I. PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Lingkungan merupakan
lingkungan merupakan sistem yang komplek yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Untuk mempelajari pengaruh lingkungan terhadap
pertumbuhan tanaman maka perlu dilakukan penggolongan faktor-faktor lingkungan
tersebut. Faktor-faktor lingkungan dapat digolongkan menjadi faktor biotik dan
abiotik. Faktor abiotik terdiri atas tanah,air,udara,,kelembaban udara, angin,
cahaya matahari, dan suhu. Sedangkan lingkungan biotik terdiri dari organisme-organisme
hidup di luar lingkungan abiotik (manusia, tumbuhan, hewan dan mikroorganisme).
Kondisi ekosistem pada lahan perkebunan pada lahan
pembibitan, tanaman yang belum menghasilkan, dan tanaman yang sudah
menghasilkan sangat jauh berbeda. Perbedaaan agroekosistem tersebut disebabkan
karena adanya perbedaan agroklimat atau iklim mikro pada lahan tersebut.
Kondisi yang berbeda pada setiap agroekosistem akan menentukan corak
pertumbuhan gulma pada lahan tersebut, baik dilihat dari jenis gulma yang tumbuh
maupun tingkat dominansinya. Akibat adanya perbedaan corak pertumbuhan gulma
tersebut maka kebijakan pengelolaan gulma harus bersifat spesifik lokasi atau
tidak disamaratakan.
B. Tujuan
Adapun
tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.
Mahasiswa dapat
mengaitkan perbedaan komponen penyusun agroekosistem yang ada dengan kondisi
pertumbuhan gulma.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Gulma ialah tanaman yang tumbuhnya tidak diinginkan. Gulma
di suatu tempat mungkin berguna sebagai bahan pangan, makanan ternak atau
sebagai bahan obat-obatan. Dengan demikian, suatu spesies tumbuhan tidak dapat
diklasifikasikan sebagai gulma pada semua kondisi. Namun demikian, banyak juga
tumbuhan diklasifikasikan sebagai gulma dimanapun gulma itu berada karena gulma
tersebut umum tumbuh secara teratur pada lahan tanaman budidaya (Sebayang,
2005).
Agroekosistem
merupakan ekosistem yang dimodifikasi dan dimanfaatkan secara langsung atau
tidak langsung oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan akan pangan dan atau
sandang. Untuk menunjang pemanfaatan tersebut setiap agroekosistem, mempunyai
karakteristik yang berbeda-beda tergantung sifat ekologis ekosistem yang ada.
Namun dalam penanganannya, pengembangan suatu sumber daya alam harus didekati
secara komprehensif sehingga harus menekankan pada hubungan satu sama lain
antara pengaruh suatu sumberdaya alam terhadap sumberdaya lain (Anonim, 2010).
Salah satu kondisi yang berpengaruh pada suatu ekosistem
adalah tutupan lahan oleh vegetasi yang merupakan bagian penting yang tidak
terpisahkan dalam penanganan pengelolaan baik dalam jangka pendek, menengah
maupun jangka panjang. Dalam pengelolaan agroekosistem, data vegetasi meliputi
tanaman budidaya maupun tumbuhan yang tumbuh di ekosistem. Penutupan tersebut
dapat dilihat dengan metode perhitungan menggunakan analisis vegetasi.
|
Konsepsi dan metode
analisis vegetasi sesungguhnya sangat bervariasi, tergantung keadaan vegetasi
itu sendiri dan tujuannya. Misalnya apakah ditujukan untuk mempelajari tingkat
suksesi, apakah untuk evaluasi hasil suatu pengendalian gulma. Metode yang
digunakan harus disesuaikan dengan struktur dan komposisi vegetasi. Untuk areal
yang luas dengan vegetasi semak rendah misalnya, digunakan metode garis (line
intersept), untuk pengamatan sebuah contoh petak dengan vegetai “tumbuh
menjalar” (cpeeping) digunakan metode titik (point intercept) dan untuk suatu
survei daerah yang luas dan tidak tersedia cukup waktu, estimasi visual (visual
estimation) mungkin dapat digunakan oleh peneliti yang sudah berpengalaman.
Juga harus diperhatikan keadaan geologi, tanah, topografi, dan data vegetasi
yang mungkin telah ada sebelumnya, serta fasilitas kerja/keadaan, seperti peta
lokasi yang bisa dicapai, waktu yang tersedia, dan lain sebagainya; semuanya
untuk memperoleh efisiensi (Tjitrosoedirdjo, dkk., 1984).
Pengamatan gulma dilakukan dengan analisis vegetasi untuk
penentuan nilai NJD atau SDR (Nisbah Jumlah Dominasi) dengan perhitungan
analisis vegetasi(Tjitrosoedirdjo et al. 1984).
Dalam mengidentifikasi gulma dapat ditempuh satu atau
kombinasi dari sebagian atau seluruh cara-cara ini: 1) Membandingkan gulma
tersebut dengan material yang telah diidentifikasi di herbarium. 2) Konsultasi
langsung, dengan para ahli di bidang yang bersangkutan. 3) Mencari sendiri
melalui kunci identifikasi. 4) Membandingkannya dengan determinasi yang ada. 5)
Membandingkannya dengan ilustrasi yang tersedia (Tjitrosoedirdjo, dkk., 1984).
III.
BAHAN DAN METODE
A. Alat dan bahan
Alat yang digunakan antara lain Lux meter,
higrometer,termometer tanah dan termometer udara.
Bahan yang digunakan adalah lahan
pengamatan disamping lapangan sepak bola Unila.
B. Metode
Adapun
metode kerja dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Disiapkan peralatan yang diperlukan
dan dilakukan kaliberasi alat
2. Dilakukan pengukuran dalam waktu yang
bersamaan pada lokasi tang ternaungi dan terbuka pada setiap pengamatan
3. Dilakuakn sebanyak tiga ulangan pada
setiap pengamatan agroekosistem
4. Diidentifikasi gulma yang tumbuh
pada setiap agroekosistem dan ditentukan penutupan gulmanya dengan metode kuadrat.
5. Dicatat hasil pengamatan dalam tabel
pengamatan
IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Jenis Pengamatan
|
Lahan Ternaungi
|
Lahan terbuka
|
||||
Ulangan
|
Ulangan
|
|||||
1
|
2
|
3
|
1
|
2
|
3
|
|
Komponen Agroekosistem
|
|
|
|
|
|
|
1. Suhu Udara
|
320C
|
320C
|
330C
|
330C
|
320C
|
340C
|
2.
Kelembaban Udara
|
68%
|
68%
|
67%
|
76%
|
75%
|
71%
|
3.
Suhu Tanah
|
250C
|
250C
|
250C
|
250C
|
260C
|
280C
|
4.
Intensitas Cahaya
|
0,22
|
0,46
|
0,53
|
60,3
|
49
|
35
|
5.
Tanaman Pokok
|
akasia
|
akasia
|
akasia
|
-
|
-
|
-
|
Komponen Gulma
|
Lahan Ternaungi
|
Lahan terbuka
|
||||
% Penutupan
|
% Penutupan
|
|||||
Jenis
Gulma
|
1
|
2
|
3
|
1
|
2
|
3
|
1. Asystasia gangetica
|
31,5
|
4,25
|
39
|
31,5
|
-
|
11
|
2. Paspalum conjugatum
|
10,5
|
72,25
|
-
|
40,5
|
14,25
|
-
|
3. Lamtoro
|
17,5
|
8,5
|
3
|
-
|
-
|
5,5
|
4. Akasia
|
3,5
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
5. Mimosa pudica
|
-
|
-
|
9
|
4,5
|
4,75
|
19,25
|
6. Cyperus rotundus
|
-
|
-
|
-
|
13,5
|
-
|
-
|
7. Eleusine indica
|
-
|
-
|
9
|
-
|
4,75
|
-
|
8. Axonopus compressus
|
-
|
-
|
-
|
-
|
71,25
|
8,25
|
9. Boreria alata
|
7
|
-
|
-
|
-
|
-
|
11
|
Total %Penutupan Gulma
|
70%
|
85%
|
60%
|
90%
|
95%
|
55%
|
Perhitungan
SDR Pada kedua agroekosistem (terbuka dan Ternaungi)
DM Asystasia
gangetica = dominansi semua ulangan
= 31,5 + 4,25 + 39 + 31,5 + 0 + 11 = 117,25
DM
Paspalum conjugatum = dominansi semua ulangan = 10,5 + 72,25 + 0 + 40,5 + 14,25 + 0
= 137,5
DM Lamtoro = dominansi semua ulangan
= 17,5 + 8,5 + 3 + 0 + 0 + 5,5
= 34,5
DM Akasia = dominansi semua ulangan
= 3,5 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0
= 3,5
DM Mimosa pudica = dominansi semua ulangan
= 0 + 0 + 9 + 4,5 + 4,75 + 19,25
= 37,5
DM Cyperus rotundus = dominansi
semua ulangan
= 0 + 0 + 0 + 13,5 + 0 + 0
= 13,5
DM Eleusine indica =
dominansi semua ulangan
= 0 + 0 + 9 + 0 + 4,75 + 0
= 13,75
DM Axonopus compressus = dominansi
semua ulangan
= 0 + 0 + 0 + 0 + 71,25 + 8,25
= 79,5
DM Boreria alata =
dominansi semua ulangan
= 7 +0 + 0 + 0 + 0 + 11
= 18
TOTAL
DM seluruh gulma = 117,25 + 137,5 + 34,5 + 3,5 + 37,5 + 13,5 +
13,75 + 79,5 +18
=
455
DN
Asystasia gangetica =
DM : Total DM
= 117,25: 455
= 0,26
DN
Paspalum conjugatum = DM : Total DM
= 137,5 : 455
= 0,30
DN Lamtoro = DM : Total DM
= 34,5 : 455
= 0,08
DN Akasia = DM : Total DM
= 3,5
: 455
= 0,01
DN Mimosa pudica = DM : Total DM
= 37,5
: 455
= 0,08
DN Cyperus rotundus =
DM : Total DM
= 13,5
: 455
= 0,03
DN Eleusine indica =
DM : Total DM
= 13,75
: 455
= 0,03
DN Axonopus compressus = DM
: Total DM
= 79,5
: 455
= 0,17
DN Boreria alata =
DM : Total DM
= 18 :
455
= 0,04
FM Asystasia
gangetica = Jumlah gulma pada semua ulangan
=
5
FM
Paspalum conjugatum = Jumlah gulma pada semua ulangan
=
4
FM Lamtoro = Jumlah gulma pada semua ulangan
=
4
FM Akasia = Jumlah gulma pada semua ulangan
=
1
FM Mimosa pudica = Jumlah gulma pada semua
ulangan
= 4
FM Cyperus rotundus =
Jumlah gulma pada semua ulangan
=
1
FM Eleusine indica =
Jumlah gulma pada semua ulangan
=
2
FM Axonopus compressus = Jumlah
gulma pada semua ulangan
=
2
FM Boreria alata =
Jumlah gulma pada semua ulangan
=
2
TOTAL
FM seluruh gulma = 5 + 4 + 4 + 1 + 4 + 1 + 2 + 2 + 2
=
25
FN Asystasia
gangetica = FM : Total FM
= 5 : 25
= 0,20
FN
Paspalum conjugatum = FM : Total FM
= 4 : 25
= 0,16
FN Lamtoro = FM : Total FM
= 4 : 25
= 0,16
FN Akasia = FM : Total FM
= 1 : 25
= 0,04
FN Mimosa pudica = FM : Total FM
= 4 : 25
= 0,16
FN Cyperus rotundus =
FM : Total FM
= 1 : 25
= 0,04
FN Eleusine indica =
FM : Total FM
= 2 : 25
= 0,08
FN Axonopus compressus =
FM : Total FM
= 2 : 25
= 0,08
FN Boreria alata =
FM : Total FM
= 2 : 25
= 0,08
NP Asystasia
gangetica = DN + FN
=
0,26 + 0,20
=
0,46
NP
Paspalum conjugatum = DN + FN
=
0,30 + 0,16
=
0,46
NP Lamtoro = DN + FN
=
0,08 + 0,16
=
0, 24
NP Akasia = DN + FN
=
0,01 + 0,04
=
0,05
NP Mimosa pudica = DN + FN
=
0,08 + 0,16
=
0,24
NP Cyperus rotundus = DN + FN
=,03
+ 0,04
=
0,07
NP Eleusine indica =
DN + FN
=
0,03 + 0,08
=
0, 11
NP Axonopus compressus = DN
+ FN
=
0,17 + 0,08
=
0,25
NP Boreria alata =
DN + FN
=
0,04 + 0,08
=
0,12
SDR
Asystasia gangetica =
NP : Jumlah peubah nisbi
= 0,46
: 2
= 0.23 atau 23%
SDR
Paspalum conjugatum = NP : Jumlah peubah nisbi
= 0,46
: 2
= 0.23 atau 23%
SDR Lamtoro = NP : Jumlah peubah nisbi
= 0,24
: 2
= 0.12 atau 12%
SDR Akasia = NP : Jumlah peubah nisbi
= 0,05
: 2
= 0.02 atau 2%
SDR Mimosa pudica = NP : Jumlah
peubah nisbi
= 0,24
: 2
= 0.12 atau 12 %
SDR Cyperus rotundus =
NP : Jumlah peubah nisbi
= 0,07
: 2
= 0.03 atau 3 %
SDR Eleusine indica =
NP : Jumlah peubah nisbi
= 0,11
: 2
= 0,06 atau 6%
SDR Axonopus compressus = NP :
Jumlah peubah nisbi
= 0,25
: 2
= 0.13 atau 13 %
SDR Boreria alata =
NP : Jumlah peubah nisbi
= 0,12
: 2
= 0.06 atau 6 %
Tabel SDR Pada agroekosistem
Ternaungi
No
|
Dominansi
|
DM
|
DN
|
FM
|
FN
|
NP
|
SDR
|
Urutan
Ke-
|
|||||
Ternaungi
|
|||||||||||||
1
|
2
|
3
|
|||||||||||
1
|
31,5
|
4,25
|
39
|
74,75
|
0,35
|
3
|
0,25
|
0,60
|
0,30
|
1
|
|||
2
|
10,5
|
72,25
|
-
|
82,75
|
0,38
|
2
|
0,17
|
0,55
|
0,28
|
2
|
|||
3
|
17,5
|
8,5
|
3
|
29
|
0,13
|
3
|
0,25
|
0,38
|
0,19
|
3
|
|||
4
|
3,5
|
-
|
-
|
3,5
|
0,02
|
1
|
0,08
|
0,10
|
0,05
|
5
|
|||
5
|
-
|
-
|
9
|
9
|
0,04
|
1
|
0,08
|
0,13
|
0,06
|
4
|
|||
6
|
-
|
-
|
-
|
0
|
0,00
|
0
|
0,00
|
0,00
|
0,00
|
6
|
|||
7
|
-
|
-
|
9
|
9
|
0,04
|
1
|
0,08
|
0,13
|
0,06
|
4
|
|||
8
|
-
|
-
|
-
|
0
|
0,00
|
0
|
0,00
|
0,00
|
0,00
|
6
|
|||
9
|
7
|
-
|
-
|
|
|
|
7
|
0,03
|
1
|
0,08
|
0,12
|
0,06
|
4
|
Total
|
215
|
1
|
12
|
1
|
|
1
|
|
Tabel SDR Pada
agroekosistem Terbuka
No
|
Dominansi
|
DM
|
DN
|
FM
|
FN
|
NP
|
SDR
|
Urutan
Ke-
|
|||||
Terbuka
|
|||||||||||||
1
|
2
|
3
|
|||||||||||
1
|
31,5
|
-
|
11
|
42,5
|
0,18
|
2
|
0,15
|
0,33
|
0,17
|
3
|
|||
2
|
40,5
|
14,25
|
-
|
54,75
|
0,23
|
2
|
0,15
|
0,38
|
0,19
|
2
|
|||
3
|
-
|
-
|
5,5
|
5,5
|
0,02
|
1
|
0,08
|
0,10
|
0,05
|
5
|
|||
4
|
-
|
-
|
-
|
0
|
0,00
|
0
|
0,00
|
0,00
|
0,00
|
6
|
|||
5
|
4,5
|
4,75
|
19,25
|
28,5
|
0,12
|
3
|
0,23
|
0,35
|
0,17
|
3
|
|||
6
|
13,5
|
-
|
-
|
13,5
|
0,06
|
1
|
0,08
|
0,13
|
0,07
|
6
|
|||
7
|
-
|
4,75
|
-
|
4,75
|
0,02
|
1
|
0,08
|
0,10
|
0,05
|
5
|
|||
8
|
-
|
71,25
|
8,25
|
79,5
|
0,33
|
2
|
0,15
|
0,49
|
0,24
|
1
|
|||
9
|
|
|
|
-
|
-
|
11
|
11
|
0,05
|
1
|
0,08
|
0,12
|
0,06
|
4
|
Total
|
240
|
1
|
13
|
1
|
|
1
|
|
Tabel SDR Pada semua agroekosistem(
Terbuka dan Ternaungi)
No
|
Dominansi
|
DM
|
DN
|
FM
|
FN
|
NP
|
SDR
|
Urutan
Ke-
|
|||||
Ulangan
|
Ulangan
|
||||||||||||
1
|
2
|
3
|
1
|
2
|
3
|
||||||||
1
|
31,5
|
4,25
|
39
|
31,5
|
-
|
11
|
117,25
|
0,26
|
5
|
0,2
|
0,46
|
0,23
|
1
|
2
|
10,5
|
72,25
|
-
|
40,5
|
14,25
|
-
|
137,5
|
0,30
|
4
|
0,16
|
0,46
|
0,23
|
1
|
3
|
17,5
|
8,5
|
3
|
-
|
-
|
5,5
|
34,5
|
0,08
|
4
|
0,16
|
0,24
|
0,12
|
3
|
4
|
3,5
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
3,5
|
0,01
|
1
|
0,04
|
0,05
|
0,02
|
6
|
5
|
-
|
-
|
9
|
4,5
|
4,75
|
19,25
|
37,5
|
0,08
|
4
|
0,16
|
0,24
|
0,12
|
3
|
6
|
-
|
-
|
-
|
13,5
|
-
|
-
|
13,5
|
0,03
|
1
|
0,04
|
0,07
|
0,03
|
5
|
7
|
-
|
-
|
9
|
-
|
4,75
|
-
|
13,75
|
0,03
|
2
|
0,08
|
0,11
|
0,06
|
4
|
8
|
-
|
-
|
-
|
-
|
71,25
|
8,25
|
79,5
|
0,17
|
2
|
0,08
|
0,25
|
0,13
|
2
|
9
|
7
|
-
|
-
|
-
|
-
|
11
|
18
|
0,04
|
2
|
0,08
|
0,12
|
0,06
|
4
|
Total
|
455
|
1
|
25
|
1
|
|
1
|
|
Keterangan
:
Jenis gulma 1. Asystasia gangetica
Jenis gulma 2. Paspalum conjugatum
Jenis gulma 3. Lamtoro
Jenis gulma 4. Akasia
Jenis gulma 5. Mimosa pudica
Jenis gulma 6. Cyperus rotundus
Jenis gulma 7. Eleusine indica
Jenis gulma 8. Axonopus compressus
Jenis gulma 9. Boreria alata
B.
Pembahasan
Salah satu
kondisi yang berpengaruh pada suatu
ekosistem adalah tutupan lahan oleh vegetasi yang merupakan bagian penting yang
tidak terpisahkan dalam penanganan pengelolaan lahan. Penutupan lahan oleh
vegetasi akan berbeda pada agroekosistem yang berbeda.
Pada
praktikum ini dibahas mengenai agroekosistem gulma yang berada pada tempat yang
ternanungi dan terbuka. Ditinjau dari data yang diperoleh, pada kedua
agroekosistem ini memiliki perbedaan, baik dari segi tumbuhan, lingkungan
biotik dan abiotiknya. Dilihat dari segi kondisi tanaman yang diamati, lahan
yang terbuka merupakan daerah di sekitar pinggiran lapangan sepak bola,
sehinggga tidak ada tanaman disekitarnya. Sedangkan lahan yang ternaungi
merupakan lahan disekitar tanaman Akasia. Secara visual, tentu saja kedua
agroekosistem tersebut berbeda. Untuk membuktikan hal tersebut, maka
dilakukanlah analisis vegetasi dengan menggunakan metode kuadrat. Penggunaan
metode ini memudahkan praktikan untuk mengamati sampel lahan dengan ukuran yang
relatif kecil. Luas daerah yang diamati yaitu 1 m2 untuk
masing-masing ulangan pada setiap agroekosistem.
Setelah
dilakukan analisis vegetasi dan dihitung SDR nya, pada lahan agroekosistem
ternaungi diperoleh nilai SDR tertinggi pada gulma Asystasia gangetica. Sedangkan pada agroekosistem terbuka, gulma
dengan niali SDRnya tertinggi adalah gulma Axonopus
compressus. Untuk nilai SDR pada keseluruhan agroekosistem baik gulma yang
ada pada lahan ternaungi dan terbuka, gulma Asystasia
gangetica dan Paspalum conjugatum memiliki Nilai SDR tertinggi.
Perbedaan
jenis agroekosistem juga berpengaruh pada konsisi lingkungan abiotiknya.
Lingkungan abiotik yang diamati berupa suhu udara, kelembaban, suhu tanah dan
intensitas penyinaran cahaya matahari. Pada lingkungan agroekosistem ternaungi,
gulma yang dominan tumbuh yaitu gulma Asystasia
gangetica. gulma ini merupakan
gulma golongan rumput-rumputan. Gulma ini ukurannya bervariasi, tumbuh bisa
tegak maupun menjalar , hidup semusim atau tahunan. Ciri-ciri kelompok gulma
yang tergolong kedalam keluarga rumput
ini adalah batangnya umumnya mempunyai ruas-ruas dan buku. Jarak masing-masing ruas (internodus) bisa
sama dan bisa pula berbeda dan bahkan ada yang cukup panjang, yang tidak
sebanding dengan buku (internodus), batangnya ini ada yang menyebut dengan
culm. Ciri lain dari kelompok ini adalah
daunnya yang tidak mempunyai
tangkai daun (ptiolus) tapi hanya mempunya pelepah/ upih dan helaian daun (lamina).
Jika ditinjau hubungannya dengan kondisi lingkungan abiotik yang ada, maka bisa
dikatakana bahwa pada lingkungan dengan suhu tanah, suhu udara dan kelembaban,
maka tidaklah mengherankan jika gulma ini yang menjadi dominan pada lahan ini.
Pada
agroekosistem yang terbuka, gulma dominannya yaitu gulma Axonopus compressus. Gulma ini merupakan rumput yang menjalar dan
menanjak, hingga 50 cm, bukunya berakar, daun lanset, permukaan bawah gundul,
lidah daun pendek, Tumbuh di tempat terbuka atau agak terlindung hingga 1400 m
dpl.Perbungaan malai, mirip bulir, bercabag dua hingga banayak, anak bulir
jorong. tangkai karangan bunga langsing, bulir pada sisi, panjang
3-11 cm, anak bulir berseling kiri dan kanan, menempel pada poros, berbentuk
memanjang, panjang putik 2,5mm, benang sari 3, tangkai putik 2, kelapa putik
besar muncul kesamping berwarna putih.Berkembang biak dengan bji dan stek batang. Akarnya
berbentuk serabut. Mirip
paspalum conjugatum perbedaan P. conjugatum hanya mempunyai satu malai
pada setiap ujung buluh. Batang rumput menahun, membentuk bahan
jerami di tanah dengan batang yang menarik membuat sudut antar ruas, batang
berdaun 1-2, Beruas-ruas, pada tiap ruas muncul akar, berwarna cokelat
kehijauan. Daun bertulang daun sejajar, hijau, pelepah daun pipih, menjadi satu
dengan batang, dengan punggung bertunas pada pangkal dengan rambut putih dalam
karangan, helaian daun lanset dengan tepi kasar.
Kondisi lingkungan abiotik masing- masing agroekosistem
sangat mendukung perkembangbiakan masing-masing gulma. Tetapi perlu
diperhatikan, jika salah astu komponen agroekosistem berubah,maka komponen
lainnya akan ikut berubah. Pengambilan kebijakan pengendalian tidak sama antara
lahan yang terbuka dan ternaungi karena jenis gulma yang dominannya pun
berbeda.
V.
KESIMPULAN
Setelah
dilakukan praktikum ini, diperoleh kesimpilan sebagai berikut:
1.
Gulma
dominan pada lahan ternaungi adalah Asystasia gangetica dengan SDR sebesar
30%.
2.
Gulma
dominan pada lahan ternaungi adalah Axonopus compressus dengan SDR sebesar
24%.
3.
Kondisi
agroekosisitem baik tumbuhan, lingkunagn abiotik dan biotik sangat mempengaruhi
perbedaan jenis gulma dan dominansi gulma.
4.
Perbedaan
jenis gulma dan dominansi gulma akan berpengaruh pada kebijakan pengendalian
gulma.
5.
Pengendalian
gulma pada lahan ternaungi dan terbuka tidak bisa disamaratakankarena perbedaan
jenis gulma dan dominansi gulma.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonym.2010. laporan agroekosistem faktor lingkungan http://rikarikull.blogspot.com/2011/12/laporan-agroekosistem-faktor-lingkungan.html. diakses pada tanggal 20 Maret 2012 pukul 19.42 WIB
Kusmana, C. 1997. Metode
Survey Vegetasi. Institut PertanianBogor. Bogor.
Moenandir, J. 1993. Ilmu Gulma Dalam Sistem Pertanian. PT
Raja Grafindo Persada, Jakarta
Sebayang, H. T., 2005. Gulma dan Pengendaliannya Pada Tanaman Padi.
UnitPenerbitan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang
Tjitrosoedirdjo, S., H. Utomo, dan
J. Wiroatmodjo., 1984. Pengelolaan Gulma
di Perkebunan. PT Gramedia, Jakarta
LAMPIRAN
AGROEKOSISTEM
GULMA-TANAMAN
(Laporan
Praktikum Pengelolaan Gulma di Perkebunan)
Disusun
Oleh
Kelompok
3
Adam
Rizki 0914013059
Angelinar
Siringo-ringo 0914013073
Apri
T Hutapea 0914013077
Ari
Setiawan 0914013079
Darso
Waluyo 0914013084
Erika
Alina Puteri 0914013194
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
LAMPUNG
2012
DAFTAR ISI
|
Hal
|
Pendahuluan
|
|
Latar
Belakang………………………………………………….........
|
1
|
Tujuan………………………………………………………………...
|
1
|
Tinjauan
Pustaka……………………………………………………………
|
2
|
Bahan dan Metode
|
|
Bahan
dan alat………………………………………………………
|
4
|
Metode
Praktikum……………………………………………………
|
4
|
Hasil pengamatan dan pembahasan
|
|
Hasil
pengamatan…………………………………………………….
|
5
|
Pembahasan…………………………………………………….........
|
14
|
Kesimpulan…………………………………………………………………..
|
|
Daftar pustaka
|
|
Lampiran
|
|
|
|
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar