PENGENALAN
SEX RATIO WALANG SANGIT
(Laporan Praktikum Hama Penting Tanaman)
Oleh
Darso Waluyo
0914013084
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2011
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Walang
sangit (Leptocorisa oratorius F,Coreidae, Hemiptera) merupakan salah satu hama
serangga penting padi di lahan rawa lebak. Hama ini bukan saja dapat menurunkan
hasil tetapi juga menurunkan kualitas gabah seperti bintik-bintik coklat pada
gabah akibatisapan cairan dari hama tersebut pada saat padi matang susu. Dari
hasil observasi,diketahui ada beberapa cara pengendali hama walang sangit yang
telah lama dilaksanakanoleh petani. Cara-cara tersebut berpotensi untuk
dikembangkan seperti penggunaan keong yang dibusukkan sebagai perangkap,
pengasapan dari bahan batu bara, tumbuhan mercon,kapur barus, penggunaan
tumbuhan ribu-ribu dan cambai. Walang sangit lebih tertarik
untuk datang pada keong-keong yang telah dibusukkan sehingga pengendalian mudah dilaksanakan karena terkonsentrasi pada areal yang sempit. Selain itu pengasapan dengan menggunakan daun tumbuhan mercon ataupun batubara ternyata dapat mengurangi populasi walang sangit. Sedangkan kapur barus, tumbuhan ribu-ribu dan cambai dapat menolak kedatangan walang sangit karena bau yang dipancarkan oleh bahan tersebut sehingga kerusakan padi yang disebabkan walang sangit dapat dihindari. Cara-cara pengendalian tersebut dapat mengurangi kerusakan gabah padi yang disebabkan walang sangit berkisar 15-20%.
untuk datang pada keong-keong yang telah dibusukkan sehingga pengendalian mudah dilaksanakan karena terkonsentrasi pada areal yang sempit. Selain itu pengasapan dengan menggunakan daun tumbuhan mercon ataupun batubara ternyata dapat mengurangi populasi walang sangit. Sedangkan kapur barus, tumbuhan ribu-ribu dan cambai dapat menolak kedatangan walang sangit karena bau yang dipancarkan oleh bahan tersebut sehingga kerusakan padi yang disebabkan walang sangit dapat dihindari. Cara-cara pengendalian tersebut dapat mengurangi kerusakan gabah padi yang disebabkan walang sangit berkisar 15-20%.
B. Tujuan
Tujuan
dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.
Mahasiswa dapat membedakan walng sangit jantan dan betina melalui bagian
posterior
2.
Mengetahui sex ratio walang sangit
jantan dan betina
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Walang sangit (Leptocorixa
acuta) tergolong ke dalam famili Alydidae, ordo Hemiptera. Jika diganggu
walang sangit akan meloncat dan terbang sambil mengeluarkan bau (Harahap &
Tjahjono, 1989).
Walang sangit
adalah salah satu hama utama padi. Hama ini biasanya tertarik pada nyala obor
atau lampu. Selain itu, walang sangit juga menyukai bangkai binatang seperti
bangkai burung, ketam, dan tikus. Keberadaannya dapat diketahui dengan adanya
bau khas yang tersebar. Walang sangit juga dapat menyerang sorgum, tebu, dan
gandum. Serangga ini aktif pada pagi dan sore hari, dan dapat
terbang sangat jauh pada malam hari (Pracaya, 2007).
Imago walang sangit berwarna coklat, bertubuh langsing,
kaki dan antenanya panjang. Walang sangit dewasa pandai terbang dan sering kali
beterbangan di sekitar areal persawahan dan kebun. Walang sangit muda berwarna
hijau dan tidak beterbangan seperti yang dewasa sehingga sukar dilihat karena
menyerupai daun padi. Telur berbentuk bulat dan pipih serta berwarna cokelat.
Telur diletakkan berbaris dan berjumlah 12 – 16 butir. Lama stadium telur
adalah 7 hari. Walang sangit mempunyai lima instar nimfa dan membutuhkan
waktu 9 hari. Walang sangit biasanya bertelur pada sore hari atau senja.
Umumnya telur diletakkan pada permukaan daun didekat malai yang segera muncul.
Tujuannya agar pada waktu telur menetas, ninfa segera dapat menghisap
malai yang masih matang susu. Walang sangit bisa bertelur sekitar 100 butir
selama hidupnya. Jarak bertelurnya kira–kira 2 atau 3 hari.Siklus hidup walang
sangit sekitar 40 – 48 hari (Pracaya, 2007).
Sebelum tanaman
padi ditanam atau pada saat padi dalam masa vegetatif, imago dapat
bertahan hidup pada gulma dan tumbuhan yang ada disekitar sawah. Imago walang
sangit baru mulai pindah setelah tanaman padi berbunga ((Harahap &
Tjahjono, 1989).
Nimfa dan imago
menghisap bulir padi pada fase matang susu. Serangga ini juga dapat menghisap
cairan batang padi. Tidak seperti kepik lain, walang sangit tidak melubangi
bulir padi pada waktu menghisap, tetapi menusuk melalui rongga di antara lemma
dan palea. Nimfa lebih aktif daripada imago, tetapi imago dapat merusak
lebih hebat karena hidupnya yang lebih lama (Harahap & Tjahjono, 1989).
Hilangnya
cairan biji menyebabkan biji padi menjadi mengecil tetapi jarang yang menjadi
hampa karena walang sangit tidak dapat mengosongkan seluruh isi biji yang
sedang tumbuh. Jika bulir yang matang susu tidak tersedia, walang sangit juga
masih dapat menyerang atau menghisap bulir padi yang mulai mengeras dengan cara
mengeluarkan enzim yang dapat mencerna karbohidrat (Harahap & Tjahjono,
1989).
Dalam prosesnya
walang sangit mengkontaminasi biji dengan mikroorganisme yang dapat
mengakibatkan biji berubah warna dan rapuh. Kerusakan dalam fase ini lebih
bersifat kualitatif. Pada proses penggilingan, bulir-bulir padi akan rapuh dan
mudah patah. Walang sangit juga bisa menjadi vektor patogen Helminthosporium
oryzae (Harahap & Tjahjono, 1989).
Walang
sangit bertelur pada permukaan daun bagian atas padi dan rumput-rumputan lainnya
secara kelompok dalam satu sampai dua baris. Telur berwarna hitam, berbentuk segi
enam dan pipih. Satu kelompok telur terdiri dari 1-21 butir, lama periode telur
rata- rata 5,2 hari (Siwi et al., 1981).
Nimfa
berukuran lebih kecil dari dewasa dan tidak bersayap. Lama periode nimfa
rata-rata 17,1 hari. Pada umumnya nimfa berwarna hijau muda dan menjadi coklat
kekuning-kuningan pada bagian abdomen dan sayap coklat saat dewasa. Walaupun demikian warna walang sangit ini lebih ditentukan oleh makanan pada periode nimfa. Bagian ventral abdomen walang sangit berwarna coklat kekuning-kuningan jika dipelihara pada padi, tetapi hijau keputihan bila dipelihara pada rumput-rumputan (Goot, 1949 dalam Suharto dan Siwi, 1991).
Serangga dewasa berbentuk ramping dan berwarna coklat, berukuran panjang
sekitar 14-17 mm dan lebar 3-4 mm dengan tungkai dan antenna yang panjang.
Perbandingan antara jantan dan betina adalah 1:1. Setelah menjadi imago serangga ini baru dapat kawin setelah 4-6 hari, dengan masa pra peneluran 8,1 dan daur hidup walang sangit antara 32-43 hari. Lama periode bertelur rata-rata 57 hari (berkisan antara 6-108 hari, sedangkan serangga dapat hidup selama rata-rata 80 hari (antara 16-134 hari)(Siwi et al.,1981).
rata-rata 17,1 hari. Pada umumnya nimfa berwarna hijau muda dan menjadi coklat
kekuning-kuningan pada bagian abdomen dan sayap coklat saat dewasa. Walaupun demikian warna walang sangit ini lebih ditentukan oleh makanan pada periode nimfa. Bagian ventral abdomen walang sangit berwarna coklat kekuning-kuningan jika dipelihara pada padi, tetapi hijau keputihan bila dipelihara pada rumput-rumputan (Goot, 1949 dalam Suharto dan Siwi, 1991).
Serangga dewasa berbentuk ramping dan berwarna coklat, berukuran panjang
sekitar 14-17 mm dan lebar 3-4 mm dengan tungkai dan antenna yang panjang.
Perbandingan antara jantan dan betina adalah 1:1. Setelah menjadi imago serangga ini baru dapat kawin setelah 4-6 hari, dengan masa pra peneluran 8,1 dan daur hidup walang sangit antara 32-43 hari. Lama periode bertelur rata-rata 57 hari (berkisan antara 6-108 hari, sedangkan serangga dapat hidup selama rata-rata 80 hari (antara 16-134 hari)(Siwi et al.,1981).
III.
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Pengamatan
Jantan
25
ekor
|
Betina
25
ekor
|
Ratio
jantan:betina
25:25=
1:1
|
B.
Pembahasan
Walang sangit dewasa meletakan telur pada bagian atas daun
tanaman. Pada tanaman padi daun bendera lebih disukai. Telur berbentuk oval dan
pipih berwarna coklat kehitaman, diletakan satu persatu dalam 1-2 baris sebanyak
12-16 butir. Lama periode bertelur 57 hari dengan total produksi terlur per
induk + 200 butir. Lama stadia telur 7 hari, terdapat lima instar
pertumbuhan nimpa yang total lamanya + 19 hari. Lama preoviposition +
21 hari, sehingga lama satu siklus hidup hama walang sangit + 46 hari.
Nimpa setelah menetas bergerak ke malai mencari bulir padi
yang masih stadia masak susu, bulir yang sudah keras tidak disukai. Nimpa ini
aktif bergerak untuk mencari bulir baru yang cocok sebagai makanannya.
Nimpa-nimpa dan dewasa pada siang hari yang panas bersembunyi dibawah kanopi
tanaman. Serangga dewasa pada pagi hari aktif terbang dari rumpun ke rumpun
sedangkan penerbangan yang relatif jauh terjadi pada sore atau malam hari.
Pada masa tidak ada pertanaman padi atau tanaman padi masih
stadia vegetatif, dewasa walang sangit bertahan hidup/berlindung pada barbagai
tanaman yang terdapat pada sekitar sawah. Setelah tanaman padi berbunga dewasa
walang sangit pindah ke pertanaman padi dan berkembang biak satu generasi sebelum
tanaman padi tersebut dipanen. Banyaknya generasi dalam satu hamparan
pertanaman padi tergantung dari lamanya dan banyaknya interval tanam padi pada
hamparan tersebut. Makin serempak tanam makin sedikit jumlah generasi
perkembangan hama walang sangit.
Di alam hama walang sangit diketahui diserang oleh dua jenis
parasitoid telur yaitu Gryon nixoni Mesner dan O. malayensis
Ferr. Parasitasi kedua parasitoid ini di lapangan dibawah 50%. Pengamatan yang
dilakukan pada tahun 1997 dan 2000 pada beberapa daerah di Jawa Barat
menunjukkan parasitoid G. nixoni lebih dominan dibandingkan dengan
parasitoid O. malayensis. Parasitoid O. malayensis hanya
ditemukan pada daerah pertanaman padi di daerah agak pegunungan dimana
disamping pertanaman padi banyak ditanaman palawija seperti kedelai atau kacang
panjang O. malayensis selain menyerang telur walang sangit juga
menyerang telur hama Riptortus linearis dan Nezara viridula yang
merupakan hama utama tanaman kedelai. Berbagai jenis laba-laba dan jenis
belalang famili Gryllidae dan Tettigonidae menjadi predator hama walang sangit.
Jamur Beauveria sp juga merupakan musuh alami walang sangit. Jamur ini
menyerang stadia nimpa dan dewasa.
Pengendalian secara kultur teknik
Sampai sekarang belum ada varietas padi yang tahan terhadap
hama walang sangit. Berdasarkan cara hidup walang sangit, tanam serempak dalam
satu hamparan merupakan cara pengendalian yang sangat dianjurkan. Setelah ada
tanaman padi berbunga walang sangit akan segera pindah dari rumput-rumputan
atau tanaman sekitar sawah ke pertanaman padi yang pertama kali berbunga.
Sehingga jika pertanaman tidak serempak pertanaman yang berbunga paling awal
akan diserang lebih dahulu dan tempat berkembang biak . Pertanaman yang paling
lambat tanam akan mendapatkan serangan yang relatif lebih berat karena walang
sangit sudah berkembang biak pada pertanaman yang berbunga lebih dahulu.
Dianjurkan beda tanam dalam satu hamparan tidak lebih dari 2,5 bulan.
Plot-plot kecil ditanam lebih awal dari pertanaman
sekitarnya dapat digunakan sebagai tanaman perangkap.
Setelah tanaman perangkap berbunga walang sangit akan tertarik pada plot
tanaman perangkan dan dilakukan pemberantasan sehingga pertanaman utama relatif
berkurang populasi walang sangitnya.
Pengendalian secara biologis
Potensi agens hayati pengendali hama walang sangit masih
sangat sedikit diteliti. Beberapa penelitian telah dilakukan terutama
pemanfaatan parasitoid dan jamur masih skala rumah kasa atau semi lapang.
Parasitoid yang mulai diteliti adalah O. malayensis sedangkan jenis
jamurnya adalan Beauveria sp dan Metharizum sp.
Pengendalian dengan menggunakan
perilaku serangga
Walang sangit tertarik oleh senyawa (bebauan) yang dikandung
tanaman Lycopodium sp dan Ceratophylum sp. Hal ini dapat
dimanfaatkan untuk menarik hama walang sangit dan kemudian secara fisik
dimatikan. Bau bangkai binatang terutama bangkai kepiting juga efektif untuk
menarik hama walang sangit.
Pengendalian kimiawi
Pengendalian kimiawi dilakukan pada padi setelah berbunga
sampai masak susu, ambang kendali untuk walang sangit adalah enam ekor /m2.
Banyak insektisida yang cukup efektif terutama yang berbentuk cair atau tepung
sedangkan yang berbentuk granula tidak dapat dianjurkan untuk mengendalikan
walang sangit. Insektida anjuran untuk tanaman padi yang cukup efektif terhadap
walang sangit adalah BPMC dan MIPC.
Salah
satu hama serangga penting di lahan lebak adalah walang sangit (Leptocorisa oratorius F,Coreidae,
Hemiptera), dimana hama ini hampir menyerang pertanaman padi hampir disetiap
musim. Hama ini menyerang pertanaman padi setelah padi berbunga. Bulir padi
ditusuk dengan rostrumnya, kemudian cairan bulir tersebut diisap (Domingo et
al., 1982). Akibat serangan hama ini pertumbuhan bulir padi kurang sempurna,
biji/bulir tidak terisi penuh ataupun hampa sama sekali. Dengan demikian dapat
mengakibat kanpenurunan kualitas maupun kuantitas hasil.
Walang sangit (L. oratorius L) adalah hama
yang menyerang tanaman padi setelah berbunga dengan cara menghisap cairan bulir
padi menyebabkan bulir padi menjadi hampa atau pengisiannya tidak sempurna.
Penyebaran hama ini cukup luas.
Di
Indonesia walang sangit merupakan hama potensial yang pada waktu-waktu tertentu
menjadi hama penting dan dapat menyebabkan kehilangan hasil mencapai 50%.
Diduga bahwa populasi 100.000 ekor per hektar dapat menurunkan hasil sampai
25%. Hasil penelitian menunjukkan populasi walang sangit 5 ekor per 9 rumpun
padi akan menurunkan hasil 15%. Hubungan antara kepadatan populasi walang
sangit dengan penurunan hasil menunjukkan bahwa serangan satu ekor walang
sangit per malai dalam satu minggu dapat menurunkan hasil 27%
Kwalitas
gabah (beras) sangat dipengaruhi serangan walang sangit. Diantaranya
menyebabkan meningkatnya Grain dis-coloration. Sehingga serangan walang
sangit disamping secara langsung menurunkan hasil, secara tidak langsung juga
sangat menurunkan kwalitas gabah.
Tanaman
inang alternatif hama walang sangit adalah tanaman rumput-rumputan antara lain:
Panicum spp; Andropogon sorgum; Digitaria consanguinaria; Eleusine coracoma;
Setaria italica; Cyperus polystachys, Paspalum spp; dan Pennisetum
typhoideum.
Gejala Serangan dan Kerusakan yang Ditimbulkan
Nimfa dan imago
menghisap bulir padi pada fase matang susu. Serangga ini juga dapat menghisap
cairan batang padi. Tidak seperti kepik lain, walang sangit tidak melubangi
bulir padi pada waktu menghisap, tetapi menusuk melalui rongga di antara lemma
dan palea. Nimfa lebih aktif daripada imago, tetapi imago dapat merusak
lebih hebat karena hidupnya yang lebih lama.
Hilangnya
cairan biji menyebabkan biji padi menjadi mengecil tetapi jarang yang menjadi
hampa karena walang sangit tidak dapat mengosongkan seluruh isi biji yang
sedang tumbuh. Jika bulir yang matang susu tidak tersedia, walang sangit juga
masih dapat menyerang atau menghisap bulir padi yang mulai mengeras dengan cara
mengeluarkan enzim yang dapat mencerna karbohidrat.
Dalam prosesnya walang sangit mengkontaminasi biji dengan
mikroorganisme yang dapat mengakibatkan biji berubah warna dan rapuh. Kerusakan
dalam fase ini lebih bersifat kualitatif. Pada proses penggilingan, bulir-bulir
padi akan rapuh dan mudah patah. Walang sangit juga bisa menjadi vektor patogen
Helminthosporium oryzae.
Seks ratio ,erupkan perbandingan antara kelahiran
jumlah jantan disbanding denan jumlah betina. Pada praktikum ini dicari seks
ratio dari hama walang sangit. Dari 50 ekor walang sangit yang diamati,
terdapat 25 jantan dan 25 betina. Sehingga seks ratio dari walang sangit ini
adalah 25:25 atau 1:1.
IV.
KESIMPULAN
Kesimpulan
dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Walang sangit biasa ditemukan pada tanaman padi,
tetapi terdapat inang alternative berupa rumput-rumputan
2. Gejala yang ditimbulkan dari serangan walang sangit
yaitu hilangnya cairan biji menyebabkan biji padi menjadi mengecil tetapi jarang
yang menjadi hampa
3. Seks ratio walang sangit pada praktikum ini adalah
25:25=1:1
DAFTAR PUSTAKA
Pracaya. 1997. Hama dan Penyakit Tanaman. Jakarta: Penebar Swadaya.
Siwi,
S.S., A. Yassin and Dandi Sukarna. 1981. Slender
rice bugs and its ecology and economic threshold. Syiposium on Pest Ecology
snd Pest Management, Bogor Nov 30-Dec 2 1981.
Suharto,
H. dan D.S.Damardjati. 1988. Pengaruh
waktu serangan walang sangit terhadap hasil dan mutu hasil padi IR 36.
Reflektor 1(2) : p 25-28.
Tjahjono,
Harahap.1989. Dasar-Dasar Serangga.
Bagian Ilmu Hama Tanaman Pertanian. IPB. Bogor.
harus ditampilkan dengan telur, larva dan imagonya
BalasHapus