I.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penetapan
posfor tanah bagi tanaman khususnya untuk pertumbuhan telah banyak dilakukan. Namun meski demikian belum ada metode
penetapan P tersedia yang dapat dianjurkan secara pasti, karena terdapat
beberapa faktor yang ikut menentukan hasilnya.
Faktor-faktor
tersebut diantaranya adalah sifat tanah, fasilitas, dan tenaga.
Pengujian tanah mempunyai dua tahap yaitu persiapan dario
larutan ekstraksi P dan pengujian kandungan P dalam larutan. Beberapa metode kalorimetri tersedia untuk menguji P
tersedia dalam larutan. Penilaian ini
tergantung pada besarnya konsentrasi P dalam larutan, kandungan, dan asam
khususnya digunakan dalam pengujian analitik.
Ekstrak asam flourida yang berisi campuran asam
klorida dan asam flourida yang bertujuan untuk memudahkan pemindahan asam
terlarut P tanah yang mengandung Ca-P, Al-P, dan Fe-P dengan pembentukan
komlpeks ion dalam larutan asam lebih sensitif.
Metode ini berdasarkan prinsip bahwa larutan asam yang berisi larutan
ion orthoposfat, molibdat dan campuran ion ini memperkecil kompleks
molydodiphospat untuk membentuk warna biru.
Tujuan
Praktikum
- Menentukan kandungan pospos tersedia dalam tanah
- Menguji kandungan posfor dalam tanah
- Mencari ekstrak tanah
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Ketersediaan P dalam tanah merupakan P tang ada di dalam
larutan tanah sehingga ia dapat langsung diserap oleh tanah. Fosfor merupakan salah satu unsur hara bagi
tanaman, karena dibutuhkan dalam jumlah yang banyak dan bersifat essensial, sangat
penting, dan tidak dapat digantikan.
Fosfor menjadi masalah karena ketersediaannya yang rendah.
Ketersediaan
P dipengaruhi oleh:
1.
Tingkat keasaman (pH)
Tanah di Indonesia umumnya bersifat masam, dimana
kelarutan unsur Fe, Al yang tinggi dan mengikat P menjadi senyawa Al-P dan Fe-P
yang bentuknya tidak tersedia.
2.
Bahan organik tanah
Apabila jumlah bahan organik dalam tanah rendah, maka
ketersediaan P juga menjadi rendah, karena bahan organik merupakan salah satu
penyumbang P. selain itu bahan organik
juga menghasilkan senyawa organik yang dapat meningkatkan ketersediaan P dengan
membentuk senyawa kelat.
3.
Bahan induk
Bahan induk
merupakan sumber P yang alami, karena bahan induk merupakan pembentuk tanah.
Penetapan P tersedia bagi tanaman telah banyak dilakukan. Tetapi belum ada penetapan yang dianjurkan
karena untuk penetapan tersedia sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara
lain sifat tanah, fasilitas yang dimiliki, dan tenaga.
Penetapan P tanah mempuntai dua tahapan, yaitu persiapan
larutan ekstraksi P dan pengujian kandungan P dalam larutan. Pemilihan metode ini tergantung pada
konsentrasi P dalam larutan, kandungan, dan konsentrasi pencampuran zat-zat
dalam larutan, dan khususnya asam digunakan dalam pengujian analitik.
Ekstrak asam fluorida yang berisi campuran asam klorida
dan asam fluorida yang bertujuan untuk memudahkan pemindahan asam terlarut P
tanah yang mengandung Ca-P, Al-P, dan Fe-P dengan pembentukan kompleks ion di
dalam larutan asam. Penggunaaan metode
blue Mo, biasanya digunakan untuk analisis fosfor karena lebih sensitif. Metode ini didasarkan atas prinsip bahwa
larutan asam yang berisi ion orthofosfat, molibdat, dan campuran ion-ion
memperkecil kompleks molobdat fosfat untuk membentuk warna biru Mo.
Bentuk dominan dari fosfor tersedia bagi tanaman adalah H2PO4-. Tanaman mengadsorpsi sekitar 500 gr air per
gram tumbuhan. Ketergantungan tanaman
pada difusi fosfor pada permukaan partikel tanah ke dalam dan melaluilapisan
tipis air ke akar tanaman, menyediakan kebutuhan fosfor bagi tanaman. Semakin besra konsentrasi fosfor dalam air
tanah, maka semakin mudah bagi tanaman untuk memenuhi kebutuhan fosfor dan
pengaruhnya semakin besar ketersediaan fosfor dalam yanah. Adanya air penting untuk mengabsorbs fosfor
dalam tanah.
Ketersediaan fosfor yang terbaik
adalah dalam kisaran dari 6 sampai 7.
bentuk dimana fosfor terjadi dalam tanah berubah menurut waktu. Beberapa mineral fosfor diubah menjadi mineral
fosfor organik. Konsentrasi fosfor yang
sangat rendah dalam larutan tanah pada setiap waktu tertentu berarti bahwa
pencucian memindahkan sedikit fosfor dari tanah. Kecenderungan ion fosfor dalam larutan tanah
mengakibatkan sukar bagi tanaman untuk memenuhi kebutuhannya akan fosfor. Pada sisi lain, keadaan ini menurunkan
pencucian fosfor dari tanah, yang dapat menghasilkan eutrofikasi di danau. Perpindahan fosfor dari tanah ke dalam air
lokal cenderung untuk dikaitkan terutama dengan perpindahan fosfor yang pada
partikel-partikel fosfor dalam larutan di bawah lapisan kedap air.
Cara
untuk mengatasi ketersediaan P antara lain adalah:
1.
Pemupukan P, misalnya SP36,
TSP, yang berfungsi untuk meningkatkan ketersediaan P.
2.
Pengapuran, untuk memperbaiki pH
sampai mendekati netral.
3.
Pemberian bahan organik
4.
Pemberian batuan
fosfat (rock fosfat)
III.
PROSEDUR
PERCOBAAN
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan:
- Spektrophotometer
- Shaker
- Timbangan
- Erlenmeyer
- Pipet 10 ml dan 20 ml
- Botol film
- Test tube 50 ml
- Cuvet
- Kertas saring
- Tabung reaksi
- Beaker 100 ml
Bahan yang digunakan:
- NH4F 1 N
- Aquades
- HCl 0,5 N
- Air destilata
- NH4Mo
- Antimoni potassium tartrat
- Asam molibdat
- Asam sulfur pekat
- Asam ascorbat
- Larutan KH2PO4 (BKO)
- Contoh tanah (Ultisol dan Oxisol)
Cara Kerja
Reagen dan larutan
1.
NH4F 1 N.
larutkan 37 gr NH4F
1 N dalam 1 liter aquades, simpan dalam botol plastik.
2.
HCl 0,5 N.
40,4 ml HCl dalam 1 liter air.
3.
Larutan ekstraksi tanah.
0,03 NH4F 1 N dan 0,025 N HCl (ditambahkan 30
ml NH4F 1 N dan 50 ml HCl 0,5 N kedalam 500 ml air destilata dan
larutkan hingga 1 liter, simpan dalam botol plastik.
4.
Reagen NH4Mo.
Larutkan 62,5 gr NH4Mo dalam 200 ml, dinginkan
perlahan-lahan dan larutkan 1,45 gr antimoni potassium tartrat dalam larutan
asam molibdat, perlahan-lahan tambahkan 700 ml asam sulfur pekat dan dinginkan
perlahan-lahan, simpan dalam botol dalam regerator.
5.
Ascorbic acid stock solution.
Larutkan 105,6 gr kristal asam ascorbat kedalam 500 ml
aquades dan larutkan menjadi 1 liter. Simpan dalam botol dalam refrigerator.
6.
Working solution.
Asam molindat ditambahkan kedalam aquades dan tambahkan
asam ascorbic larut, larutkan ke volume akhir.
7.
Larutan standar 100 ppm P.
Timbang 0,4395 gr KH2PO4 (BKO) dan
pindahkan dalam botol volumetrik 1 liter.
Larutkan hingga 1 liter dengan aquades.
8.
Larutan standar 25 ppm P.
Larutkan 25 ml
dari 100 ppm P standar P solution menjadi 100 ml dengan aquades.
A. Ekstraksi Tanah
1.
Tempatkan 2 gr
tanah kering udara dalam erlenmeyer/botol film
2.
Tambahkan 20 ml larutan ekstraksi
tanah/Bray
3.
Letakkan erlenmeyer/botol film dalam
shaker selama 10 menit.
4.
Ambil dari shaker dan saring,
kumpulkan filtratnya dalam erlenmeyer 100 ml.
B.
Perubahan Warna
1.
Pindahkan 5 ml filtrat ke dalam
tabung reaksi/test tube.
2.
Tambahkan 10 ml working solution.
3.
Setelah 20 menit pindahkan isi test
tube/tabung reaksi ke dalam cuvet.
4.
Setelah 30 menit dan sebelum 1 jam
baca % T pada spektrophotometer dengan panjang gelombang ±
800 nm. Gunakan blangko untuk
menstandarkan 100% T.
5.
P standar mengikuti konsentrasi di
bawah ini (menurut yang telah ditentukan).
Setelah volume akhir, ditambahkan 25 ppm P dan 10 ml working solution ke
volume larutan ekstraksi.
IV.
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Pengamatan
No.
|
Deret
baku (ppm)
|
Transmitance
(%)
|
Absorbance
(%)
|
1
|
0,0
|
100
|
0
|
2
|
0,5
|
85
|
0,07
|
3
|
1,0
|
70
|
0,155
|
4
|
1,5
|
55
|
0,26
|
5
|
2,0
|
45
|
0,347
|
6
|
2,5
|
42
|
0,377
|
No.
|
Jenis
tanah
|
Transmitance
(%)
|
Absorbance
(%)
|
P
tersedia (ppm)
|
1
|
Oxisol
|
86
|
0,066
|
12,3
|
2
|
Ultisol
|
33
|
0,48
|
89,4
|
Pembahasan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, digunakan dua
jenis tanah yang berbeda, yaitu ultisol dan oxisol. Dimana akan dicari manakan kandungan P yang
lebih banyak dari kedua jenis tanah tersebut.
Adapun fungsi dari penambahan larutan Bray pada tanah,
adalah berfungsi untuk melepaskan fosfor yang terjerap oleh koloid tanah, dan
kemudian dikocok selama 10—15 menit, untuk memisahkan padatan dan
filtratnya. Penambahan dari working
solution ke dalam filtrat tanah adalah untuk mengidentifikasi fosfor yang ada
dalamlarutan, yang nantinya akan memberikan warna biru, apabila dalam filtrat
tanah tersebut terdapat fosfor (P).
Larutan standar P dengan deret baku yang digunakan adalah
0 ppm; 0,5 ppm; 1,0 ppm; 1,5 ppm; 2,0 ppm; dan 2,5 ppm. Dimana semakin
tinggi konsentrasi fosfor dalam larutan maka akan berwarna semakin biru. Hal ini dikarenakan adanya reaksi dari ion
orthofosfat dalam larutan working solution.
Perubahan warna menjadi biru tersebut mengindikasikan adanya P di dalam
larutan.
Berdasarkan kedua sampel tersebut
(ultisol dan oxisol), yang mempunyai kada fosfor (P) paling besar adalah pada
tanah ultisol, yaitu sebesar 89,4 ppm, dibandingkan dengan tanah oxisol yang
hanya 12,3 ppm. Hal ini dikarenakan
tanah ultisol yang lebih bersifat masam dengan pH < 7, sedangkan tanah oxisol
ber-pH > 7. ketersediaan fosfor yang
terbaik adalah dalam kisaran dari 6 sampai 7.
oleh karena itu, kandungan fosfor pada tanah ultisol lebih banyak bila
dibandingkan dengan tanah oxisol.
Secara garis besar, fosfor tanah dibedakan
menjadi fosfor organik dan anorganik.
Fosfor masuk ke dalam tanah melalui proses adsorpsi oleh tanaman dan
jasad renik. Ketersediaan fosfor
anorganik juga ditentukan oleh faktor dari pH tanah, ion Fe, Al, dan Mn larut,
atau adanya mineral yang mengandung Fe, Al, dan Mn. Ketersediaan unsur P dalam tanah sangat
dipengaruhi oleh tingkat kemasaman tanah, yaitu apabila kemasaman tanah tinggi
maka misel tanah larut lebih banyak sehingga cenderung untuk mengikat fosfat. Dan diketahui bahwa ketersediaan fosfat
sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu pH tanah, ion Fe, Al, Mn larut,
ketersediaan Ca, jumlah dan tingkat dekomposisi bahan organik, kegiatan jasad
renik, dan faktor tersebut kesemuanya sangat bergantung pada kemasaman tanah.
Ion dalamlarutan tanah merupakan satu
funfsi dari pH. Selama pH menuju di
bawah 5,5 besi dan aluminium terlarut dipertimbangkan meningkat. Hal ini menyebabkan fiksasi fosfor seperti
besi dan aluminium fosfat. Bila fosfat
bereaksi dengan ion besi dan aluminium dalamlarutan tanah, koloida besi, dan
aluminium fosfat akan cepat dibentuk.
Perubahan koloida fosfat menjadi fosfat kristal dikaitkan
baik dengan reduksi yang nyata dalam ketersediaannya atau pengambilan fosfor
oleh tanaman atau dengan pengaruh fosfor pada pertumbuhan tanaman. Ketersediaan fosfor yang baik adalah dalam
kisaran dari 6 sampai 7. kalium fosfat
mulai mengendap pada pH sekitar 6,0 dan diatas pH 7,0 cenderung membentuk apatit,
lagipula mengurangi kelarutan fosfor atau ketersediaannya. Bahwa bagian dari fosfor yang direduksi dalam
tanah alkali disebabkan oleh kehadiran ion-ion hidroksil dan pembentukan HPO4=.
Manfaat P bagi tanaman adalah sebagai
pemacu pertumbuhan akar dan pembentukan sistem perakaran yang baik sehingga
tanaman dapat mengambil unsur hara lebih banyak dan pertumbuhan tanaman menjadi
sehat serta kuat. Selain itu juga dapat
menggiatkan pertumbuhan jaringan tanaman yang membentuk titik tumbuh tanaman
dan menambah daya tanah tanaman terhadap serangan hama dan penyakit.
V.
KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan maka dapat ditarik
kesimpulan:
1.
Dari kedua
sampel tanah yang digunakan (ultisol dan oxisol), yang mempunyai kadar fosfor
paling besar adalah tanah ultisol sebesar 89,4 ppm, dibandingkan dengan tanah oxisol
yang hanya 12,3 ppm.
2.
Fosfor tanah
dapat dibedakan menjadi fosfor organik dan anorganik, dimana ketersediaan
fosfor yang baik adalah pada pH 6—7.
3.
Tanaman menyerap
P dalam bentuk ortofosfat.
4.
Ketersediaan P
sangat ditentukan oleh pH tanah, ion Fe, Al, Mn.
5.
Manfaat P bagi
tanaman adalah sebagai pemacu pertumbuhan akar dan pembentukan sistem perakaran
yang baik.
Lampiran
Pengamatan P
standar
0,0 = log 100 =
2
2-log 100 = 2-2
=
0
0,5 = log 85 =
1,93
2-log 100 = 2-1,930
=
0,07
1,0 = log 70 =
1,845
2-log 100 = 2-1,845
=
0,155
1,5 = log 55 =
1,740
2-log 100 = 2-1,740
=
0,26
2,0 = log 45 =
1,653
2-log 100 = 2-1,653
=
0,347
2,5 = log 42 =
1,623
2-log 100 = 2-1,623
=
0,377
Penetapan P
sample
A = 0
B = 0,1612
Oxisol =
Log 86 = 1,934
2 – log 86 = 2 –
1,934
= 0,066
Y = a + b x
0,066 = 0 + 0,1612 x
X = 0, 41
P Tersedia = x . FK
= 0,41 . 30
= 12,3
Ultisol
Log 33 = 1,52
2 – log 33 = 2 –
1,52
= 0,48
Y = a + b x
0,48 = 0 + 0,1612 x
X = 2,98
P Tersedia = x . FK
= 2,98 . 30
= 89,4
DAFTAR PUSTAKA
Indranada K. Henry. 1994. Pengelolaan
Kesuburan Tanah. Bumi Aksara. Jakarta.
Kuswandi. 1993. Pengapuran
Tanah Pertanian. Penerbit
Kanisius. Yogyakarta.
Poerwowidodo. 1991. Genesa
tanah, Proses Genesa, dan Morfologi.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Tan H. Kim. 1998. Dasar-dasar
Kimia Tanah. Universitas Gadjah
mada. Yogyakarta.
Tim Penyusun Dasar-dasar Ilmu Tanah. 2006. Panduan Praktikum Dasar-dasar IlmuTanah. Universitas
lampung. Bandar Lampung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar