SURVEI GULMA PADA TANAMAN PADI SAWAH
DI TINGKAT PETANI
(Laporan Praktikum Ilmu dan Teknik Pengendalian
Gulma)
Disusun Oleh
Kelompok 3 kelas B
Catur Yuniarsih 0914013081
Dani Bayu Aji RN 0914013082
Darso Waluyo 0914013084
Daud Maulana 0914013085
Deciana 0914013086
Dian Mahdarrini 0914013088
Dita dani artha 0914013089
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2011
I.
PENDAHULAN
A.
Latar Belakang
Gulma merupakan
tumbuhan yang tumbuh di sekitar tanaman yang dibudidayakan dan
kehadirannya tidak diinginkan karena dapat merugikan tanaman yang
dibudidayakan. Istiliah lain yang digunakan untuk gulma adalah
herba, tanaman liar atau tumbuhan pengganggu.
Gulma yang merupakan
pesaing tanaman dalam pemanfaatan unsur hara, air, dan ruang, ditaksir ada
sekitar 120 jenis. Sebagian gulma juga menjadi tempat hidup dan tempat bernaung
hama dan penyakit tanaman, serta menyumbat saluran air. Jenis gulma yang
ditemukan di lahan pasang surut sangat dipengaruhi oleh tipe luapan. Pada lahan
yang terus menerus tergenang, gulma yang paling banyak dijumpai adalah gulma
air (eceng, semanggi, jajagoan, jujuluk), sedangkan pada lahan yang tidak
tergenang, sebagian besar adalah gulma darat (alang-alang, gerintingan,
babadotan, dll.). Pada lahan yang tergenang saat pasang besar saja, ditemukan
baik gulma air maupun gulma darat. Secara umum, gulma dikelompokkan berdasarkan
tipe daunnya, yakni (i) golongan berdaun pita, (ii) golongan teki, dan (iii)
golongan berdaun lebar.
Secara umum kerugian yang ditimbulkan gulma dapat dibagi
menjadi dua, yaitu kerugian yang langsung dan tidak langsung. Kerugian langsung
terjadi akibat kompetisi yang dapat mengurangi panen. Termasuk didalamnya
adalah penurunan hasil panen, baik secara keseluruhan atau yang panennya saja
dan penurunan kualitas hasil panenan sebagai akibat pencemaran oleh biji- biji
gulma. Sedangkan kerugian yang tidak langsung terjadi akibat kompetisi yang
dapat menimbulkan kerugian tetapi tidak secara langsung dari hasil panen,
seperti gulma dapat menjadi inang bagi hama dan penyakit tanaman.
Pangan
merupakan kebutuhan manusia yang paling mendasar, sehingga ketersediaan pangan
khususnya beras bagi masyarakat harus selalu terjamin. Dengan terpenuhinya
kebutuhan pangan masyarakat, maka masyarakat akan memperoleh hidup yang tenang
dan akan lebih mampu berperan dalam pembangunaan.
Permasalahan
pangan sepertinya tak pernah lepas dari kehidupan bangsa Indonesia, terutama
petani yang merupakan masyarakat mayoritas Indonesia. Diantara berbagai masalah
pangan yang sedang diderita Indonesia, ketergantungan terhadap bahan pangan
tertentu misalnya beras dan gandum merupakan hal yang paling memprihatinkan
karena menyebabkan ketahanan pangan nasional menjadi rapuh.
Salah
satu faktor yang menyebabkan rendahnya hasil beras baik kualitas dan kuantitas
adalah gangguan gulma. Gulma sebagai organisme pengganggu tanaman (OPT)
termasuk kendala penting yang harus diatasi dalam peningkatan produksi padi di
Indonesia. Penurunan hasil padi akibat gulma berkisar antara 6-87 %. Data yang
lebih rinci penurunan hasil padi secara nasional akibat gangguan gulma 15-42 %
untuk padi sawah dan padi gogo 47-87 % (Pitoyo, 2006).
Program
pengendalian gulma yang tepat untuk memperoleh hasil yang memuaskan perlu
dipikirkan terlebih dahulu. Pengetahuan tentang biologis dari gulma (daur
hidup), faktor yang mempengaruhi pertumbuhan gulma, pengetahuan mengenai cara
gulma berkembang biak, menyebar dan bereaksi dengan perubahan lingkungan dan
cara gulma tumbuh pada keadaan yang berbeda- beda sangat penting untuk
diketahui dalam menentukan arah program pengendalian. Keberhasilan dalam
pengendalian gulma harus didasari dengan pengetahuan yang cukup dan benar dari
sifat biologi gulma tersebut, misalnya a) dengan melakukan identifikasi, b)
mencari dalam pustaka tentang referensi gulma tersebut c) serta bertanya pada
para pakar atau ahli gulma. Ketiga cara ini merupakan langkah pertama untuk
menjajaki kemungkinan cara pengendalian yang tepat (Sukma dan Yakup, 2002).
B.
Tujuan
Tujuan
dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Padi merupakan tanaman semusim (perennial) yang berumpun
kuat dengan tinggi batang yang beragam (0,5--2 m). Helai daun berbentuk garis, kebanyakan
bertepi kasar dan panjangnya 15--80 cm, serta memiliki malai dengan panjang
15--40 cm yang tumbuh ke atas dan ujungnya menggantung. Malai berupa bulir yang
beraneka ragam, kadang tidak berjarum, berjarum pendek atau panjang, licin atau
kasar berwarna hijau atau cokelat, gundul atau berambut, dengan ukuran 7--10
cm. Bulir yang masak akan menghasilkan buah yang kaya akan pati. Tanaman padi
umumnya tumbuh di tempat basah atau rawa, dan ada juga yang tumbuh di darat seperti
padi gogo (M. Syam, Sundaru,1976).
Budidaya tanaman padi di dunia hanya
terjadi pada dua jenis saja yaitu O. sativa dan O. glaberrima. Tanaman padi O.
sativa lebih dibudidayakan secara luas di seluruh dunia daripada O. glaberrima
yang hanya dibudidayakan di Afrika. Budidaya tanaman padi jenis O. sativa menghasilkan
tiga ras padi yang berbeda yaitu Javanica, Indica, dan Japonica. Ras Indica
umumnya terdapat di negara-negara tropis seperti India, Vietnam, Kamboja, dan
Indonesia. Ras Javanica banyak dibudidayakan di pulau Jawa, sedangkan ras
Japonica lebih banyak
ditemukan
di negara Jepang (Soerjani 1987: 448).
Salah
satu faktor yang menyebabkan rendahnya hasil beras baik kualitas dan kuantitas
adalah gangguan gulma. Gulma sebagai organisme pengganggu tanaman (OPT) termasuk
kendala penting yang harus diatasi dalam peningkatan produksi padi di
Indonesia. Penurunan hasil padi akibat gulma berkisar antara 6-87 %. Data yang
lebih rinci penurunan hasil padi secara nasional akibat gangguan gulma 15-42 %
untuk padi sawah dan padi gogo 47-87 % (Pitoyo, 2006).
Program
pengendalian gulma yang tepat untuk memperoleh hasil yang memuaskan perlu
dipikirkan terlebih dahulu. Pengetahuan tentang biologis dari gulma (daur
hidup), faktor yang mempengaruhi pertumbuhan gulma, pengetahuan mengenai cara
gulma berkembang biak, menyebar dan bereaksi dengan perubahan lingkungan dan
cara gulma tumbuh pada keadaan yang berbeda- beda sangat penting untuk
diketahui dalam menentukan arah program pengendalian. Keberhasilan dalam
pengendalian gulma harus didasari dengan pengetahuan yang cukup dan benar dari
sifat biologi gulma tersebut, misalnya a) dengan melakukan identifikasi, b)
mencari dalam pustaka tentang referensi gulma tersebut c) serta bertanya pada
para pakar atau ahli gulma. Ketiga cara ini merupakan langkah pertama untuk
menjajaki kemungkinan cara pengendalian yang tepat (Sukma dan Yakup, 2002).
Untuk lebih menekan pertumbuhan gulma dengan hasil yang
lebih baik, perlu adanya kombinasi berbagai cara pengendalian yang dikenal
dengan pengendalian terpadu yang dapat dilakukan mulai dari pengolahan tanah,
cara bercocok tanam, cara pemupukan, dan pengairan yang baik serta dilanjutkan
dengan pengendalian secara langsung misalnya pengendalian mekanis, fisis, biologi
baru yang terakhir dengan penggunaan zat kimia (Bangun dan Syam, 1989).
III.
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Pengamatan
Praktikum dilakukan dengan melakukan survey atau kunjungan
ke petani yang berada di Desa ………..Kecamatan Natar Lampung Selatan. Kami
melakukan survey kepada 3 petani yang berada di wilayah tesebut.
a) Data Petani
Pada Survey pertama yang kami lakukan, kami lakukan terhadap
lahan milik bapak Ahmad Mashur. Bapak Mashur sendiri lahir 65 tahun silam di Natar.
Beliau merupakan penduduk pribumi asli Natar dan hanya bersekolah sampai
Sekolah Dasar. Selain Bekerja sebagai petani, bapak Mashur pun bekerja sebagai
kuli serabutan. Beliau sering ikut proyek pengerjaan bangunan, baik itu rumah
maupun toko. Luas lahan sawah sendiri yang dimiliki beliau sekitar 10 rante(1 rante=400m2).
b) Data komoditas dan teknik budidaya
Jenis padi yang digunakan adalah padi varietas IR 64. Padi
itu sendiri diusahakan ditanam dengan jarak 23 cm X 23 cm. kultur teknik yang digunakan yaitu mono kultur. Pola tanam
tidak pernah dirotasi dengan tanaman palawija atau yang lainnya. Beliau
menjelaskan bahwa beliau enggan untuk melakukan rotasi. Dalam setahun, sawah
yang beliau miliki dapat ditanami sebanyak 3 kali. Untuk pemupukan, beliau menggunakan
pupuk urea sebanyak 2 kuintal dan pupuk kandang sebanyak 5 kuintal. Frekuensi
pemupukan yang dilakukan yaitu sebanyak 3 kali dlam semusim, pada saat awal
tanam, sebulan setelah tanam dan sebelum malai tumbuh.
c) Data Gulma
Saat kami mengamati areal pertanaman, padi di sawah beliau
sedang siap untuk di panen. Bahkan sebagian lahan miliknya telah dipanen. Kami
mengamati adanya gulma, walaupun tidak terlalu banyak pada areal persawahan
yang beliau miliki. Pada lahan sawah sendiri terdapat jenis gulma berupa Kawatan, Krokotan dan Lanangan.
Gulma Kawatan cukup mendominasi pada areal sawah ini. Sebenarnya pak Mashur
tidak mempermasalahkan gulma ini, beliau menganggap gulma ini mengganggu dari
segi estetika, yaitu tidak enak dipandang sehingga dilakukan tindakan
pengendalian. Untuk gulma yang tumbuh di galengan (pematang) sawah, beliau
hanya membabatnya saja.
d) Pengendalian gulma
Pengendalian gulma dilakukan secara mekamik dan kimiawi.
Dengan cara mekanik yaitu dengan menyabuti gulma-gulma yang tumbuh dilahan
sawah tersebut. Pengendalian dilakuakn pada saat tanaman berumur 4 MST sampai 6
MST. Pengendalian mekanik dilakukan dua kali selama satu musim tanam. Biaya
yang dikeluarkan tidak beliau hitung, karena Pak Mashur sendiri dan keluarganya
saja yang melakukan pengendalian. Jika mengerjakan dengan bantuan buruh, maka
biaya yang perlu dikeluarkan sekitar Rp 50.000,00 jika yang kerja laki-laki dan
Rp 25.000,00 jika yang menjadi tenaga upah adalah wanita. Dan dituhkan sekitar
2 hari untuk membersihkan lahan sawah tersebut dari gulma.
e) Herbisida
Pengendalian kimiawi dilakukan
dengan cara menyemprotkan herbisida. Adapun herbisida yang digunakan oleh bapak
Mashur adalah herbisida jenis Round up.
Beliau menggunakan 2 liter untuk 10 Rante.
Dengan pemakaian 200 cc.tanaman berumur kira-kira 2 MST. Pak Mashur senang
menggunakan herbisida ini karena menurut beliau, pestisida ini memiliki
keuntungan yaitu gulma mati semua dan tidak memberikan efek negatif pada
tanaman.. Beliau pernah mencoba menggunakan Round
Up ini untuk mengendalikan gulma di galengan, tetapi hasilnya galengan
rusak. Hal ini terjadi karena tidak ada lagi yang mengikat agregat tanah.
Sehingga beliau hanya membabatnya saja.
f) Data Usahatani
Setelah cukup bertanya- Tanya
mengenai usaha budidaya tanaman padi beliau, kami pun menanyakan mengenai
biaya. Biaya produksi yang diperlukan Bapak Mashur dalam satu kali musim panen
yaitu berkisar sekitar Rp 1.200.000,00. Biaya ini didapat dari pembelian pupuk
urea sebanyak 2 kuintal seharga Rp 460.000,00, pembelian herbisida, dan tenaga
kerja. Sawah tersebut dapat neghasilkan gabah sekitar 43 karung atau sekitar 2
ton lebih gabah kering. Gabah-gabah tersebut biasanya beliau jual ke PPL dengan
harga Rp 430.000,00 per kuintal.
Survei petani ke dua.
a) Data Petani
Pada Survey selanjutnya yang kami lakukan, kami lakukan
terhadap lahan milik bapak Tihur. Bapak Tihur berumur 35 tahun dan lahir di
Natar. Beliau merupakan penduduk pribumi asli Natar dan hanya bersekolah sampai
SMP. Luas lahan sawah yang dimiliki beliau sekitar 5 rante(1 ha=25 rante).
b) Data komoditas dan teknik budidaya
Jenis padi yang digunakan adalah padi varietas IR 64. Padi tersebut
ditanam dengan jarak 23 cm X 23 cm, sama seperti lahan bapak Mashur. kultur teknik
yang digunakan yaitu mono kultur. Tetapi bapak Tihur menanam palawija
pada lahan miliknya yang lain sekitar 1 rante
(20X20m). Dalam setahun, sawah yang beliau miliki dapat ditanami sebanyak 3
kali. Untuk pemupukan, beliau menggunakan pupuk NPK sebanyak 0,5 kuintal dan
Urea sebanyak 1 kuintal. Frekuensi
pemupukan yang dilakukan sama dengan lahan milik petani sebelumnya yaitu
sebanyak 3 kali dalam semusim, pada saat awal tanam, sebulan setelah tanam dan
sebelum malai tumbuh.
c) Data Gulma
Dikarenakan lahan bapak Tihur satu areal wilayah dengan
bapak Mashur, maka data gulma yang didapat pun tidak berbeda jauh. Pada lahan
sawah sendiri terdapat jenis gulma berupa Kawatan,
Krokotan dan Lanangan. Gulma krokotan
cukup mendominasi pada areal sawah ini.
d) Pengendalian gulma
Pengendalian gulma dilakukan juga secara mekamik dan
kimiawi. Bapak Tihur mengendalikan dengan mencabuti gulma yang ada. Pengendalian
mekanik dilakukan dua kali selama satu musim tanam.Pengendalian dilakukan pada
saat tanaman berumur 2 MST sampai 4 MST. Kadang- kadang Bapak Tihur dan
keluarga yang melakukan pengendalian, tetapi jika tidak sempat dikarenakan ada
kesibukan lain, maka beliau membayar orang untuk melakuakn penyiangan. Biaya
yang dikeluarkan sekitar Rp 40.000,00 untuk laki-laki dan Rp 30.000,00 untuk
perempuan. Dan diperlukan sekitar 2 hari sampai dengan 2 setengah hari untuk
membersihkan lahan sawah tersebut dari gulma.
e) Herbisida
Pengendalian kimiawi dilakukan dengan cara menyemprotkan
herbisida. Adapun herbisida yang digunakan oleh bapak Tihur adalah herbisida
jenis Ali. Beliau menggunakan 3 bungkus Ali untuk luas lahannya. Ali ini
disemprotkan pada saat tanaman berumur kira-kira 2 MST. Pak Tihur senang
menggunakan herbisida ini karena menurut beliau, pestisida ini memiliki keuntungaan
gulma tidak akan tumbuh lagi. Selama ini,Bapak Tihur belum pernah merasa kecewa
menggunakan herbisida ini. Beliau hanya membabat saja pada gulma yang terdapat
digalengan.
f)
Data
Usahatani
. Biaya produksi yang diperlukan
Bapak Tihur dalam satu kali musim panen yaitu berkisar sekitar Rp 700.000,00.
Biaya ini didapat dari pembelian pupuk sebanyak 1,5 kuintal seharga Rp 390.000,00,
pembelian herbisida, dan tenaga kerja. Sawah tersebut dapat menghasilkan gabah
sekitar 9 kuintal lebih gabah kering. Hal ini disebabkan kemarau yang terjadi.
Pada saat pengairan normal, lahan beliau dapat menghasilkan sekitar 1,3-1,5
ton. Gabah-gabah yang diperoleh tersebut biasanya beliau jual ke pengepul
dengan harga Rp 430.000,00 per kuintal dan sebagian digunakan untuk makan.
Harga gabah pada saat normal berkisar sekitar Rp 350.000,00 per kuintal.
Survei
Petani ke tiga
a)
Data Petani
Survei
terakhir yang kami lakukan yaitu pada
lahan milik bapak Anshori. Bapak Anshori sendiri lahir di natar 43 tahun yang
lalu. Beliau merupakan penduduk pribumi asli Natar dan hanya bersekolah sampai Sekolah
Dasar. Luas sawah yang dimiliki beliau sekitar 8 rante(1 rante=400m2).
b)
Data komoditas
dan teknik budidaya
sama
seperti lahan bapak Mashut dan Tihur, Jenis padi yang digunakan adalah padi varietas
IR 64 dengan jarak 23 cm X 23 cm. Dalam
setahun, sawah yang beliau miliki dapat ditanami sebanyak 3 kali.Kultur
teknik yang digunakan yaitu mono kultur.
Untuk pemupukan, beliau menggunakan pupuk NPK sebanyak 1,5 kuintal. Frekuensi pemupukan yang dilakukan sama
dengan lahan milik bapak Mashut dan Tihur sebelumnya yaitu sebanyak 3 kali
dalam semusim.
c)
Data Gulma
Pada
lahan sawah terdapat beberapa jenis gulma berupa jajagoan, Krokotan dan Kawatan.
Gulma jajagoan cukup mendominasi pada areal sawah ini. Pengendalian gulma yang
terdapat pada galengan yaitu dengan cara dibabat menggunakan arit atau koret.
d)
Pengendalian
gulma
Pengendalian
gulma dilakukan juga secara mekamik dan kimiawi. Bapak Anshori mengendalikan gulma
secara mekanik dengan cara mencabuti gulma yang ada. Pengendalian mekanik
dilakukan dua kali selama satu musim tanam.Pengendalian dilakukan pada saat
tanaman berumur 3 MST sampai 4 MST. Biasanya dibutuhkan biaya sekitar Rp 130.000,00
untuk membayar tenaga kerja.
e) Herbisida
Pengendalian
kimiawi dilakukan dengan cara menyemprotkan herbisida. Adapun herbisida yang
digunakan oleh bapak Anshori adalah herbisida jenis Round up. Beliau
menggunakan 1 liter untuk 8 rante.penyemprotan
dilakukan saat tanaman berumur kira-kira 2 MST.
Pak
Anshori menggunakan herbisida ini karena menurut beliau, pestisida ini memiliki
keuntungan gulma mati dan tidak memberikan efek negatif pada tanaman
f)
Data Usahatani
Biaya produksi yang diperlukan Bapak Anshori
dalam satu kali musim panen yaitu berkisar sekitar Rp 1.000.000,00. Biaya ini
didapat dari pembelian pupuk sebanyak 1,5 kuintal seharga Rp 400.000,00, tenaga
kerja dan pembelian herbisida. Sawah tersebut dapat menghasilkan gabah sekitar
1,5 ton. Gabah-gabah yang diperoleh tersebut biasanya beliau pergunakan untuk
memenuhi kebutuhan pangannya dan sebagian beliau jual ke pengepul dengan harga sekitar Rp
380.000,00 sampai dengan Rp 400.000,00 per kuintal. Harga gabah pada saat
B.
Pembahasan
Setelah kami melakukan survei gulma
ditingkat petani, kami melihat bahwa pandangan petani terhadat gulma berbeda
antara petani yang satu dengan yang lain. Dari sampel petani yang berada dalam
satu area pun sudah berbeda, kemungkinan besar begitu pula dengan petani yang
berada di wiliayah yang lain. Ada petani yang perlu mengendalikan gulma karena
mengganggu keindahan, ada yang merasa memang itu perlu dikendalikan karena
dapat merugikan seperti yang dilakukan oleh Bapak Anshori dll. Dalam hal
pengendalian gulma pun setiap petani memiliki pandangan yang berbeda. Walaupun
pada dasarnya mereka melakukan pengendalian gulma yang sama yaitu dengan cara
mekanik dan kimia. Tetapi dalam hal waktu aplikasi dan jenis herbisida yang
digunakan mereka berbeda pendapat. Secara teori, gulma perlu dikendalikan saat
keberadaan gulma tersebut sudah mencapai ambang ekonomi,agar tidak terjadi
kerugian secara ekonomis. Penegndalian gulma pada lahan persawahan pun tidak
cukup hanya dengan mekanik dan kimiawi saja, tetapi akan lebih efektif jika
menggunakan cara pengendalian yang lain, seperti diterapkan beberapa cara
pengendalian secara bersamaan baik itu Pengelolaan air,penyiangan, pengendalian
gulma secara terpadu, pengendalian gulma secara biologis, budidaya pertanaman
maupun pergiliran tanaman.
IV.
KESIMPUAN
Kesimpulan dari survei yang telah
dilakukan ini adalah sebagai berikut:
1.
Petani di Desa
……….rata-rata bermatapencaharian sebagai petani gurem
2.
Petani memiliki
pandangan yang berbeda dalam memandang pentingnya gulma.
3.
Cara
pengendalian gulma diareal sawah petani Desa…………Natar yaitu dengan mekanik(penyiangan)
dan Kimia(penggunaan Herbisida).
4.
Jenis dan waktu
aplikasi pengendalian gulma antar petani satu dengan yang lainnya berbeda-beda.
5.
Rekomendasi yang
diberikan yaitu berupa cara pengendalian yang lain seperti pergiliran tanaman,
penggenangan, pengendalian biologis dll.
DAFTAR PUSTAKA
Bangun, P dan M. Syam. 1989. Pengendalian
Gulma Pada Tanaman Padi. Badan Penelitian Tanaman Pangan. Bogor.
Pitoyo, J. 2006. Mesin Penyiang Gulma Padi Sawah Bermotor.
Sinar Tani.Edisi 5-11 Juli 2006. http://www.pustaka-deptan.go.id. Akses tanggal
9 juli 2007
Soejani, M., A. J. G. H. Kostermans, G. Tjitrosoepomo. 1987.
Weeds of Rice In Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.
Sukma, Y dan Yakup. 2002. gulma dan Teknik Pengendaliannya.
Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Sundaru, M. Syam, M. Bakar, J. 1976. Beberapa Jenis Gulma
Padi Sawah. Lembaga Pusat Penelitian Pertanian Bogor, Buletin Tehnik No. 1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar