ahlan wa sahlan

Semoga bermanfaat," Sampaikanlah Walau Hanya Satu Ayat"

Selasa, 05 Juni 2012

SURVEI GULMA PADA TANAMAN PADI SAWAH DI TINGKAT PETANI (Laporan Praktikum Ilmu dan Teknik Pengendalian Gulma)


SURVEI GULMA PADA TANAMAN PADI SAWAH
DI TINGKAT PETANI
(Laporan Praktikum Ilmu dan Teknik Pengendalian Gulma)




Disusun Oleh
Kelompok 3 kelas B

Catur Yuniarsih           0914013081
Dani Bayu Aji RN      0914013082
Darso Waluyo           0914013084
Daud Maulana          0914013085
Deciana                     0914013086
Dian Mahdarrini       0914013088
Dita dani artha          0914013089













PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2011

I.                   PENDAHULAN

A.    Latar Belakang
 Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh di sekitar tanaman yang dibudidayakan dan kehadirannya tidak diinginkan karena dapat merugikan tanaman yang dibudidayakan.  Istiliah lain yang digunakan untuk gulma adalah herba, tanaman liar atau tumbuhan pengganggu.
 Gulma yang merupakan pesaing tanaman dalam pemanfaatan unsur hara, air, dan ruang, ditaksir ada sekitar 120 jenis. Sebagian gulma juga menjadi tempat hidup dan tempat bernaung hama dan penyakit tanaman, serta menyumbat saluran air. Jenis gulma yang ditemukan di lahan pasang surut sangat dipengaruhi oleh tipe luapan. Pada lahan yang terus menerus tergenang, gulma yang paling banyak dijumpai adalah gulma air (eceng, semanggi, jajagoan, jujuluk), sedangkan pada lahan yang tidak tergenang, sebagian besar adalah gulma darat (alang-alang, gerintingan, babadotan, dll.). Pada lahan yang tergenang saat pasang besar saja, ditemukan baik gulma air maupun gulma darat. Secara umum, gulma dikelompokkan berdasarkan tipe daunnya, yakni (i) golongan berdaun pita, (ii) golongan teki, dan (iii) golongan berdaun lebar.
Secara umum kerugian yang ditimbulkan gulma dapat dibagi menjadi dua, yaitu kerugian yang langsung dan tidak langsung. Kerugian langsung terjadi akibat kompetisi yang dapat mengurangi panen. Termasuk didalamnya adalah penurunan hasil panen, baik secara keseluruhan atau yang panennya saja dan penurunan kualitas hasil panenan sebagai akibat pencemaran oleh biji- biji gulma. Sedangkan kerugian yang tidak langsung terjadi akibat kompetisi yang dapat menimbulkan kerugian tetapi tidak secara langsung dari hasil panen, seperti gulma dapat menjadi inang bagi hama dan penyakit tanaman.

Pangan merupakan kebutuhan manusia yang paling mendasar, sehingga ketersediaan pangan khususnya beras bagi masyarakat harus selalu terjamin. Dengan terpenuhinya kebutuhan pangan masyarakat, maka masyarakat akan memperoleh hidup yang tenang dan akan lebih mampu berperan dalam pembangunaan.
Permasalahan pangan sepertinya tak pernah lepas dari kehidupan bangsa Indonesia, terutama petani yang merupakan masyarakat mayoritas Indonesia. Diantara berbagai masalah pangan yang sedang diderita Indonesia, ketergantungan terhadap bahan pangan tertentu misalnya beras dan gandum merupakan hal yang paling memprihatinkan karena menyebabkan ketahanan pangan nasional menjadi rapuh.
Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya hasil beras baik kualitas dan kuantitas adalah gangguan gulma. Gulma sebagai organisme pengganggu tanaman (OPT) termasuk kendala penting yang harus diatasi dalam peningkatan produksi padi di Indonesia. Penurunan hasil padi akibat gulma berkisar antara 6-87 %. Data yang lebih rinci penurunan hasil padi secara nasional akibat gangguan gulma 15-42 % untuk padi sawah dan padi gogo 47-87 % (Pitoyo, 2006).
Program pengendalian gulma yang tepat untuk memperoleh hasil yang memuaskan perlu dipikirkan terlebih dahulu. Pengetahuan tentang biologis dari gulma (daur hidup), faktor yang mempengaruhi pertumbuhan gulma, pengetahuan mengenai cara gulma berkembang biak, menyebar dan bereaksi dengan perubahan lingkungan dan cara gulma tumbuh pada keadaan yang berbeda- beda sangat penting untuk diketahui dalam menentukan arah program pengendalian. Keberhasilan dalam pengendalian gulma harus didasari dengan pengetahuan yang cukup dan benar dari sifat biologi gulma tersebut, misalnya a) dengan melakukan identifikasi, b) mencari dalam pustaka tentang referensi gulma tersebut c) serta bertanya pada para pakar atau ahli gulma. Ketiga cara ini merupakan langkah pertama untuk menjajaki kemungkinan cara pengendalian yang tepat (Sukma dan Yakup, 2002).


B.     Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.       




II.                TINJAUAN PUSTAKA

Padi merupakan tanaman semusim (perennial) yang berumpun kuat dengan tinggi batang yang beragam (0,5--2 m). Helai daun berbentuk garis, kebanyakan bertepi kasar dan panjangnya 15--80 cm, serta memiliki malai dengan panjang 15--40 cm yang tumbuh ke atas dan ujungnya menggantung. Malai berupa bulir yang beraneka ragam, kadang tidak berjarum, berjarum pendek atau panjang, licin atau kasar berwarna hijau atau cokelat, gundul atau berambut, dengan ukuran 7--10 cm. Bulir yang masak akan menghasilkan buah yang kaya akan pati. Tanaman padi umumnya tumbuh di tempat basah atau rawa, dan ada juga yang tumbuh di darat seperti padi gogo (M. Syam, Sundaru,1976).
Budidaya tanaman padi di dunia hanya terjadi pada dua jenis saja yaitu O. sativa dan O. glaberrima. Tanaman padi O. sativa lebih dibudidayakan secara luas di seluruh dunia daripada O. glaberrima yang hanya dibudidayakan di Afrika. Budidaya tanaman padi jenis O. sativa menghasilkan tiga ras padi yang berbeda yaitu Javanica, Indica, dan Japonica. Ras Indica umumnya terdapat di negara-negara tropis seperti India, Vietnam, Kamboja, dan Indonesia. Ras Javanica banyak dibudidayakan di pulau Jawa, sedangkan ras Japonica lebih banyak
ditemukan di negara Jepang (Soerjani 1987: 448).
Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya hasil beras baik kualitas dan kuantitas adalah gangguan gulma. Gulma sebagai organisme pengganggu tanaman (OPT) termasuk kendala penting yang harus diatasi dalam peningkatan produksi padi di Indonesia. Penurunan hasil padi akibat gulma berkisar antara 6-87 %. Data yang lebih rinci penurunan hasil padi secara nasional akibat gangguan gulma 15-42 % untuk padi sawah dan padi gogo 47-87 % (Pitoyo, 2006).

Program pengendalian gulma yang tepat untuk memperoleh hasil yang memuaskan perlu dipikirkan terlebih dahulu. Pengetahuan tentang biologis dari gulma (daur hidup), faktor yang mempengaruhi pertumbuhan gulma, pengetahuan mengenai cara gulma berkembang biak, menyebar dan bereaksi dengan perubahan lingkungan dan cara gulma tumbuh pada keadaan yang berbeda- beda sangat penting untuk diketahui dalam menentukan arah program pengendalian. Keberhasilan dalam pengendalian gulma harus didasari dengan pengetahuan yang cukup dan benar dari sifat biologi gulma tersebut, misalnya a) dengan melakukan identifikasi, b) mencari dalam pustaka tentang referensi gulma tersebut c) serta bertanya pada para pakar atau ahli gulma. Ketiga cara ini merupakan langkah pertama untuk menjajaki kemungkinan cara pengendalian yang tepat (Sukma dan Yakup, 2002).
Untuk lebih menekan pertumbuhan gulma dengan hasil yang lebih baik, perlu adanya kombinasi berbagai cara pengendalian yang dikenal dengan pengendalian terpadu yang dapat dilakukan mulai dari pengolahan tanah, cara bercocok tanam, cara pemupukan, dan pengairan yang baik serta dilanjutkan dengan pengendalian secara langsung misalnya pengendalian mekanis, fisis, biologi baru yang terakhir dengan penggunaan zat kimia (Bangun dan Syam, 1989).



III.             HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A.    Hasil Pengamatan
Praktikum dilakukan dengan melakukan survey atau kunjungan ke petani yang berada di Desa ………..Kecamatan Natar Lampung Selatan. Kami melakukan survey kepada 3 petani yang berada di wilayah tesebut.
a)      Data Petani
Pada Survey pertama yang kami lakukan, kami lakukan terhadap lahan milik bapak Ahmad Mashur. Bapak Mashur sendiri lahir 65 tahun silam di Natar. Beliau merupakan penduduk pribumi asli Natar dan hanya bersekolah sampai Sekolah Dasar. Selain Bekerja sebagai petani, bapak Mashur pun bekerja sebagai kuli serabutan. Beliau sering ikut proyek pengerjaan bangunan, baik itu rumah maupun toko. Luas lahan sawah sendiri yang dimiliki beliau sekitar 10 rante(1 rante=400m2).
b)      Data komoditas dan teknik budidaya
Jenis padi yang digunakan adalah padi varietas IR 64. Padi itu sendiri diusahakan ditanam dengan jarak 23 cm X 23 cm. kultur teknik  yang digunakan yaitu mono kultur. Pola tanam tidak pernah dirotasi dengan tanaman palawija atau yang lainnya. Beliau menjelaskan bahwa beliau enggan untuk melakukan rotasi. Dalam setahun, sawah yang beliau miliki dapat ditanami sebanyak 3 kali. Untuk pemupukan, beliau menggunakan pupuk urea sebanyak 2 kuintal dan pupuk kandang sebanyak 5 kuintal. Frekuensi pemupukan yang dilakukan yaitu sebanyak 3 kali dlam semusim, pada saat awal tanam, sebulan setelah tanam dan sebelum malai tumbuh.



c)      Data Gulma
Saat kami mengamati areal pertanaman, padi di sawah beliau sedang siap untuk di panen. Bahkan sebagian lahan miliknya telah dipanen. Kami mengamati adanya gulma, walaupun tidak terlalu banyak pada areal persawahan yang beliau miliki. Pada lahan sawah sendiri terdapat jenis gulma berupa Kawatan, Krokotan dan Lanangan. Gulma Kawatan cukup mendominasi pada areal sawah ini. Sebenarnya pak Mashur tidak mempermasalahkan gulma ini, beliau menganggap gulma ini mengganggu dari segi estetika, yaitu tidak enak dipandang sehingga dilakukan tindakan pengendalian. Untuk gulma yang tumbuh di galengan (pematang) sawah, beliau hanya membabatnya saja.
d)     Pengendalian gulma
Pengendalian gulma dilakukan secara mekamik dan kimiawi. Dengan cara mekanik yaitu dengan menyabuti gulma-gulma yang tumbuh dilahan sawah tersebut. Pengendalian dilakuakn pada saat tanaman berumur 4 MST sampai 6 MST. Pengendalian mekanik dilakukan dua kali selama satu musim tanam. Biaya yang dikeluarkan tidak beliau hitung, karena Pak Mashur sendiri dan keluarganya saja yang melakukan pengendalian. Jika mengerjakan dengan bantuan buruh, maka biaya yang perlu dikeluarkan sekitar Rp 50.000,00 jika yang kerja laki-laki dan Rp 25.000,00 jika yang menjadi tenaga upah adalah wanita. Dan dituhkan sekitar 2 hari untuk membersihkan lahan sawah tersebut dari gulma.
e)      Herbisida
Pengendalian kimiawi dilakukan dengan cara menyemprotkan herbisida. Adapun herbisida yang digunakan oleh bapak Mashur adalah herbisida jenis Round up. Beliau menggunakan 2 liter untuk 10 Rante. Dengan pemakaian 200 cc.tanaman berumur kira-kira 2 MST. Pak Mashur senang menggunakan herbisida ini karena menurut beliau, pestisida ini memiliki keuntungan yaitu gulma mati semua dan tidak memberikan efek negatif pada tanaman.. Beliau pernah mencoba menggunakan Round Up ini untuk mengendalikan gulma di galengan, tetapi hasilnya galengan rusak. Hal ini terjadi karena tidak ada lagi yang mengikat agregat tanah. Sehingga beliau hanya membabatnya saja.

f)       Data Usahatani
Setelah cukup bertanya- Tanya mengenai usaha budidaya tanaman padi beliau, kami pun menanyakan mengenai biaya. Biaya produksi yang diperlukan Bapak Mashur dalam satu kali musim panen yaitu berkisar sekitar Rp 1.200.000,00. Biaya ini didapat dari pembelian pupuk urea sebanyak 2 kuintal seharga Rp 460.000,00, pembelian herbisida, dan tenaga kerja. Sawah tersebut dapat neghasilkan gabah sekitar 43 karung atau sekitar 2 ton lebih gabah kering. Gabah-gabah tersebut biasanya beliau jual ke PPL dengan harga Rp 430.000,00 per kuintal.

Survei petani ke dua.
a)      Data Petani
Pada Survey selanjutnya yang kami lakukan, kami lakukan terhadap lahan milik bapak Tihur. Bapak Tihur berumur 35 tahun dan lahir di Natar. Beliau merupakan penduduk pribumi asli Natar dan hanya bersekolah sampai SMP. Luas lahan sawah yang dimiliki beliau sekitar 5 rante(1 ha=25 rante).
b)      Data komoditas dan teknik budidaya
Jenis padi yang digunakan adalah padi varietas IR 64. Padi tersebut ditanam dengan jarak 23 cm X 23 cm, sama seperti lahan bapak Mashur.  kultur teknik  yang digunakan yaitu mono kultur. Tetapi bapak Tihur menanam palawija pada lahan miliknya yang lain sekitar 1 rante (20X20m). Dalam setahun, sawah yang beliau miliki dapat ditanami sebanyak 3 kali. Untuk pemupukan, beliau menggunakan pupuk NPK sebanyak 0,5 kuintal dan Urea sebanyak 1 kuintal.  Frekuensi pemupukan yang dilakukan sama dengan lahan milik petani sebelumnya yaitu sebanyak 3 kali dalam semusim, pada saat awal tanam, sebulan setelah tanam dan sebelum malai tumbuh.
c)      Data Gulma
Dikarenakan lahan bapak Tihur satu areal wilayah dengan bapak Mashur, maka data gulma yang didapat pun tidak berbeda jauh. Pada lahan sawah sendiri terdapat jenis gulma berupa Kawatan, Krokotan dan Lanangan. Gulma krokotan cukup mendominasi pada areal sawah ini.
d)     Pengendalian gulma
Pengendalian gulma dilakukan juga secara mekamik dan kimiawi. Bapak Tihur mengendalikan dengan mencabuti gulma yang ada. Pengendalian mekanik dilakukan dua kali selama satu musim tanam.Pengendalian dilakukan pada saat tanaman berumur 2 MST sampai 4 MST. Kadang- kadang Bapak Tihur dan keluarga yang melakukan pengendalian, tetapi jika tidak sempat dikarenakan ada kesibukan lain, maka beliau membayar orang untuk melakuakn penyiangan. Biaya yang dikeluarkan sekitar Rp 40.000,00 untuk laki-laki dan Rp 30.000,00 untuk perempuan. Dan diperlukan sekitar 2 hari sampai dengan 2 setengah hari untuk membersihkan lahan sawah tersebut dari gulma.
e)      Herbisida
Pengendalian kimiawi dilakukan dengan cara menyemprotkan herbisida. Adapun herbisida yang digunakan oleh bapak Tihur adalah herbisida jenis Ali. Beliau menggunakan 3 bungkus Ali untuk luas lahannya. Ali ini disemprotkan pada saat tanaman berumur kira-kira 2 MST. Pak Tihur senang menggunakan herbisida ini karena menurut beliau, pestisida ini memiliki keuntungaan gulma tidak akan tumbuh lagi. Selama ini,Bapak Tihur belum pernah merasa kecewa menggunakan herbisida ini. Beliau hanya membabat saja pada gulma yang terdapat digalengan.
f)       Data Usahatani
. Biaya produksi yang diperlukan Bapak Tihur dalam satu kali musim panen yaitu berkisar sekitar Rp 700.000,00. Biaya ini didapat dari pembelian pupuk sebanyak 1,5 kuintal seharga Rp 390.000,00, pembelian herbisida, dan tenaga kerja. Sawah tersebut dapat menghasilkan gabah sekitar 9 kuintal lebih gabah kering. Hal ini disebabkan kemarau yang terjadi. Pada saat pengairan normal, lahan beliau dapat menghasilkan sekitar 1,3-1,5 ton. Gabah-gabah yang diperoleh tersebut biasanya beliau jual ke pengepul dengan harga Rp 430.000,00 per kuintal dan sebagian digunakan untuk makan. Harga gabah pada saat normal berkisar sekitar Rp 350.000,00 per kuintal.


Survei Petani ke tiga
a)      Data Petani
Survei terakhir yang  kami lakukan yaitu pada lahan milik bapak Anshori. Bapak Anshori sendiri lahir di natar 43 tahun yang lalu. Beliau merupakan penduduk pribumi asli Natar dan hanya bersekolah sampai Sekolah Dasar. Luas sawah yang dimiliki beliau sekitar 8 rante(1 rante=400m2).
b)      Data komoditas dan teknik budidaya
sama seperti lahan bapak Mashut dan Tihur, Jenis padi yang digunakan adalah padi varietas IR 64 dengan jarak 23 cm X 23 cm.  Dalam setahun, sawah yang beliau miliki dapat ditanami sebanyak 3 kali.Kultur teknik  yang digunakan yaitu mono kultur. Untuk pemupukan, beliau menggunakan pupuk NPK sebanyak 1,5 kuintal.  Frekuensi pemupukan yang dilakukan sama dengan lahan milik bapak Mashut dan Tihur sebelumnya yaitu sebanyak 3 kali dalam semusim.
c)      Data Gulma
Pada lahan sawah terdapat beberapa jenis gulma berupa jajagoan, Krokotan dan Kawatan. Gulma jajagoan cukup mendominasi pada areal sawah ini. Pengendalian gulma yang terdapat pada galengan yaitu dengan cara dibabat menggunakan arit atau koret.
d)     Pengendalian gulma
Pengendalian gulma dilakukan juga secara mekamik dan kimiawi. Bapak Anshori mengendalikan gulma secara mekanik dengan cara mencabuti gulma yang ada. Pengendalian mekanik dilakukan dua kali selama satu musim tanam.Pengendalian dilakukan pada saat tanaman berumur 3 MST sampai 4 MST. Biasanya dibutuhkan biaya sekitar Rp 130.000,00 untuk membayar tenaga kerja.
e)      Herbisida
Pengendalian kimiawi dilakukan dengan cara menyemprotkan herbisida. Adapun herbisida yang digunakan oleh bapak Anshori adalah herbisida jenis Round up. Beliau menggunakan 1 liter untuk 8 rante.penyemprotan dilakukan saat tanaman berumur kira-kira 2 MST.
Pak Anshori menggunakan herbisida ini karena menurut beliau, pestisida ini memiliki keuntungan gulma mati dan tidak memberikan efek negatif pada tanaman
f)       Data Usahatani
Biaya produksi yang diperlukan Bapak Anshori dalam satu kali musim panen yaitu berkisar sekitar Rp 1.000.000,00. Biaya ini didapat dari pembelian pupuk sebanyak 1,5 kuintal seharga Rp 400.000,00, tenaga kerja dan pembelian herbisida. Sawah tersebut dapat menghasilkan gabah sekitar 1,5 ton. Gabah-gabah yang diperoleh tersebut biasanya beliau pergunakan untuk memenuhi kebutuhan pangannya dan sebagian beliau  jual ke pengepul dengan harga sekitar Rp 380.000,00 sampai dengan Rp 400.000,00 per kuintal. Harga gabah pada saat

B.     Pembahasan
Setelah kami melakukan survei gulma ditingkat petani, kami melihat bahwa pandangan petani terhadat gulma berbeda antara petani yang satu dengan yang lain. Dari sampel petani yang berada dalam satu area pun sudah berbeda, kemungkinan besar begitu pula dengan petani yang berada di wiliayah yang lain. Ada petani yang perlu mengendalikan gulma karena mengganggu keindahan, ada yang merasa memang itu perlu dikendalikan karena dapat merugikan seperti yang dilakukan oleh Bapak Anshori dll. Dalam hal pengendalian gulma pun setiap petani memiliki pandangan yang berbeda. Walaupun pada dasarnya mereka melakukan pengendalian gulma yang sama yaitu dengan cara mekanik dan kimia. Tetapi dalam hal waktu aplikasi dan jenis herbisida yang digunakan mereka berbeda pendapat. Secara teori, gulma perlu dikendalikan saat keberadaan gulma tersebut sudah mencapai ambang ekonomi,agar tidak terjadi kerugian secara ekonomis. Penegndalian gulma pada lahan persawahan pun tidak cukup hanya dengan mekanik dan kimiawi saja, tetapi akan lebih efektif jika menggunakan cara pengendalian yang lain, seperti diterapkan beberapa cara pengendalian secara bersamaan baik itu Pengelolaan air,penyiangan, pengendalian gulma secara terpadu, pengendalian gulma secara biologis, budidaya pertanaman maupun  pergiliran tanaman.



IV.             KESIMPUAN


Kesimpulan dari survei yang telah dilakukan ini adalah sebagai berikut:
1.      Petani di Desa ……….rata-rata bermatapencaharian sebagai petani gurem
2.      Petani memiliki pandangan yang berbeda dalam memandang pentingnya gulma.
3.      Cara pengendalian gulma diareal sawah petani Desa…………Natar yaitu dengan mekanik(penyiangan) dan Kimia(penggunaan Herbisida).
4.      Jenis dan waktu aplikasi pengendalian gulma antar petani satu dengan yang lainnya berbeda-beda.
5.      Rekomendasi yang diberikan yaitu berupa cara pengendalian yang lain seperti pergiliran tanaman, penggenangan, pengendalian biologis dll.


DAFTAR PUSTAKA



Bangun, P dan M. Syam. 1989. Pengendalian Gulma Pada Tanaman Padi. Badan Penelitian Tanaman Pangan. Bogor.
Pitoyo, J. 2006. Mesin Penyiang Gulma Padi Sawah Bermotor. Sinar Tani.Edisi 5-11 Juli 2006. http://www.pustaka-deptan.go.id. Akses tanggal 9 juli 2007
Soejani, M., A. J. G. H. Kostermans, G. Tjitrosoepomo. 1987. Weeds of Rice In Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.
Sukma, Y dan Yakup. 2002. gulma dan Teknik Pengendaliannya. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Sundaru, M. Syam, M. Bakar, J. 1976. Beberapa Jenis Gulma Padi Sawah. Lembaga Pusat Penelitian Pertanian Bogor, Buletin Tehnik No. 1


Tidak ada komentar:

Posting Komentar