk memanjang hingga bulat telur terbalik, bertulang 1,5-2 berwarna oranye, semula bergandengan satu sama lainnya, kemudian lepas, ruang sari bentuk S. bunga betina mempunyai stamenodia 3 bentuk sisik, bakal buah berparung panjang , berduri tempel halus dan berambut panjang , putik 3 berlekuk 2 dalam atau diantaranya utuh. Viabilitas serbuk sari dapat diamati dengan mengecambahkan pada medium agar dan diuji dengan fluoresein diasetat.Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tahap awal bunga jantan muncul lebih dahulu dan setelah 17 bunga jantan kemudian diikuti munculnya bunga betina. Macam bunga yang muncul kemudian tidak memiliki keteraturan, namun setelah diamati selama 3,5 bulan dari 5 tanaman diketahui perbandingan jumlah bunga jantan terhadap bunga betina rata-rata pada satu tanaman adalah 14:1. Mikrosporogenesis menghasilkan tetrad tetrahedral, mikrogametogenesis menghasilkan dua inti sperma di dalam tabung serbuk sari.Serbuk sari berinti dua dan bertipe "tricolpate".Viabilitas serbuk sari tertinggi terjadi pada saat bunga mekar yang hanya berlangsung satu hari.Bakal biji bertipe anatropus, bitegmik, krasinuselat.Megasporogenesis menghasilkan tetrad megaspora bentuk linier danmegagametogenesis menghasilkan kantung embrio monosporik yang mengikuti tipe polygonum.Kepala putik berjumlah 3, bertipe basah, berpapila, Sedangkan tangkai putiknya termasuk tipe berongga.
Kepala putik paling reseptif terjadi pada saat bunga mekar yang hanya berlangsung satu hari dan eksudat kepala putik mengandung karbohidrat, lipid dan protein. Pertumbuhan tabung serbuk sari tidak mengalami hambatan di kepala putik maupun tangkai putik, dan pembuahan terjadi 24 jam setelah penyerbukan. Sebagai agen penyerbuk diduga adalah lebah Apis sp. dan Colletes sp.
Buah berbentuk bulat panjang, permukaan buah berbentuk berbintil-bintil daging buahnya agak tebal, dan didalamnya terdapat sejumlah biji.Biji berbentuk bulat, berkulit agak tebal dan keras, serta permukaan tidak rata.Biji-biji ini dapat digunakan sebagai alat perbanyakan secara generatif.

2.4. Teknik Persilangan
Pemuliaan tanaman merupakan kegiatan untuk mengubah susunan genetik tanaman secara tetap sehingga memiliki sifat atau penampilan sesuai dengan tujuan yang diinginkan pelakunya.Pelaku kegiatan ini disebut pemulia tanaman.Pemuliaan tanaman umumnya mencakup tindakan penangkaran, persilangan, dan seleksi.Dasar pengetahuan mengenai perilaku biologi tanaman dan pengalaman dalam budidaya diperlukan dalam kegiatan ini sehingga sering kali dikatakan sebagai gabungan ilmu dan seni.
Berikut teknik penyilangan tanaman pare :

a.       Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan untuk persilangan seperti pinset, kertas label, tali, kantong plastik,dan gunting.
b.      Disiapkan bunga jantan dan betina yang akan digunakan sebagai induk. Bunga yang dipilih, baik jantan maupun betina adalah bunga yang masih agak menutup (kuncup) dan berwarna hijau. Hal ini dilakukan untuk menghindari bunga tersebut telah mengalami pembungaan.  
c.       Selanjutnya membuka mahkota bunga yang masih menutup pada bunga betina. Pembukaan ini harus dilakukan secara hati- hati agar kepala putuknya tidak patah. Setelah kepala putik terlihat, diambil benang sari dari bunga jantan dengan menggunakan pinset yang tajam dan mengesekkannya diatas kepala putik. Ketika kita mengesekkan benang sari di atas putik, pastikan serbuk sarinya mengenai kepala putik.
d.      Selanjutnya, bunga-bunga yang sudah dilakukan penyerbukan, tangkainya diikat dengan benang berwarna dan label untuk menjaga kekeliruan.





























BAB III. METODOLOGI PRAKTIKUM



3.1. Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan untuk melakukan persilangan tanaman pare adalah cangkul, tali rafia, gembor, ember, penggaris, bambu, kertas label, buku tulis , meteran, patok, pinset berujung runcing,  plastik, pena, tali/ karet. Sedangkan bahan yang digunakan adalah benih pare varietas Lipi F1 dan Pupuk majemuk  NPK Mutiara 16;16;16.


3.2. Prosedur Praktikum

3.2.1. Persiapan Lahan
Persiapan Lahan dilakukan pada hari Senin tanggal 7 Februari 2011 di lahan  kegiatan praktikum Pemulian Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Persiapan lahan dilakukan agar tanaman yang akan ditanam  nantinya akan tumbuh dan berkembang dengan baik. Tanaman pare dapat tumbuh optimal pada pH tanah 5-6 sehingga tidak perlu dilakukan pengapuran pada lahan.

3.2.2. Pengolahan Lahan

Pengolahan lahan dilakukan pada tanggal 13 dan 14 Februari 2011. Luas petakan lahan yaitu 3X3 m.Tanah yang akan ditanami pare diolah  terlebih dahulu dengan membersihkan lahan dari tanaman lain seperti rumput, kemudian  tanah dicangkul agar gembur. Selanjutnya dibuat lubang tanam dengan  system tanam ganda dengan jarak tanam  50x25x30cm .50 cm merupakan jarak antara varietas 1 dengan varietas 2.



3.2.3. Penanaman dan Pemeliharaan

Setelah lubang tanam dibuat dengan ukuran 50x25x30 cm,maka dimasukkan benih pare kedalam lubang tanam dengan jumlah 1 biji per lubang sedalam kurang lebih 3-4 cm, lalu tutup kembali dengan tanah. Untuk menjamin benih/biji tumbuh dengan baik, lakukan penyiraman disekitar tanaman. Penyiraman selanjutnya sangat tergantung pada kondisi cuaca. Apabila banyak terjadi curah hujan maka tanaman sebaiknya tidak perlu disiram. Apabila dalam keadaan kurang hujan atau bahkan sama sekali kering, tanaman harus disiram dua kali sehari, yaitu pada pagi dan sore hari.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemeliharaan tanaman paria yang meliputi penyiangan, penyulaman, pembumbunan, pemangkasan, pembungkusan, pemupukan, pembuatan turus dan para-para.

a.       Penyiangan
Penyiangan dilakukan untuk membersihkan semua jenis tanaman yang tumbuh selain tanaman pare. Tanaman jenis lain dapat berupa rumput-rumputan, gulma, dan tanaman lainnya. Pembersihan ini dilakukan disekitar batang/akar tanaman atau diantara parit-parit yang ada dengan menggunakan tangan (dicabut), kored atau cangkul. Penyiangan tanaman dilakukan untuk mengurangi atau menghindari persaingan antara tanaman pare yang ditanam dengan jenis tanaman lain yang mungkin tumbuh disekitar tanaman pare dalam penyerapan unsur-unsur hara, air dan matahari. Disamping itu penyiangan dilakukan untuk menghindari kemungkinan tumbuhnya hama dan penyakit yang mungkin timbul dari tanaman yang tumbuh selain tanaman pare.

b.      Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan untuk menaikkan tanah yang ada disekitar tanaman pare agar akar tanaman dapat tertutup. Pembumbunan dilakukan setelah penyiangan dilakukan dengan maksud untuk memperbaiki aerasi tanah sekitar akar yang menjadi padat akibat siraman air hujan atau air siraman tanaman.


c.       Penyulaman
Oleh karena pada waktu penanaman ada benih yang tidak tumbuh yang diakibatkan oleh beberapa faktor seperti kualitas benih, daya tumbuh benih, kondisi tanah, atau serangan hama, maka tanaman yang tidak tumbuh tersebut perlu diganti dengan tanaman lain yang sehat dan kuat (disulam). Penyulaman dilakukan sebaiknya pada waktu bibit tanaman berumur 7-10 hari setelah tanam.

d.      Pemangkasan
Pemangkasan tanaman pare dilakukan untuk mengontrol pertumbuhan batang utama. Tinggi ideal batang utama tanaman pare adalah 2-3 m. Jika panjangnya lebih dari itu, tanaman tidak produktif lagi oleh karena itu tanaman perlu dipangkas. Tunas yang akan tumbuh dari hasil pemangkasan tersebut dialihkan kesamping melalui para-para. Sebagai awal perambatan tunas yang tumbuh tersebut dapat digunakan tali.

e.       Pembungkusan
Untuk menghasilkan buah pare yang mulus dan permukaan kulit tidak bolong, maka sebaiknya dilakukan pencegahan melalui pembungkusan buah pare. Tindakan pembungkusan buah pare ini dimaksudkan adalah untuk mencegah serangan lalat buah yang menyerang buah pare pada waktu usia muda. Bahan pembungkus dapat digunakan kertas, plastik, atau daun pisang yang telah kering (klaras). Waktu ideal dilakukannya pembungkusan adalah pada waktu tanaman telah menghasilkan buah pare dengan ukuran batang korek api, atau kurang lebih berumur kira-kira 1,5 bulan.

f.       Pemupukan
Salah satu bagian dari pemeliharaan tanaman pare adalah pemupukan. Pemupukan dilakukan untuk mendapatkan tanaman sehat, kuat dan dapat berproduksi sesuai dengan potensi yang ada dalam tanaman tersebut. Pemupukan dasar dilakukan pada 1-2 minggu setelah tanaman pare ditanam. Pupuk yang digunakan adalah pupuk N, P, dan K sebanyak 315 g/m2.


g.      Pembuatan Turus dan Para-para
Tanaman pare merupakan tanaman yang merambat dan menjalar, oleh karena itu diperlukan suatu tempat dimana nantinya buah pare tersebut dapat bergantung dengan baik, sehingga pertumbuhan buah pare dapat maksimal. Turus dibuat untuk memanjat batang utama pare, sedangkan para-para digunakan untuk menjalarnya tunas-tunas dari batang utama yang nantinya akan menghasilkan buah pare. Tinggi turus dan para-para berkisar 1,5-2 m. Hal ini dengan mempertimbangkan agar mudah dalam pemeliharaan tanaman terutama pada waktu panen dan mudah dalam melakukan penyiangan dan pembumbunan serta mudah dalam mengontrol tanaman dari gangguan hama dan penyakit tanaman. Berbagai macam cara dan bentuk pembuatan turus dan para-para. Bahan yang dipakai sebaiknya bambu dengan ukuran sedang. Sebagai penghubung antara tanaman satu dengan yang lainnya diberikan tali.


3.2.4. Persilangan

Persilangan adalah suatu teknik perkawinan bunga dengan meletakkan serbuk sari pada stigma (rongga dangkal berisi cairan kental agak lengket sebagai tempat meletakkan serbuk sari dan masuknya tabung serbuk sari ke dalam ovary/bakal buah pada waktu penyerbukan).adapun teknik persilangan pare adalah sebagai berikut:
a.       Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan untuk persilangan seperti pinset, kertas label, tali, kantong plastik,dan gunting.
b.      Disiapkan bunga jantan dan betina yang akan digunakan sebagai induk. Bunga yang dipilih, baik jantan maupun betina adalah bunga yang masih agak menutup (kuncup) dan berwarna hijau. Hal ini dilakukan untuk menghindari bunga tersebut telah mengalami pembungaan.  
c.       Selanjutnya membuka mahkota bunga yang masih menutup pada bunga betina. Pembukaan ini harus dilakukan secara hati- hati agar kepala putuknya tidak patah. Setelah kepala putik terlihat, diambil benang sari dari bunga jantan dengan menggunakan pinset yang tajam dan mengesekkannya diatas kepala putik. Ketika kita mengesekkan benang sari di atas putik, pastikan serbuk sarinya mengenai kepala putik.
d.      Selanjutnya, bunga-bunga yang sudah dilakukan penyerbukan, tangkainya diikat dengan benang berwarna dan label untuk menjaga kekeliruan.


3.2.5. Pengamatan

Pengamatan dilakukan kira-kira 2-3 hari setelah melakukan persilangan. Penyilang dapat melihat jika bunga yang telah disilangkan, yaitu bunga diatas bakal buah akan layu lalu rontok. Selain itu, jika bakal buah yang disilangkan menunjukkan pembesaran bentuk dapat dikatakan persilangan tersebut berhasil.




































BAB IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN



4.1. Tabel Pengamatan


Komoditas
Σ Persilangan Total
Σ Keberhasilan Persilangan
Σ Kegagalan Persilangan
Jagung
7
1 (14,28%)
6 (85,72%)
Kacang tanah
19
2 (10,53%)
17 (89,47%)
Tomat
17
2 (11,76%)
15 (88,24%)
Cabai
-
-
-
Timun
48
9 (18,75%)
39 (81,25%)
Pare
45
12 (26,67%)
33 (73,33%)
Kacang hijau
46
11 (23,91%)
35 (76,09%)
Buncis
46
1 (2,18%)
45 (97,82%)
Kacang panjang
51
12 (23,53%)
39 (76,47%)
Table 1.1 data persilangan tiap komoditas

4.2.            Pembahasan

4.2.1.      Persentase Keberhasilan
Setelah dilakukan persilangan dan penghitungan, didapat hasil seperti pada tabel 1.1. Terlihat untuk jagung, dari 7 persilangan yang dilakukan terjadi keberhasilan 1 kali (14,288%). Sedangkan untuk kacang tanah tingkat keberhasilan persilangannya yaitu 10,53%.hal ini terjadi karena dari 17 kali persilangan, hanya 2 kali persilangan yang berhasil. Selanjutnya yaitu tomat. Tanaman ini memiliki tingkat keberhasilan persilangan sebesar 11,76% atau 2 kali keberhasilan dari 17 kali persilangan. Tanaman cabai belum bias dilakukan persilangan karena umurnya masih sangat muda. 18,75% keberhasilan dari persilangan  timun. Hasil ini diperoleh setelah terjadi keberhasilan persilangan sebanyak 9 kali dari 48 kali persilangan yang dilakukan.

Pada tanaman pare, tingkat keberhasilan persilangannya yaitu sebesar 26,67% atau 12 keberhasilan dari 45 kali persilangan. Sedangkan pada tanaman kacang hijau terjadi keberhasilan sebesar 23,91%. Hasil ini didapat setelah terjadi 11 kali keberhasilan persilangan dari 46 persilangan yang dilakukan. Selanjutnya, pada tanaman buncis terjadi keberhasilan sebesar 2,18%. Bias dikatakan pada tanaman ini merupan pesentase yang paling kecil tingkat keberhasilannya. Hal ini dibuktikan dengan hanya berhasilnya 1 kali persilangan dari 46 persilangan. Terakhir,pada tanaman kacang panjang terjadi keberhasilan sebaesar 23,53%. Yaitu 12 kali berhasil dari 51 kali persilangan yang dilakukan.
Secara keseluruhan, pada persilangan ini tingkat keberhasiilannya sangat kecil disbanding kan denga tingkat kegagalannya.


4.2.2.      Faktor-Faktor Keberhasilan Dan Kegagalan
Setelah didapatkan persentase keberhasilan persilangan yang terjadi, kemungkinan hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Adapun faktor yang menyebabkan keberhasilan dan kegagalan dari persilangan tersebut antara lain sebagai berikut:
a.       Waktu pelaksanaan.
Waktu melakukan polinasi adalah pagi hari (kira-kira 08.00-09.00 wib) dimana bunga betina belum mekar sempurna tetapi bunga jantan sudah menunjukkan kematangan serbuk sari.

b.      Kondisi bunga jantan dan bunga betina (matang atau tidaknya/ siap atau tidaknya dilakukan persilangan).
Untuk bunga jantan dikatakan matang bila bunganya sudah mekar sempurna, dan warna serbuk sarinya kuning agak jingga sedangkan untuk bunga betina, bunga yang belum mekar atau masih kuncup.Karena apabila bunga tersebut sudah mekar dapat dikatakan sudah melakukan polinasi sendiri.



c.       Cuaca.
Cuaca lebih ditekankan pada hujan karena bila persilangan dilakukan pada saat mendung atau menandakan akan hujan, kemungkinan besar persilangan tersebut tidak akan berhasil melainkan busuk.

d.      Ketelitian peletakan serbuk di atas putik.
Dalam meletakkan serbuk sari di atas kepala putuk haruslah sesuai dan tepat. Kebanyakan terjadi keidakberhasilan persilangan karena para pemulia tidak tepat dalam meletakkan serbuk sari dari bunga jantan.

4.2.3.  Cara Mengetahui Keberhasilan Penyilangan
Persilangan komoditas pertanian yang dilakukan pada mata kuliah pemuliaan tanaman ini adalah untuk memberi wawasan pada mahasiswa tentang melakukan persilangan tanaman. Persilangan yang dilakukan ini adalah untuk mendapatkan benih-benih unggul baru yang dapat digunakan untuk penanaman seterusnya. Benih-benih unggul ini hasilnya akan lebih baik dari benih-benih yang ditanam sebelumnya.
Pada tanaman yang disilangkan terdapat perbedaan varietas dan juga letak bunga jantan dan bunga betina pada tanaman.
Cara/ teknik mengetahui keberhasilan persilangan adalah dengan melihat bunga betina yang sudah disilangkan apakah ada perbedaan bentuk pada bunga tersebut. Biasanya terlihat 2-3 hari setelah persilangan, dimana nantinya bunga yang ada di atas bakal buah betina akan layu lalu rontok. Kemudian, dengan tidak adanya bunga baru yang muncul di ketiak daun yang sama. Selain itu juga dengan melihat bekas potongan mahkota ketika kita membuka bunga betina, jika bakal buah yang disilangkan menunjukkan pembesaran bentuk dapat dikatakan persilangan tersebut berhasil.Hal ini dapat dilihat 4-6 hari setelah persilangan, keberhasilan persilangan juga dapat dilihat dari pangkal batang yang dekat dengan bakal buah, bila tampak layu dan kuning, persilangan tersebut dinyatakan gagal.

V. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari laporan ini adalah sebagai berikut:
1.      Tingkat keberhasilan dalam setiap budidaya selalu lebih kecil dibandingkan dengan tingkat kegagalan.
2.      Faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan persilangan antara lain waktu pelaksanaan, kondisi bunga jantan dan bunga betina (matang atau tidaknya/ siap atau tidaknya dilakukan persilangan), cuaca, dan ketelitian peletakan serbuk di atas putik.
3.      Cara untuk mngetahui keberhasilan persilangan antara lain dapat dilihat pada hari ke dua hingga enam setelah persilangan dan dilihat pada bunga betinanya.
4.      Setiap budidaya memiliki kriteria dan kebutuhan baik akan unsur hara maupun yang lainnya secara berbeda-beda.
5.      Tingkat kematangan dan pembungaan pada setiap komoditas berbeda antara yang satu dengan yang lain.

6.       
DAFTAR PUSTAKA


Ade Iwan Setiawan, 1994, Budi daya dan Pengaturan Panen Sayuran Dataran Tinggi. Cetakan pertama, Jakarta : PT. Penebar Swadaya.
Anonim A. 2011. Pare.http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=92. Diakses tanggal 29 April 2011 pada pukul 19.44 wib.
Anonim B. 2011. Peria.http://id.wikipedia.org/wiki/Peria. Diakses tanggal 29 April 2011 pada pukul 19.37 wib.
Anonim C. 2008. http://fufoe.wordpress.com/2008/05/28/biologi-bunga/. Diakses tanggal 29 April 2011 pada pukul 20.07 wib.
Ase Iwan Setiawan, 1995. Pare dan Labu, Cetakan kedua. Jakarta : PT. Penebar Swadaya.
C.G.G.J.Van Steenis,et al. 1992. Flora. Cetakan keenem, Jakarta :PT. Pradnya Paramita.
Daryanto dan Siti Satifah. 1984. Pengetahuan Dasar Biologi Bunga Dan Teknik Penyerbukan Silang Buatan. Gramedia, Jakarta. 154 halaman
Rahmat Rukmana, Ir. 1997.Budi daya Pare. Cetakan kedelapan. Yogyakarta : Kanisius. 
Tjitrosomo, Siti Sutarmi dkk. 1999. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. 255 halaman

1 komentar:

  1. terima kasih telah berbagi ilmu bermanfaat ini. hidup pertanian indonesia!

    BalasHapus