ahlan wa sahlan

Semoga bermanfaat," Sampaikanlah Walau Hanya Satu Ayat"

Selasa, 05 Juni 2012

PENGARUH PEMBERIAN KOMBINASI PUPUK N, P, K, KAPUR, DAN PUPUK KANDANG KAMBING TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG (Laporan Akhir Praktikum Kesuburan Tanah Dan Pemupukan)


PENGARUH PEMBERIAN KOMBINASI PUPUK N, P, K, KAPUR, DAN PUPUK KANDANG KAMBING TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG
(Laporan Akhir Praktikum Kesuburan Tanah Dan Pemupukan)


Oleh
Darso Waluyo
0914013084













PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2011
I.                   PENDAHULUAN



1.1. Latar Belakang
            Di Indonesia, jagung merupakan bahan pangan sumber karbohidrat kedua stelah beras. Disamping sebagai bahan pangan, komoditi ini juga sebagai bahan pakan ternak dan bahan baku industri.enurut data yang dihimpun oleh Biro Pusat Statistik, pengguanaan jagung untuk bahan pangan menurun dari 78% pada tahun 1975 menjadi 49% pada tahun 1985. Sebaliknya, penggunaan untuk pakan ternak dan industry meningkat masing-masing dari 15% dan 3,4% pada tahun 1975 menjadi 38% dan 6,2% pada tahun 1985.
Pada upaya peningkatan produksi jagung, pemupukan merupakan hal penting dan harus diperhatikan. Adapun hal-hal yang perlu mendapat perhatian adalah jenis, dosis, waktu, dan cara pemupukan. Bila lahan sudah cukup mengandung cukup unsur P karena penggunaan pupuk TSP yang terus-menerus, sebaiknya penggunaan tersebut dilakukan cukup dengan dosis 50 Kg TSP/Ha.
Hal yang perlu diingat bahwa unsur hara yang terangkat pada waktu panen adalah lebih tinggi pada unsur hara pada bagian-bagian tanaman lain yang masih tertinggal di dalam tanah. Hal ini tampaknya bahwa serapan unsur hara berbeda-beda antara spesies tanaman tetapi menunjukkan kesamaan untuk spesies tanaman yang sama.

 Perbedaan tersebut disebabkan oleh keadaan pertumbuhan, perbedaan varietas dan sifat-sifat tanah. Serapan unsur hara yang berlebihan pada tanaman (lebih tinggi) dari serapan normal, hal ini disebabkan oleh terlalu tingginya persediaan unsur hara seperti N dan K (Sutarya dan Grubben, 1995).
Berdasarkan jumlah kebutuhan tanaman, elemen esensial diklasifikasikan dengan dua kelompok besar yaitu : makro (N, P, K, S, Ca, Mg) dan mikro (Fe, B, Mn, Zn, Cu, Mo). Sementara itu sebagian besar penelitian mengkategorikan dalam tiga kelas yaitu :
-          Unsur hara primer atau major nutrient (N, P, dan K), karena diperlukan relatif dalam jumlah besar (sering diekspresikan dari proses bobot kering) dan secara beraturan diberikan ke dalam tanah melalui pemupukan
-          Unsur hara sekunder (Ca, Mg, S), karena relatif banyak terdapat di dalam tanah dan tanaman dalam pemupukan sebagai elemen pengiring atau secara terpisah sebagai kapur
-          Trace elements atau minor elements atau mikro elemen
 Jumlah unsur hara dan air yang dapat diserap tanaman tergantung pada kesempatan untuk mendapatkan air dan unsur hara tersebut dalam tanah. Ini sering didekati melalui luas permukaan akar dan jumlah unsur hara dan air yang tersedia dalam tanah. Karena kebutuhan tanaman akan unsur hara dan air terbatas, maka peranan luas permukaan akar dan jumlah unsur hara yang tersedia dalam media perakaran akan saling mengisi.
1.2. tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu :
1.      Mengetahui tingkat kesuburan tanah melalui tanaman
2.      Mengetahui kebutuhan unsur hara bagi tanaman

II.                TINJAUAN PUSTAKA


Menurut Rukmana (1997 a), dalam taksonomi tumbuhan kedudukan tanaman jagung diklasifikasikan  sebagai berikut :
Kingdom         : Plantae         
Divisio            : Spermatophyta
Sub Divisio     : Angiospermae
Class                : Monocotyledoneae
Ordo                : Graminales
Family             : Graminaceae
Genus              : Zea
Spesies            : Zea mays L.
Setelah perkecambahan, akar primer awal memulai pertumbuhan tanaman. Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang, dan tumbuh menyamping. Akar yang tumbuh relatif dangkal ini merupakan akar adventif dengan percabangan yang amat lebat, yang memberi hara pada tanaman. Akar layang penyokong memberikan tambahan topangan untuk tumbuh tegak dan membantu penyerapan hara. Akar layang ini yang tumbuh di atas permukaan tanah, tumbuh rapat pada buku-buku dasar dan tidak bercabang sebelum masuk ke tanah (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).


Batang tanaman jagung beruas-ruas (berbuku-buku) dengan jumlah ruas bervariasi antara 10-40 ruas. Panjang batang jagung berkisar antara 60 cm-300 cm. Ruas-ruas batang bagian atas berbentuk silindris dan ruas-ruas batang bagian bawah berbentuk bulat agak pipih (Rukmana, 1997 b).
Daun jagung tumbuh di setiap ruas batang. Daun ini berbentuk pita mempunyai lebar 4-15 cm dan panjang 30-150 cm serta didukung oleh pelepah daun yang menyelubungi batang (Najiyati dan Danarti, 1995).
Daun terdiri atas pelepah dan helaian daun.  Helaian daun memanjang dengan ujung daun merumcing. Antara pelepah daun dan helaian daun dibatasi oleh spikula yang berguna untuk menghalangi masuknya air hujan atau embun ke dalam pelepah daun. Jumlah daun berkisar 10-20 helai pertanaman. Daun berada pada setiap ruas batang dengan kedudukan yang saling berlawanan                    (Suprapto dan Marzuki, 2005).
Tanaman jagung merupakan tanaman monocious. Pada satu tanaman terdapat bunga jantan dan bunga betina yang letaknya terpisah. Bunga jantan terletak pada bagian ujung tanaman, sedangkan bunga betina pada sepanjang pertengahan batang jagung dan berada pada salah satu ketiak daun                    (Ginting, 1998).
Biji jagung berkeping tunggal, berderet rapi pada tongkolnya. Pada setiap tanaman jagung ada satu tongkol, kadang-kadang ada yang dua. Setiap tongkol terdapat 10-14 deret biji jagung yang terdiri dari 200-400 butir biji jagung. (Suprapto dan Marzuki, 2005).

Nitrogen (N)
Nitrogen merupakan salah satu unsur hara yang sangat penting dan dapat disediakan melalui pemupukan. Nitrogen dibutuhkan tanaman jagung selama masa pertumbuhan sampai pematangan biji. Adapun peran unsur nitrogen adalah :
-    Mempengaruhi pembentukan protein
-    Bagian yang integral dari klorofil dan meningkatkan produksi tanaman
-    Pembentukan sel, jaringan, dan organ tanaman
-    Pengatur pertumbuhan tanaman secara keseluruhan
(Rukmana, 1997 b).
Fosfor (P)
Ketersediaan fosfor dalam jumlah yang cukup pada saat awal pertumbuhan tanaman adalah penting pada fase primordial yang selanjutnya untuk bagian reproduktif lainnya. Peranan fosfor adalah :
-    Penting pada saat awal pemasakan tanaman
-    Mempengaruhi pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik
-    Penting bagi pembentukan biji
-    Meningkatkan perkembangan perakaran
-    Penting dalam proses fotosintesis dan sejumlah reaksi dalam  proses kehidupan lainnya
-    Untuk pembentukan primordia bunga dan organ tanaman untuk reproduksi
(Nyakpa, dkk, 1988).
Kalium (K)
Unsur K bukan bahan bangunan, melainkan sebagai pengatur berbagai proses fisiologi tanaman. Adapun fungsi unsur K adalah :
-    Merawat kondisi air di dalam sel dan jaringan
-    Mengatur turgor atau tegangan sel
-    Membuka dan menutup stomata
-    Mengatur akumulasi dan translokasi karbohidrat yang baru terbentuk
-    Pertumbuhan tanaman menjadi merata dan pesat
-    Ketahanan tehadap penyakit meningkat
-    Mengeraskan batang tanaman
-    Meningkatkan kualitas biji
(Isnaini, 2006).

III.             METODE PRAKTIKUM



3.1. Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dlam praktikum ini antara lain cangkul, golok, tali rafia, ajir, buku, patok dan  meteran.
Sedangkan bahan yang digunakan adalah benih jagung, furadan, pupuk NPK, pupuk kandang kotoran kambing, kapur dan mulsa organik.


3.2.  Prosedur Praktikum

3.2.1. persiapan lahan
Lahan di olah menjadi lahan siap tanam dengan mencangkulnya hingga tanah menjadi gembur dan siap ditanami.lahan diolah mulai dari  tanggal 19 Febuari 2011 sampai dengan 3 Maret 2011. Lahan diolah dengan cara dibabat terlebih dahulu untuk membersihkan gulma, di ukur luas lahan yang akan digunakan kemudian dicangkul.
3.2.3. Pemupukan
Setelah digemburkan, tanah ditaburi pupuk sesuai dengan yang telah ditentukan masing-masing praktikan. Pemupukan ini dilakukan pada tanggal 3 Maret 2011. Adapun jenis pupuk yang dipakai adalah  N,P,K, pupuk kandang kotoran kambing, kapur dan mulsa organik.
3.2.4. Penanaman
Setelah di taburi pupuk lalu di tanami dengan benih jangung yang telah disiapkan dengan kedalaman 1-2 cm.penanaman dilakukan pad atanggal 3 Maret 2011. Benih ditanam dengan jarak 20x40 cm dengan 2 benih per lubang tanam. Jumlah lubang tanam yang dibuat yaitu sebanyak 32 lubang.

3.2.5. Penyulaman
Penyulaman dilakukan saat terdpat tanaman yang tidak tumbuh. Penyulaman dilakukan pada tanggal 10 Maret 2011. Setelah dilakukan penyulaman, maka tanaman pn dilakukan perawatan seperti penyiraman.
3.2.6. Pengamatan
Pengamatan dilakukan setiap minggu dimulai dari tanggal 10 Maret 2011. Tanaman yang diamati adalah tanaman sampel sebanyak 5 lubang dari 32 lubang tanam. Selama pengamatan dilakukan, yang diamati terutama tinggi tanaman dan  jumlah daun. Sedangkan tambahannya yaitu gulma dan hama penyakit. Pengamatan terus dilakukan sampai tanaman berbunga, yaitu sampai dengan tanggal 28 April 2011.
3.2.6 Perhitungan Bobot sampel
Setelah 8 minggu pengamatan, sampel tanaman jagung di potong dari lahan kemudian difoto dan diukur tingginya. Setelah itu, tanaman tersebut di potong kecil-kecil dan diaduk hingga merata. Selanjutnya, di ambil 1/6 dari hasil adukan tadi dan dimasukkan kedalam amplop yang terlebih dahulu telah ditimbang. Amplok yang berisi sampel tanaman tersebut ditimbang dan dioven selama 48 jam. Setelah 48 jam, sampel dikeluarkan dari ovendan ditimbang. Selanjutnya dilakukan perhitungan kadar air dan didapat bobot kering. Untuk mengetahui bobot seluruh tanaman, maka kita dapat menghitungnya dengan sampel yang telah ada.

IV.             HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN



4.1. Grafik Pengamatan
Grafik 1. Tinggi Tanaman
Grafik 2. Jumlah Daun


Grafik 3. Gulma
Grafik 4. Populasi OPT
Grafik 5. Warna Daun
Hijau Muda
Hijau
Hijau Tua

Grafik 6. Berat Brangkas


Ket:
P1=N,P,K,Kapur,Pupuk Kandang Kotoran Kambing,Mulsa
P2=N,P,K,Kapur,Pupuk Kandang Kotoran Kambing
P3=N,P,K,Kapur,Pupuk Kandang
P4=N,P,K
P5=N,P
P6=N,K
P7=P,K
P8= N
P9= P
P10= K
P11= Pupuk Kandang Kotoran Kambing
P12= Mulsa

4.2 Pembahasan
Setelah melakukan praktikum, maka didapatkanlah data seperti pada grafik di atas. Dari grafik tersebut dapat kita lihat bahwa tinggi tanaman cukup beragam mulai dari munggu pertama pengamatan hingga minggu ke delapan. Pupuk yang memberikan pengaruh pada tinggi tanaman adalah pupuk N. sehingga dpat terlihat pada grafik bahwa tanaman yang dipupuk dengan pupuk N, memiliki tinggi yang hampir sama. Sedangkan untuk tanaman yang tidak dipupuk dengan N, cenderung lebih pendek pertumbuhan tinggi tanamannya. Untuk tinggi tanaman yang paling tinggi adalah perlakuan 4(N,P,K). hal ini mungkin disebabkan penberian pupuk yang cukup dan sesuai dengan kebutuhan hara tanaman. Selain itu, lokasi tanaman yang terbuka sehingga tanaman mendapatkan cukup sinar matahari. Tanaman terpendek terlihat pada perlakuan 9(P).  hal ini mungkin disebabkan tempat yang ternaungi dan kurangny aunsur hara N yang sangat berfungsi untuk pertumbuhan.

Pada grafik jumlah daun, daun bertambah seiring dengan pertumbuhan tanaman. Perlakuan 12 (Mulsa) memiliki jumlah daun yang paling tinggi. Hal ini disebabkan karena rara-rata tempat tumbuh tanaman berada wilayah yang terbuka sehingga kecukupan  sinar matahari tercukupi. Selain itu, penutup tanaman yang berupa mulsa organic melapuk dan bias menjadi tambahan bahan organic bagi tanaman. Jumlah daun paling sedikit terjadi pada perlakuan 9(P). hal utama yang menyababkan jumlah daun yang sedikit karena ternaungi dan asupan pupuk yang kurang.

Pada populasi gulma, didapatkan  gulma yang terbanyak pada perlakuan 11(pupuk kandang kotoran kambing). Hal ini disebabkan oleh masih adanya bibit gulma yang dimakan oleh kambing dan belum terurai sehingga berpotensi menjadi gulma. Sedangkan yang paling sedikit pertumbuhan gulmanya yaitu pada perlakuan 3(N,P,K,Kapur,Pupuk Kandang) . mungkin hal ini desebabkan oleh pengambilan sampel gulma dan pembersihan lahan yang benar- benar bersih saat pengolahan lahan sehingga tidak ada akar gulma yang masih tertinggal. Seharusnya, tanaman yang ditutupi oleh mulsa paling sedikit gulmanya karena permukaan tanaman tertutupi oleh mulsa. Sehingga pertumbuhan mulsa dapat terhambat. Tetapi, ada perlakuan yang diberi pupuk kandang sekaligus mulsa,yaitu perlakuan 1 sehingga menyebabkan pertumbuhannya berimbang seperti tidak berpengaruh akan adanya mulsa.

Pada OPT, perlakuan 4 (N,P,K) memiliki jumlah serangan OPT yang paling tinggi. Hal ini disebabkan oleh tinggi tanaman sehingga saling menutupi dan menjadi habitat yang cocok untuk perkembangan OPT. sedangkan yang paling sedikit adalah perlakuan 6 (P,K).
Karena pada perlakuan ini memiliki jumlah daun yang relaif seimbang dan perawatan ytanaman yang cukup baik. OPT yang  banyak menggangu yaitu ulat dan walang sangit.

Untuk warna daun, sangat dipengaruhi oleh N dan Cahay matahari. Perlakuan 1(N,P,K,Kapur, Pupuk Kambing, Mulsa) dan perlakuan 2 serta tiga memilki warna daun hijau tua yang berarti kecukupan N nya terpenuhi dan cukup sinar matahari. Untuk tanaman  yang tidakdiberi N maka warna daunnya cenderung berwarna hijau muda yang menunjukan bahwa tanaman kekurangan N.

Berat Brangkasan pada perlakuan 6(P,K) memiliki berat yang paling berat. Sedangkan yang paling rendah adalah perlakuan 1(N,P,K,Kapur, Pupuk Kambing, Mulsa). Seharusnya secara logika dan perhitungan yang benar, yang paling berat adalah perlakuan 1 atau perlakuan 4. Karena pad aperlakuan tersebut pembeian pupuk lengkap dan seimbang. Tetapi berhubung ada cara perhitungan yag kurang valid, sehinga brat tanaman yang diperoleh tidak sesuai denga teori.








KESIMPULAN


Adapun Kesimpulan dari laporan akhir ini adalah sebagai berikut:
  1. Perlakuan 4(N,P,K) merupakan yang paling tinggi. Hal ini mungkin disebabkan pemberian pupuk yang cukup dan sesuai dengan kebutuhan hara tanaman.dan yang terendah adalah perlakuan 9.
  2. Perlakuan 12(Mulsa) merupakan perlakuan dengan jumlah daun yang paling banyak. Sedangkan perlakuan dengan jumlah daun yang paling rendah perlakuan 9.
  3. Perlakuan yang tidak diberi mulsa memiliki jumlah gulma yang tidak terlalu banyak karena permukaan tanah tertutup oleh mulsa.
  4. Tanaman yang kekurangan N, memilki warna daun hijau muda dan pertumbuhannya terhambat sehingga kurang tinggi disbanding perlakuan lain.
  5. Tanaman yang kekurangan P akan berwarna ungu,tetapi pada praktikum ini tidak ada tanaman yang kekurangan P.
  6. Tanaman yang kekurangan K,akan menunjukan gejala seperti terbakar pada ujung daun, tetapi pada praktikumm ini cemderung tidak ada yang kekurangan K.




DAFTAR PUSTAKA

Ginting, S. 1998. Jagung. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Isnaini, M., 2006. Pertanian Organik. Kreasi Wacana, Yogyakarta.

Najiyati, S., dan Danarti., 1999. Palawija, Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Penebar Swadaya, Jakarta.

Nyakpa, M. Y., A. M. Lubis., M. A. Pulung., A. G. Anarah., A. Munawar.,                G. B. Hong dan N. Hakim. 1988. Kesuburan Tanah. Universitas Lampung Press, Lampung.

Purwono dan H. Purnawati. 2007. Budidaya 8 Jenis Ranaman Pangan Unggul. Penebar Swadaya, Jakarta
Rubatzky, V. E. dan M. Yamaguchi. 1998. Sayuran Dunia 1. Prinsip, Produksi, dan Gizi. Terjemahan Catur Horison. ITB Press, Bandung.

Rukmana, R., 1997 a. Bertanam Jagung. Penebar Swadaya, Jakarta.

                 .,1997 b. Budidaya Baby Corn. Kanisius, Jakarta.
                 .,1997 c. Usaha Tani Jagung. Kanisius, Jakarta.  
Rosmarkam, A., dan N. W. Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius, Jakarta.


Suprapto dan H. A. R. Marzuki. 2005. Bertanam Jagung. Edisi Revisi. Penebar Swadaya, Jakarta.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar