PENGARUH PEMBERIAN KOMBINASI PUPUK N, P, K, KAPUR,
DAN PUPUK KANDANG KAMBING TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG
(Laporan Akhir Praktikum Kesuburan Tanah Dan
Pemupukan)
Oleh
Darso Waluyo
0914013084
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2011
I.
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Di Indonesia, jagung merupakan bahan pangan sumber karbohidrat kedua stelah
beras. Disamping sebagai bahan pangan, komoditi ini juga sebagai bahan pakan
ternak dan bahan baku industri.enurut data yang dihimpun oleh Biro Pusat
Statistik, pengguanaan jagung untuk bahan pangan menurun dari 78% pada tahun
1975 menjadi 49% pada tahun 1985. Sebaliknya, penggunaan untuk pakan ternak dan
industry meningkat masing-masing dari 15% dan 3,4% pada tahun 1975 menjadi 38%
dan 6,2% pada tahun 1985.
Pada upaya peningkatan produksi jagung, pemupukan merupakan
hal penting dan harus diperhatikan. Adapun hal-hal yang perlu mendapat
perhatian adalah jenis, dosis, waktu, dan cara pemupukan. Bila lahan sudah
cukup mengandung cukup unsur P karena penggunaan pupuk TSP yang terus-menerus,
sebaiknya penggunaan tersebut dilakukan cukup dengan dosis 50 Kg TSP/Ha.
Hal yang perlu diingat bahwa unsur hara yang terangkat pada
waktu panen adalah lebih tinggi pada unsur hara pada bagian-bagian tanaman lain
yang masih tertinggal di dalam tanah. Hal ini tampaknya bahwa serapan unsur
hara berbeda-beda antara spesies tanaman tetapi menunjukkan kesamaan untuk
spesies tanaman yang sama.
Perbedaan tersebut disebabkan oleh keadaan
pertumbuhan, perbedaan varietas dan sifat-sifat tanah. Serapan unsur hara yang
berlebihan pada tanaman (lebih tinggi) dari serapan normal, hal ini disebabkan
oleh terlalu tingginya persediaan unsur hara seperti N dan K (Sutarya dan
Grubben, 1995).
Berdasarkan
jumlah kebutuhan tanaman, elemen esensial diklasifikasikan dengan dua kelompok
besar yaitu : makro (N, P, K, S, Ca, Mg) dan mikro (Fe, B, Mn, Zn, Cu, Mo).
Sementara itu sebagian besar penelitian mengkategorikan dalam tiga kelas yaitu
:
-
Unsur hara primer atau major
nutrient (N, P, dan K), karena diperlukan relatif dalam jumlah besar (sering
diekspresikan dari proses bobot kering) dan secara beraturan diberikan ke dalam
tanah melalui pemupukan
-
Unsur hara sekunder (Ca, Mg, S),
karena relatif banyak terdapat di dalam tanah dan tanaman dalam pemupukan
sebagai elemen pengiring atau secara terpisah sebagai kapur
-
Trace elements atau minor elements
atau mikro elemen
Jumlah
unsur hara dan air yang dapat diserap tanaman tergantung pada kesempatan untuk
mendapatkan air dan unsur hara tersebut dalam tanah. Ini sering didekati
melalui luas permukaan akar dan jumlah unsur hara dan air yang tersedia dalam
tanah. Karena kebutuhan tanaman akan unsur hara dan air terbatas, maka peranan
luas permukaan akar dan jumlah unsur hara yang tersedia dalam media perakaran
akan saling mengisi.
1.2.
tujuan
Adapun
tujuan dari praktikum ini yaitu :
1. Mengetahui
tingkat kesuburan tanah melalui tanaman
2. Mengetahui
kebutuhan unsur hara bagi tanaman
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
Menurut Rukmana (1997 a), dalam taksonomi tumbuhan kedudukan
tanaman jagung diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom
: Plantae
Divisio
: Spermatophyta
Sub
Divisio : Angiospermae
Class
:
Monocotyledoneae
Ordo
: Graminales
Family
: Graminaceae
Genus
: Zea
Spesies
: Zea mays L.
Setelah perkecambahan, akar primer awal memulai pertumbuhan
tanaman. Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang, dan
tumbuh menyamping. Akar yang tumbuh relatif dangkal ini merupakan akar adventif
dengan percabangan yang amat lebat, yang memberi hara pada tanaman. Akar layang
penyokong memberikan tambahan topangan untuk tumbuh tegak dan membantu
penyerapan hara. Akar layang ini yang tumbuh di atas permukaan tanah, tumbuh
rapat pada buku-buku dasar dan tidak bercabang sebelum masuk ke tanah (Rubatzky
dan Yamaguchi, 1998).
Batang tanaman jagung beruas-ruas (berbuku-buku) dengan
jumlah ruas bervariasi antara 10-40 ruas. Panjang batang jagung berkisar antara
60 cm-300 cm. Ruas-ruas batang bagian atas berbentuk silindris dan ruas-ruas
batang bagian bawah berbentuk bulat agak pipih (Rukmana, 1997 b).
Daun jagung tumbuh di setiap ruas batang. Daun ini berbentuk
pita mempunyai lebar 4-15 cm dan panjang 30-150 cm serta didukung oleh pelepah
daun yang menyelubungi batang (Najiyati dan Danarti, 1995).
Daun terdiri atas pelepah dan helaian daun. Helaian
daun memanjang dengan ujung daun merumcing. Antara pelepah daun dan helaian
daun dibatasi oleh spikula yang berguna untuk menghalangi masuknya air hujan
atau embun ke dalam pelepah daun. Jumlah daun berkisar 10-20 helai pertanaman.
Daun berada pada setiap ruas batang dengan kedudukan yang saling berlawanan
(Suprapto dan Marzuki, 2005).
Tanaman jagung merupakan tanaman monocious. Pada satu
tanaman terdapat bunga jantan dan bunga betina yang letaknya terpisah. Bunga
jantan terletak pada bagian ujung tanaman, sedangkan bunga betina pada
sepanjang pertengahan batang jagung dan berada pada salah satu ketiak
daun
(Ginting, 1998).
Biji jagung berkeping tunggal, berderet rapi pada
tongkolnya. Pada setiap tanaman jagung ada satu tongkol, kadang-kadang ada yang
dua. Setiap tongkol terdapat 10-14 deret biji jagung yang terdiri dari 200-400
butir biji jagung. (Suprapto dan Marzuki, 2005).
Nitrogen (N)
Nitrogen merupakan salah satu unsur hara yang sangat penting dan
dapat disediakan melalui pemupukan. Nitrogen dibutuhkan tanaman jagung selama
masa pertumbuhan sampai pematangan biji. Adapun peran unsur nitrogen adalah :
- Mempengaruhi pembentukan
protein
- Bagian yang integral
dari klorofil dan meningkatkan produksi tanaman
- Pembentukan sel,
jaringan, dan organ tanaman
- Pengatur pertumbuhan
tanaman secara keseluruhan
(Rukmana, 1997 b).
Fosfor (P)
Ketersediaan fosfor dalam jumlah yang cukup pada saat awal
pertumbuhan tanaman adalah penting pada fase primordial yang selanjutnya untuk
bagian reproduktif lainnya. Peranan fosfor adalah :
- Penting pada saat awal
pemasakan tanaman
- Mempengaruhi pertumbuhan
tanaman menjadi lebih baik
- Penting bagi pembentukan
biji
- Meningkatkan
perkembangan perakaran
- Penting dalam proses
fotosintesis dan sejumlah reaksi dalam
proses kehidupan lainnya
- Untuk pembentukan
primordia bunga dan organ tanaman untuk reproduksi
(Nyakpa, dkk, 1988).
Kalium (K)
Unsur K bukan bahan bangunan, melainkan sebagai pengatur berbagai
proses fisiologi tanaman. Adapun fungsi unsur K adalah :
- Merawat kondisi air di
dalam sel dan jaringan
- Mengatur turgor atau
tegangan sel
- Membuka dan menutup
stomata
- Mengatur akumulasi dan
translokasi karbohidrat yang baru terbentuk
- Pertumbuhan tanaman
menjadi merata dan pesat
- Ketahanan tehadap penyakit meningkat
- Mengeraskan batang
tanaman
- Meningkatkan kualitas
biji
(Isnaini, 2006).
III.
METODE
PRAKTIKUM
3.1. Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dlam praktikum ini antara
lain cangkul, golok, tali rafia, ajir, buku, patok dan meteran.
Sedangkan bahan yang digunakan
adalah benih jagung, furadan, pupuk NPK, pupuk kandang kotoran kambing, kapur dan mulsa organik.
3.2. Prosedur Praktikum
3.2.1. persiapan
lahan
Lahan
di olah menjadi lahan siap tanam dengan mencangkulnya hingga tanah menjadi gembur
dan siap ditanami.lahan diolah
mulai dari tanggal 19 Febuari 2011
sampai dengan 3 Maret 2011. Lahan diolah dengan cara dibabat terlebih dahulu
untuk membersihkan gulma, di ukur luas lahan yang akan digunakan kemudian
dicangkul.
3.2.3. Pemupukan
Setelah
digemburkan, tanah ditaburi pupuk sesuai dengan yang telah ditentukan
masing-masing praktikan. Pemupukan ini
dilakukan pada tanggal 3 Maret 2011. Adapun jenis pupuk yang dipakai adalah N,P,K, pupuk kandang kotoran kambing, kapur dan mulsa organik.
3.2.4.
Penanaman
Setelah
di taburi pupuk lalu di tanami dengan benih jangung yang telah disiapkan dengan
kedalaman 1-2 cm.penanaman
dilakukan pad atanggal 3 Maret 2011. Benih ditanam dengan jarak 20x40 cm dengan
2 benih per lubang tanam. Jumlah lubang tanam yang dibuat yaitu sebanyak 32
lubang.
3.2.5.
Penyulaman
Penyulaman dilakukan saat terdpat tanaman yang tidak
tumbuh. Penyulaman dilakukan pada tanggal 10 Maret 2011. Setelah dilakukan
penyulaman, maka tanaman pn dilakukan perawatan seperti penyiraman.
3.2.6. Pengamatan
Pengamatan dilakukan setiap minggu dimulai
dari tanggal 10 Maret 2011. Tanaman yang diamati adalah tanaman sampel sebanyak
5 lubang dari 32 lubang tanam. Selama pengamatan dilakukan, yang diamati
terutama tinggi tanaman dan jumlah daun.
Sedangkan tambahannya yaitu gulma dan hama penyakit. Pengamatan terus dilakukan
sampai tanaman berbunga, yaitu sampai dengan tanggal 28 April 2011.
3.2.6 Perhitungan Bobot sampel
Setelah 8 minggu pengamatan, sampel tanaman jagung di potong dari
lahan kemudian difoto dan diukur tingginya. Setelah itu, tanaman tersebut di
potong kecil-kecil dan diaduk
hingga merata. Selanjutnya, di ambil
1/6 dari hasil adukan tadi dan
dimasukkan kedalam amplop yang terlebih dahulu telah ditimbang. Amplok yang berisi
sampel tanaman tersebut ditimbang dan dioven selama 48 jam. Setelah 48 jam,
sampel dikeluarkan dari ovendan ditimbang. Selanjutnya dilakukan perhitungan
kadar air dan didapat bobot kering. Untuk mengetahui bobot seluruh tanaman,
maka kita dapat menghitungnya dengan sampel yang telah ada.
IV.
HASIL
PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Grafik Pengamatan
Grafik 1. Tinggi Tanaman
Grafik 2. Jumlah Daun
Grafik 3. Gulma
Grafik 4. Populasi OPT
Grafik 5. Warna Daun
Hijau Muda
|
Hijau
|
Hijau Tua
|
Grafik 6. Berat Brangkas
Ket:
P1=N,P,K,Kapur,Pupuk Kandang Kotoran
Kambing,Mulsa
P2=N,P,K,Kapur,Pupuk Kandang Kotoran
Kambing
P3=N,P,K,Kapur,Pupuk Kandang
P4=N,P,K
P5=N,P
P6=N,K
P7=P,K
P8= N
P9= P
P10= K
P11= Pupuk Kandang Kotoran Kambing
P12= Mulsa
4.2 Pembahasan
Setelah melakukan
praktikum, maka didapatkanlah data seperti pada grafik di atas. Dari grafik
tersebut dapat kita lihat bahwa tinggi tanaman cukup beragam mulai dari munggu
pertama pengamatan hingga minggu ke delapan. Pupuk yang memberikan pengaruh
pada tinggi tanaman adalah pupuk N. sehingga dpat terlihat pada grafik bahwa
tanaman yang dipupuk dengan pupuk N, memiliki tinggi yang hampir sama.
Sedangkan untuk tanaman yang tidak dipupuk dengan N, cenderung lebih pendek
pertumbuhan tinggi tanamannya. Untuk tinggi tanaman yang paling tinggi adalah
perlakuan 4(N,P,K). hal ini mungkin disebabkan penberian pupuk yang cukup dan
sesuai dengan kebutuhan hara tanaman. Selain itu, lokasi tanaman yang terbuka
sehingga tanaman mendapatkan cukup sinar matahari. Tanaman terpendek terlihat pada
perlakuan 9(P). hal ini mungkin
disebabkan tempat yang ternaungi dan kurangny aunsur hara N yang sangat
berfungsi untuk pertumbuhan.
Pada grafik jumlah
daun, daun bertambah seiring dengan pertumbuhan tanaman. Perlakuan 12 (Mulsa)
memiliki jumlah daun yang paling tinggi. Hal ini disebabkan karena rara-rata
tempat tumbuh tanaman berada wilayah yang terbuka sehingga kecukupan sinar matahari tercukupi. Selain itu, penutup
tanaman yang berupa mulsa organic melapuk dan bias menjadi tambahan bahan
organic bagi tanaman. Jumlah daun paling sedikit terjadi pada perlakuan 9(P).
hal utama yang menyababkan jumlah daun yang sedikit karena ternaungi dan asupan
pupuk yang kurang.
Pada populasi
gulma, didapatkan gulma yang terbanyak
pada perlakuan 11(pupuk kandang kotoran kambing). Hal ini disebabkan oleh masih
adanya bibit gulma yang dimakan oleh kambing dan belum terurai sehingga
berpotensi menjadi gulma. Sedangkan yang paling sedikit pertumbuhan gulmanya
yaitu pada perlakuan 3(N,P,K,Kapur,Pupuk Kandang) . mungkin hal ini desebabkan
oleh pengambilan sampel gulma dan pembersihan lahan yang benar- benar bersih
saat pengolahan lahan sehingga tidak ada akar gulma yang masih tertinggal.
Seharusnya, tanaman yang ditutupi oleh mulsa paling sedikit gulmanya karena
permukaan tanaman tertutupi oleh mulsa. Sehingga pertumbuhan mulsa dapat
terhambat. Tetapi, ada perlakuan yang diberi pupuk kandang sekaligus
mulsa,yaitu perlakuan 1 sehingga menyebabkan pertumbuhannya berimbang seperti
tidak berpengaruh akan adanya mulsa.
Pada OPT,
perlakuan 4 (N,P,K) memiliki jumlah serangan OPT yang paling tinggi. Hal ini
disebabkan oleh tinggi tanaman sehingga saling menutupi dan menjadi habitat
yang cocok untuk perkembangan OPT. sedangkan yang paling sedikit adalah
perlakuan 6 (P,K).
Karena pada
perlakuan ini memiliki jumlah daun yang relaif seimbang dan perawatan ytanaman
yang cukup baik. OPT yang banyak
menggangu yaitu ulat dan walang sangit.
Untuk warna daun,
sangat dipengaruhi oleh N dan Cahay matahari. Perlakuan 1(N,P,K,Kapur, Pupuk
Kambing, Mulsa) dan perlakuan 2 serta tiga memilki warna daun hijau tua yang
berarti kecukupan N nya terpenuhi dan cukup sinar matahari. Untuk tanaman yang tidakdiberi N maka warna daunnya
cenderung berwarna hijau muda yang menunjukan bahwa tanaman kekurangan N.
Berat Brangkasan
pada perlakuan 6(P,K) memiliki berat yang paling berat. Sedangkan yang paling
rendah adalah perlakuan 1(N,P,K,Kapur, Pupuk Kambing, Mulsa). Seharusnya secara
logika dan perhitungan yang benar, yang paling berat adalah perlakuan 1 atau
perlakuan 4. Karena pad aperlakuan tersebut pembeian pupuk lengkap dan
seimbang. Tetapi berhubung ada cara perhitungan yag kurang valid, sehinga brat
tanaman yang diperoleh tidak sesuai denga teori.
KESIMPULAN
Adapun
Kesimpulan dari laporan akhir ini adalah sebagai berikut:
- Perlakuan 4(N,P,K) merupakan yang paling tinggi. Hal ini mungkin disebabkan pemberian pupuk yang cukup dan sesuai dengan kebutuhan hara tanaman.dan yang terendah adalah perlakuan 9.
- Perlakuan 12(Mulsa) merupakan perlakuan dengan jumlah daun yang paling banyak. Sedangkan perlakuan dengan jumlah daun yang paling rendah perlakuan 9.
- Perlakuan yang tidak diberi mulsa memiliki jumlah gulma yang tidak terlalu banyak karena permukaan tanah tertutup oleh mulsa.
- Tanaman yang kekurangan N, memilki warna daun hijau muda dan pertumbuhannya terhambat sehingga kurang tinggi disbanding perlakuan lain.
- Tanaman yang kekurangan P akan berwarna ungu,tetapi pada praktikum ini tidak ada tanaman yang kekurangan P.
- Tanaman yang kekurangan K,akan menunjukan gejala seperti terbakar pada ujung daun, tetapi pada praktikumm ini cemderung tidak ada yang kekurangan K.
DAFTAR PUSTAKA
Ginting,
S. 1998. Jagung. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Isnaini,
M., 2006. Pertanian Organik. Kreasi Wacana, Yogyakarta.
Najiyati,
S., dan Danarti., 1999. Palawija, Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Nyakpa, M.
Y., A. M. Lubis., M. A. Pulung., A. G. Anarah., A.
Munawar.,
G. B. Hong dan N. Hakim. 1988. Kesuburan Tanah. Universitas Lampung
Press, Lampung.
Purwono dan H. Purnawati. 2007. Budidaya 8 Jenis Ranaman
Pangan Unggul. Penebar Swadaya, Jakarta
Rubatzky,
V. E. dan M. Yamaguchi. 1998. Sayuran Dunia 1. Prinsip, Produksi, dan Gizi.
Terjemahan Catur Horison. ITB Press, Bandung.
Rukmana,
R., 1997 a. Bertanam Jagung. Penebar Swadaya, Jakarta.
.,1997
b. Budidaya Baby Corn. Kanisius, Jakarta.
.,1997 c. Usaha Tani Jagung. Kanisius, Jakarta.
Rosmarkam,
A., dan N. W. Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius, Jakarta.
Suprapto
dan H. A. R. Marzuki. 2005. Bertanam Jagung. Edisi Revisi. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar