I.
PENDAHULUAN
Bagian yang paling
aktif didalam tanah adalah
partikel-partikel tanah berukuran koloid. Koloid organik dan anorganik tanah
ini bermuatan negative dan dapat menjerap kation, yang dalam keadaan tertentu
dapat terlepas kembali. Koloid tanah dapat menjerap kation. Jumlah kation yang
terjerap tergantung pada susunan kimia dan mineral koloid tanah.
Muatan negatif
koloid mineral berasal dari valensi-valensi yang pada patahan-patahan mineral,
ionisasi hydrogen dari gugus Al –OH dan subsitusi isomorfik. Sedangkan muatan
negative koloid organic berasal dari ionisasi gugus karboksil dan fenolik.
Kapasitas Tukar
Kation (KTK) adalah jumlah me kation
yang dapat dijerap 100 gram tanah kering mutlak
(berat kering oven 105 C ). Kapasitas
Tukar Kation adalah kemampuan
koloid tanah menjerap dan mempertukarkan kayion .
Penetapan
Kapasitas Tukar Kation (KTK) dapat
dibagi menjadi dua tahap. Pada tahap pertama , kompleks koloid tanah dijenuhi
dengan suatu kation, misalnya NH4 hingga seluruh kation yang dapat
dipertukarkan dapat dikelurkan dari kompleks jerapan tersebut (NH4)
ditukar secara kuantitatif dengan kation lainya , misalnya Na sehingga jumlah
NH4 secara kuantitatif dengan metode Amonium dalam praktikum KTK ini
ditentukan dengan metode Amonium Asetat 1N pH7 dengan cara kerja yang ringkas.
Melalui penetapan
KTK, kita juga dapat menentukan persen kejenuhan basa
(KB) adalah perbandingan jumlah me kation basa (K, Ca, Mg, Na ) dengan me kapasitas tukar
kation ( KTK) .
Tujuan Percobaan
Adapun dari tujuan
percobaan ini adalah
1. Menentukan
Basa-Basa bagi tanah oxisol dan ultisol
2. Membedakan KTK
tanah oxisol dan ultisol
3. Membedakan KTK
kedua tanah tersebut
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Sumber utama K
tanah adalah kerak bumi yang mengandung asam dan mineral K. sebagai unsur, K tidak dapat berdiri sendiri,
tatapi selalu terdapat sebagai persediaan persenyawaan di dalam batuan mineral
dan larutan garam. K bersifat mudah
bergerak. K tidak dapat masuk ke tanah
melalui sumber lain, sehingga proses peredaran K adalah lebih cenderung banyak
yang hilang. Tanaman akan mempercepat
proses kehilangan K tanah. Sebagianbesar
dari kalium tanah mineral adalah dalam bentuk kalium relatif tidak ada.
Bentuk-bentuk K dalam tanah antara lain adalah:
1.
K tersedia
2% dari K total dalam tanah.
Berasal dari pemupukan atau abu pembakaran.
2.
K lambat tersedia
Merupakan K dalam tanah yang terjerap oleh
koloid tanah.
3.
K tidak tersedia
Sekitar 90-98% dari K total dalam tanah,
dalam bentuk batuan dan mineral primer.
Kalium secara gradual menjadi tersedia karena pengaruh air yang mengandung
karbonat. Dengan adanya liat asam akan
turut membantu pengahancuran mineral K yang kemudian dapat membebaskan K dan
basa lain. Bila dalam tanah mineral tipe
2:1, maka K yang berasal dari pupuk akan difiksasi antara kisi-kisi mineral
tersebut, sehingga menjadi kurang tersedia bagi tanaman. Ciri tanaman yang kekurangan K adalah pada
ujung atau pucuk daun menjadi berwarna kekuningan, yang biasanya terdapat pada
daun tua.
Fungsi K bagi
tanaman:
- Pembentukan pati
- Pengaktifan enzim
- Perkembangan perakaran
- Membuka dan menutupnya stomata
Faktor-faktor yang
menyebabkan K tidak dapat diserap oleh tanaman: Fiksasi, terjerap dalam tanah,
erosi, pencucian, akibat pemanenan, dimana tanah bekas pemanenan tidak
dikembalikan serasah-serasahnya.
Kalium akan terjepit diantara kisi-kisi kristal yang mudah untuk mengembang
dan mengkerut. Kalium dalam bentuk
demikian tak dapat digantikan oleh cara pertukaran hara dan konsekuensinya tak
tersedia dan disebut sebagai kalium tidak dipertukarkan. Kalium yang kebanyakan yang ada dalam tanah
mineral, kalium dijumpai dalam tanah sebagai kalium dalam larutan tanah dan
kalium dapat dipertukarkan dan diadsorpsi oleh koloid tanah. Adsorpsi kalium berada dalam kesetimbangan
dinamis, dan dari larutan hara akan menyebabkan keseimbangan terganggu.
Ketersediaan K diartikan sebagai kalium yang dapat dipertukarkan dan dapat
diserap tanaman. Dengan demikian,
ketersediaan kalium dalam tanah sangat tergantung dari adanya penambahan
kalumnya dari luar. Fiksasi oleh tanahnya sendiri dan adanya
penambahan dari dirinya sendiri.
Ketersediaan kalium dalam tanah dapat bertambah oleh adanya penambahan
dari luar, yang dalam hal ini dimaksudnya penambahan dan air irigasi.
Faktor tanah yang mempengaruhi fiksasi
kalium adalah sifat koloid tanah dan adanya K yang berlebihan. Kemampuan koloid tanah dalam memfiksasi K
adalah berbesa, dan ini sangat bergantung pada jenis dan sifat dari koloid itu
sendiri. Dalam keadaan kering atau basah
tetap akan terjadi fiksasi kalium tanah atau pun mineral berbeda. Sebagian besar dari K tanah mineral adalah
dalam bentuk kalium relatif tak tersedia.
Beberapa senyawa organik lebih tahan lapuk seperti
lignin lemak dan beberapa senyawa yang mengandung N melalui proses biokimia
menghasilkan suatu kelompok senyawa yang agak stabil, koloid amorf, dan
berwarna gelap yang dikenal dengan humus.
Humus adalah senyawa kompleks yang agak resisten pelapukan, berwarna
coklat, amorfus, bersifat koloid, dan berasal dari jaringan tumbuhan, dan
jaringan tumbuhan yang telah didekomposisikan oleh jasad mikro.
Senyawa organik yang mudah lapuk antara lain gula,
pati, protein, hemiselulosa. Adapun hasil dari perubahan bahan organik meliputi energi, air, C,
N, S, P, K, Ca, Mg, Na dan lain-lain.
Kadar bahan organik dalam tanah dipengaruhi oleh kedalaman, iklim,
drainase, dan pengolahan dari bahan tersebut.
Mengingat peranannya, bahan organik tanah perlu dipertahankan melalui
suatu pengelolaan yang baik.
III.
BAHAN DAN METODE
Alat
dan Bahan
Alat yang
digunakan:
- Tabung Centrifuse 100 ml
- Erlenmeyer 250 ml
- Buret
- Perangkat Destilasi
- Neraca Ohaus
- Gelas ukur 20 ml
- Shaker
- Corong Gelas
- Labu Takar 100 ml
Bahan yang
digunakan:
- Contoh tanah (ultisol dan PMK)
- Asam Borat 15 %
- NH4Oac 0,01 N pH 7
- NH4Oac 1 N pH 7
- Indikator metil merah
- HCl 0,01 N
- Alkohol 96 %
- NaCl 10 % pH 3
- NaOH 40 %
Metode Kerja
- Masukkan 5 gr tanah kering udara kedalam tabung cintrifuse 100 ml
- Tambahkan 50 ml NH4OAc 1 N pH 7, kocok selama 30 menit lalu centrifuse selama 10—15 menit
- Saring hasil ekstrak tersebut kedalam labu takar 100 ml. Ukur kandungan basa-basa (K, Ca, Mg, dan Na) dengan menggunakan Atomic Adsorben spectrotometer (AAS) dan tentukan kejenuhan basanya
- Untuk pencucian NH4+, tambahkan dengan 50 ml NH4OAc 0,01 N pH 7 kedalam tabung centrifuse, kocok selama 30 menit, saring dan filtratnya dibuang
- Cuci kembali dengan menambahkan 30 ml alkohol 96 % kedalam tabung centrifuse selama 30 menit, centrifuse, saring dan filtrat dibuang. Pencucian NH4+ dengan alkohol dilakukan beberapa kali (sekitar 3 kali) sampai bebas NH4+. Hal ini diketahui dengan melihat ekstraknya. Apbila masih berwarna kuning berarti masih ada ion NH4+
- Setelah itu, tambahkan tanah dengan NaCl 10 % pH 3 sebanyak 90 ml, kocok selama 30 menit, centrifuse, dan saring. Pindahkan ekstrak tersebut kedalam labu didih dan tambahkan 20 ml NaOH 40 % lalu destilasi
- Destilat ditampung dalam erlenmeyer 250 ml yang berisi 25 ml asam borat 1.5 % dan 3 tetes indikator metil merah. Destilasi dihentikan jika destilat yang ditampung mencapai kira-kira 50 ml. Sebelum destilasi, destilat akan berwarna merah dan setelah destilasi, destilat akan berwarna hijau
- titrasi destilat dengan HCl 0,1 N. Titik akhir titrasidicapai bila warna berubahdari hijau menjadi merah
- lakukan destilasi tanpa tanah sebagai blanko
IV.
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pengamatan
- Penetapan Basa-basa
Kandungan
|
Larutan Standar
|
Absorbance
|
K
|
0
|
0
|
|
10
|
18
|
|
20
|
32
|
|
30
|
54
|
|
40
|
75
|
Ca
|
0
|
0
|
|
2
|
21
|
|
4
|
35
|
|
6
|
48
|
|
8
|
60
|
Mg
|
0
|
0
|
|
1
|
22
|
|
2
|
43
|
|
3
|
67
|
|
4
|
94
|
Na
|
0
|
0
|
|
2
|
18
|
|
4
|
31
|
|
6
|
48
|
Kandungan
|
Contoh Tanah
|
Absorbance
|
K
|
Ultisol
|
45
|
|
Oxisol
|
9
|
Ca
|
Ultisol
|
5
|
|
Oxisol
|
6
|
Mg
|
Ultisol
|
16
|
|
Oxisol
|
38
|
Na
|
Ultisol
|
13
|
|
Oxisol
|
4
|
Perhitungan
K = a: -1,4 ppm
K dalam tanah 24,95 x 50
B: 1,86 5
16: -1,4 + 1,86 x 249,5
X: 45 + 1,4 kandungan K 249,5
x 10
1,86 39,10
X: 24,95 =
63,81
Ca = a: -3,4 ppm
Ca dalam tanah 0,22 x 50
B: 7,35 5
16: 3,4 + 7,35 x 2,2
X: 5 - 3,4 kandungan Ca 2,2 x 10
7,35 20,04
X: 0,22 = 1,1
Mg = a: -1,4 ppm
Mg dalam tanah 0,75 x 50
B: 23,3 5
16: -1,4 + 23,3 x 7,5
X: 16 + 1,4 kandungan Mg 7,5
x 10
23,3 12,16
X: 0,75 = 6,17
Na = a: 0,7 ppm
Na dalam tanah 1,57 x 50
B: 7,85 5
16: 0,7 + 7,85 x 15,7
X: 13 – 0,7 kandungan Na 15,7
x 10
7,85 23,00
X: 1,57 = 6,83
Oxisol
K = a: -1,4 ppm
K dalam tanah 5,59 x 50
B: 1,86 5
16: -1,4 + 1,86 x 55,9
X: 9 + 1,4 kandungan K 55,9
x 10
1,86 39,10
X: 5,59 = 14,3
Ca = a: -3,4 ppm
Ca dalam tanah 0,35 x 50
B: 7,35 5
16: 3,4 + 7,35 x 3,5
X: 6 + 3,4 kandungan Ca 3,5 x 10
7,35 20,04
X: 0,35 = 1,75
Mg = a: -1,4 ppm
Mg dalam tanah 1,7 x 50
B: 23,3 5
16: -1,4 + 23,3 x 17
X: 38 + 1,4 kandungan Mg 17
x 10
23,3 12,16
X: 1,7 =
13,98
Na = a: 0,7 ppm
Na dalam tanah 0,42 x 50
B: 7,85 5
16: 0,7 + 7,85 x 4,2
X: 4 – 0,7 kandungan Na 4,2
x 10
7,85 23,00
X: 0,42 = 1,83
- Penetapan KTK
Ultisol
KTK (me/100 g) = (7
– 0,35) x 0,1 x 90
5
= 59,5 = 11,97
100
Kejenuhan Basa
(%) = 63,81 + 1,1 + + 6,17 + 6,83
x 100%
11,97
= 13017,54 %
Oxisol
KTK (me/100 g) = (5
– 0,35) x 0,1 x 90
5
= 41,85 =
0,4185
100
Kejenuhan Basa
(%) = 14,3 + 1,75 + + 13,98 + 1,83
x 100%
0,4185
= 7612,9 %
Pembahasan
Beberapa tanah memiliki persediaan unsur
hara dalam tanah seperti Kalium yang berlimpah dan tanaman ditumbuhkan pada
suatu tanah dengan tidak mengalami penumpukan Kalium. Tanah-tanah organik terkenal dalam definisi kalium sebab berisi sedikit
mineral yang mengandung kalium. Kalium
tidak bergerak tetapi juga tidak terakumulai dalam percobaan organik
tanah. Tanah-tanah dengan kalium
tersedia tinggi cenderung menjadi tanah bertekstur halus yang netral atau
alkali. Pindahnya kalium dapat
dipertukarkan dengan kalium tersedia.
Perpindahan kalium dapat ditukar kira-kira 20% dari keadaan normal. Pemupukan makin menyebabkan melimpahnya
larutan dapat ditukar mengakibatkan dalam pengambilan kalium yang berlebihan
sebelum sebagian besar pupuk kalium dihamburkan oleh tanaman atau
pencucian.
Berdasarkan percobaan yang telah
dilakukan, dapat diketahui bahwa kandungan kalium (K) pada tanah ultisol lebih
besar daripada pada tanah oxisol, yaitu sebesar 63,81 yang dibandingkan dengan
kandungan kalium oxisol yang hanya 14,3.
hal ini dapat
disebabkan oleh adanya perbedaan antara tanah ultisol dan tanah oxisol, yang
antara lain perbedaan dari segi bentuk, tekstur, warna tanah, susunan tanah,
dan lain sebagainya.
Pada tanah ultisol lebih sedikit
mengandung pasir daripada pada tanah oxisol.
Selain itu dari susunan tanah ultisol pun lebih halus dan gembur,
sehingga kation-kation lebih banyak yang terikat dibandingkan dengan tanah oxisol
yang susunan tanahnya kasar. Kandungan
bahan organik mempengaruhi ketersediaan K dalam tanah. Pada tanah oxisol, jumlah kandungan bahan
organiknya lebih sedikit bila dibandingkan dengan tanah ultisol.
Seperti yang telah disebutkan diatas,
bahwa kandungan K pada tanah ultisol lebih tinggi daripada pada tanah oxisol,
sehingga derajat keasamannya juga akan tinggi.
Sehingga dengan demikian, pH pada tanah ultisol
lebih tinggi daripada pada tanah oxisol.
Jadi, hubungan pH dengan kandungan K dalam tanah adalah dimana semakin
tinggi pH tanah, maka kandungan kalium yang ada pada tanah pun akan tinggi
pula.
Tanah di Indonesia umumnya bersifat masam, karena curah hujan yang
relatif tinggi. Dan akibatnya kandungan
K yang ada dalam tanah juga akan mengalami pencucian, sehingga ketersediaannya
di dalam tanah juga akan berkurang.
Untuk mengurangi jumlah kalium yang tercuci dapat dilakukan dengan cara
pengapuran, karena pengapuran akan menaikkan kejenuhan basa sehingga dapat
mengurangi kehilangan K akibat dari adanya pencucian.
Pada kandungan unsur lain seperti Ca tanah oxisol memiliki kandungan
jauh lebih baik dibandingkan tanah ultisol yaitu 1,75:1,1. Sama halnya dengan Ca unsur Mg pun ternyata
dilapangan tanah oxisol lebih tinggi yaitu 13,98:6,17 berbeda dengan kandungan Na, tanah ultisol
memiliki kandungan terhadap unsur ini lebih tinggi dengan perbandingan
6,83:1,83.
V.
KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan :
- Kandungan kalium pada tanah ultisol lebih besar daripada tanah oxisol, yaitu 63,81 untuk ultisol, dan 14,3 untuk tanah oxisol.
- Pada kandungan unsur lain seperti Ca tanah oxisol memiliki kandungan jauh lebih baik dibandingkan tanah ultisol yaitu 1,75:1,1.
- Unsur Mg pun ternyata dilapangan tanah oxisol lebih tinggi yaitu 13,98:6,17
- kandungan Na tanah ultisol memiliki kandungan terhadap unsur ini lebih tinggi dengan perbandingan 6,83:1,83.
- Semakin tinggi pH tanah, maka kandungan kalium yang ada pada tanah juga akan semakin tinggi.
- Untuk mengurangi jumlah kalium yang tercuci dapat dilakukan dengan cara pengapuran atau pemberian pupuk K secara seimbang.
- Ketersediaan K dalam tanah tergantung dari adanya penambahan k dari luar, fiksasi oleh tanah itu sendiri.
- K, Ca, Mg, Na merupakan beberapa unsur makro terpenting bagi pertumbuhan tanaman.
DAFTAR PUSTAKA
Indranada K. Henry. 1994. Pengelolaan
Kesuburan Tanah. Bumi Aksara. Jakarta.
Permana Dedi. 2002. Intisari Kimia SMU. Pustaka Setia. Bandung.
Tan H. Kim. 1998. Dasar-dasar
Kimia Tanah. Universitas Gadjah
mada. Yogyakarta.
Tim Penyusun Dasar-dasar
Ilmu Tanah. 2006. Panduan Praktikum Dasar-dasar IlmuTanah. Universitas
lampung. Bandar Lampung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar