APLIKASI
HERBISIDA DENGAN BAHAN AKTIF 2,4-D DAN KLOMAZON PADA GULMA DI LAHAN PERCOBAAN
PRAKTIKUM UNIVERSITAS LAMPUNG
(Laporan Praktikum Pengelolaan Gulma Perkebunan)
Oleh
Kelompok 3
Adam Rizki 0914013058
Angelinar Siringo Ringo 0914013076
Apri T Hutapea 0914013077
Ari Setiawan 0914013079
Darso Waluyo 0914013084
Erika Alina Putri 09140131
JURUSAN
AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
LAMPUNG
2012
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Gulma berinteraksi
dengan tanaman melalui persaingan untuk mendapatkan satu atau lebih faktor
tumbuh yang terbatas, seperti cahaya, hara, dan air. Tingkat persaingan
bergantung pada curah hujan, varietas, kondisi tanah, kerapatan gulma, lamanya
tanaman, pertumbuhan gulma, serta umur tanaman saat gulma mulai bersaing
(Jatmiko et al. 2002).
Gulma merupakan jenis
tumbuhan yang hidupnya atau keberadaannya tidak dikehendaki. Munculnya suatu
jenis gulma di sekitar areal tanaman budidaya dapat dikendalikan dengan
menggunakan bahan kimia yang dinamakan herbisida.
Herbisida adalah senyawa kimia peracun gulma, dapat menghambat pertumbuhan bahkan mematikan tumbuhan tersebut. Sedangkan substansi pengatur tumbuhan adalah gugusan organik yang bukan nutrisi, dalam jumlah sedikit dapat menghambat atau memodifikasi proses fisiologis tumbuhan yang mungkin dapat pula berarti pemodifikasian pertumbuhan, herbisida translokasi, dan herbisida sistemik. Dalam klasifikasi herbisida dapat dibedakan :
1) Menurut waktu apilkasi.
2) Menurut cara kerja.
3) Menurut sifat bahan kimianya
Herbisida adalah senyawa kimia peracun gulma, dapat menghambat pertumbuhan bahkan mematikan tumbuhan tersebut. Sedangkan substansi pengatur tumbuhan adalah gugusan organik yang bukan nutrisi, dalam jumlah sedikit dapat menghambat atau memodifikasi proses fisiologis tumbuhan yang mungkin dapat pula berarti pemodifikasian pertumbuhan, herbisida translokasi, dan herbisida sistemik. Dalam klasifikasi herbisida dapat dibedakan :
1) Menurut waktu apilkasi.
2) Menurut cara kerja.
3) Menurut sifat bahan kimianya
Penggunaan salah satu
jenis herbisida secara terus menerus dapat menyebabkan gulma menjadi resisten.
Untuk menghindari hal tersebut, maka diusahakan mencampurkan dua jenis
herbisida dalam mengendalikan gulma.
Berbagai bahan kimia dipandang mem-punyai prospek yang baik untuk mengendalikan gulma, akan tetapi efektif tidaknya suatu herbisida yang digunakan bergantung pada jenis dan dosis herbisida yang suatu diberikan serta besar kecilnya pengaruh lingkungan.
Berbagai bahan kimia dipandang mem-punyai prospek yang baik untuk mengendalikan gulma, akan tetapi efektif tidaknya suatu herbisida yang digunakan bergantung pada jenis dan dosis herbisida yang suatu diberikan serta besar kecilnya pengaruh lingkungan.
Penggunaan herbisida
sebagai pengendali gulma mempunyai dampak positif dan negatif. Dampak
positifnya adalah gulma dapat dikendalikan dalam waktu yang relatif singkat dan
mencakup areal yang luas. Lagi pula bahaya erosi dan kerusakan akar tanaman
tidak perlu dikhawatirkan kareana gulma yang mati oleh herbisida menutupi
permukaan tanah. Adapun dampak negatif penggunaan herbisida adalah merusak
tanaman, karena itu penggunaannya harus hati-hati. Pemakaian yang salah dapat
merugikan lingkungan, tanaman yang diusahakan bahkan manusia. Pemakaian suatu
jenis herbisida secara terus menerus akan membentuk gulma yang resisten
sehingga akan sulit mengendali-kannya.
Konsekuensi dari pemakaian herbisida yang sama (sama jenis bahan aktif atau sama cara kerja) secara berulang-ulang dalam periode yang lama pada suatu areal maka ada dua kemungkinan masalah yang timbul pada areal tersebut; yaitu terjadi dominansi populasi gulma resisten-herbisida atau dominansi gulma toleran herbisida.
Konsekuensi dari pemakaian herbisida yang sama (sama jenis bahan aktif atau sama cara kerja) secara berulang-ulang dalam periode yang lama pada suatu areal maka ada dua kemungkinan masalah yang timbul pada areal tersebut; yaitu terjadi dominansi populasi gulma resisten-herbisida atau dominansi gulma toleran herbisida.
Pada suatu populasi
gulma yang dikendalikan menggunakan satu jenis herbisida dengan hasil memuaskan,
ada kemungkinan satu individu dari sekian juta individu yang diberi herbisida
memiliki gen yang membuat individu tersebut kebal terhadap herbisida tersebut.
Individu yang kebal tersebut tumbuh normal dan menghasilkan regenerasi,
sejumlah individu yang juga tahan terhadap herbisida yang sama pada aplikasi
herbisida berikutnya. Demikian seterusnya secara berulang-ulang, setiap
pengaplikasian herbisida yang sama akan mematikan individu-individu yang
sensitif dan meninggalkan individu-individu yang resisten. Jumlah
individuindividu yang resisten tersebut pada suatu ketika menjadi signifikan
dan menyebabkan kegagalan dalam pengendalian.
Dalam
aplikasi herbisida ada beberapa hal yang menentukan keberhasilan, antara lain
adalah herbisida yang digunakan, cara aplikasinya, gulma sasaran, dan kondisi
cuaca. Ada syarat 5 Tepat dalam pengaplikasian herbisida, yaitu tepat jenis,
tepat dosis, tepat waktu, tepat cara dan tepat sasaran.
B. Tujuan
Praktikum
aplikasi herbisida ini bertujuan untuk:
1.
Mengetahui
jenis/ golongan gulma apa yang dapat di kendalikan
2.
Mengetahui
resistensi gulma terhadap herbisida
3.
Mengeahui gejala
keracunan gulma oleh herbisida
4.
Mengetahui
selektifitas herbisida terhadap gulma
5.
Membandingkan
dua herbisida dengan bahan aktiv dan dosis/ konsentrasi yang digunakan
6.
Membandingan
hasil aplikasi herbisida di tempat terbuka dan ternaungi
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam proses pengolahan tanah dilakukan pengendalian terhadap
gulma yang tumbuh. Selama
proses pertumbuhannya, gulma menjadi pesaing tanaman utama dalam hal unsur
hara, air dan ruang serta sinar matahari. Untuk pengendalian gulma secara kimia
dapat dilakukan dengan menggunakan bahan kimia yang disebut herbisida. Dengan
penggunaan herbisida dapat diperoleh bebrapa keuntungan yaitu waktu dan tenaga lebih sedikit,
kerusakan pada tanaman pokok lebih sedikit dibandingkan cara mekanik (Daud,
2008).
Menurut
Sriyani(2010) cara pengendalian gulma yang paling banyak dilakukan adalah
dengan penggunaan herbisida kimia, yang digolongkan menjadi organik atau anorganik.
Penggunaan herbisida moderen pertami kali yaitu herbisida 2,4-D sekitar tahun
1940an.
Herbisida 2,4 D dimetil amina dan kalium
MCPA, merupakan golongan fenoksi sedangkan herbisida dari golongan
isoksazolidin yaitu clomazon. Kalium
MCPA, 2,4 D dimetil amina, dan clomazon,
merupakan herbisida dengan persistensi rendah (Soerjandono,2005).
Herbisida berbahan aktif 2,4 D termasuk
dalam herbisida golongan Fenoksi. Nama kimia dari herbisida ini adalah
2,4-(Dichloriphenoxy) acetic acid. 2,4 D dalam dosis tinggi akan mengganggu
pembentukan lemak. 2,4 D cenderung lebih mematikan jika diaplikasikan pada
gulma berdaun lebar (Ashton dan Craft, 1981).
Herbisida 2,4-D atau 2,4- dikloro
fenoksi asam asetat merupakan salah satu herbisida untuk pembasmi gulma yang
efektif untuk jenis gulma yang berdaun lebar. Gulma yang mampu dibasmi misalnya
Limnocharis flava, Monochoria vaginalis, salvinia natans, Cyperus difformis.
Fimristys miliaceae, Scirpus juncoides di lahan sawah. Herbisida 2,4-D bersifat
sistemik, berbentuk kristal putih, tidak berbau dan mempunyai titik lebur 140,5
°C (Sofnie et al., 2000).
Pemakaian campuran herbisida dapat meningkatkan spektrum pengendalian dosis herbisida. Campuran herbisisda dengan bahan aktif glifosat akan mematikan gulma dengan jalan menghambat jalur biosintesa asam amino. Herbisida dengan bahan aktif 2,4-D akan menghambat pertumbuhan gulma dengan mempercepat respirasi, hal ini menyebabkan adanya ke dua bahan aktif dapat mempercepat kematian gulma. Cara kerja lain adalah dengan mengganggu keseimbangan produksi bahan-bahan kimia yang diperlukan tumbuhan (Moenandir, 1990).
Pemakaian campuran herbisida dapat meningkatkan spektrum pengendalian dosis herbisida. Campuran herbisisda dengan bahan aktif glifosat akan mematikan gulma dengan jalan menghambat jalur biosintesa asam amino. Herbisida dengan bahan aktif 2,4-D akan menghambat pertumbuhan gulma dengan mempercepat respirasi, hal ini menyebabkan adanya ke dua bahan aktif dapat mempercepat kematian gulma. Cara kerja lain adalah dengan mengganggu keseimbangan produksi bahan-bahan kimia yang diperlukan tumbuhan (Moenandir, 1990).
Herbisida klomazon merupakan herbisida
sistemik diberikan pre emergence pada permukaan tanah. Herbisida ini akan
diserap oleh akar tanaman dan ditranslokasikan ke atas dan tinggal di daun.
Herbisida ini memberikan efek penghambat pembentukan karotenoid, sehingga
menyebabkan pemutihan kloroplas. Herbisida klomazon dapat digunakan untuk
mengendalikan gulma golongan teki dan gulma daun lebar, sedangkan metribuzin
dapat digunakan untuk mengendalikan gulma golongan rumput dan daun lebar. Cara
kerja herbisida mertibuzin adalah mengganggu aktivitas fotosintesis
(Sastroutomo, 1990).
METODOLOGI
A.
Alat dan Bahan
Alat yang
digunakan dalam praktikum ini adalah meteran, plastic raffia, sprayer, nozel
kuning (0,5m), ember, gelas ukur
Bahan yang
digunakan adalah herbisida 2,4D merek dagang Tuwal, air,
B. Cara kerja
Praktikum ini dilakukan
dengan cara:
1. Pilih
lokasi dengan presentasi penutupan gulma pada permukaan tanah lebih dari 75%
serta didapat lebih dari 5 jenis gulma dengan kondis gulma yang cukup seragam.
2. Setiap
kelompok membuat petakan yang ditumbuhi gulma dengan luas 2x5 meter berjumlah 4
petak. Lokasi petakan yang dipilih
adalah terbuka dan tertutup. Setiap petakan di buat satu kontrol sebagai
pembanding.
3. Dilakukan
analisis gulma awal untuk menentukan peniaian tingkat penutupan masing-masing
jenis gulma serta dibuat peringkat dominansinya.
4. Dilakukan
kalibrasi sprayer sebelum aplikasi herbisida dengan metode luas yang dilakukan
oleh satu orang. Dosis yang digunakan adalah dosis nyang sesuai rekomendasi
yang tertera pada label herbisida yaitu
1,5 liter/ha atau 3 ml/20 m2 dengan volume semprot sebanyak 0,29
liter/20 m2. Untuk nozzel
yang digunakan adalah 0.5 m berwarna kuning.
5. Aplikasi
dilakukan setelah herbisida di campur dengan air sebanyak yang telah
dibutuhkan. Saetelah dimasukkan kedalam
sprayer maka tengki di pompa dengan tekanan maksimal. Herbisida lalu disemprotkan kedalam petakan
yang telah ditentukan.
6. Pengamatan
tingkat keracunan dilakukan sebanyak tiga kali pada hari ke tiga setelah
aplikasi (3HSA), kemudian satu minggu
setelah aplikasi (1MSA), dan peninilaian akhir yaitu dua minggu setelah
aplikasi (2MSA).
7. Pengamatan
dilakukan dengan membandingkan presentasi keracunan dan tingkat penutupan pada
masing petakan yang ternaungi dan terbuka dengan kontrolnya.
III. HASIL
PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A.
Data
Hasil
Pengamatan
Herbisida
yang digunakan berbahan aktif 2,4-D.
Dosis yang digunakan adalah 3 L/ha, dan petak yang disemprot luasannya
adalah 20 m2, sehingga herbisida yang digunakan untuk petak adalah
0,06 L.
Tabel 1. Data
Pengamatan Pada Petak Kontrol Ternaungi
No
|
Jenis Gulma
|
0 MSA
|
3 HSA
|
1 MSA
|
2
MSA2 minnggu 2 MSA
|
1
|
Asystasia gangetica
|
75
|
30
|
0
|
0
|
2
|
Cyperus rotundus
|
5
|
5
|
5
|
5
|
3
|
Cynodon dactylon
|
20
|
20
|
20
|
14
|
4
|
Ottochloa nodosa
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
Acalypha sp.
|
25
|
20
|
17,5
|
10
|
6
|
Axonopus compressus
|
1
|
1
|
1
|
1
|
Tabel 2. Hasil
Perhitungan Analisis SDR Untuk Tingkat Keracunn Gulma Pada
Petak
Ternaungi.
Jns
Gulma
|
Dominansi
|
KM
|
KN
|
FM
|
FN
|
NP
|
SDR
|
|||
Pengamatan
|
||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
|||||||
1
|
75
|
30
|
0
|
0
|
105
|
0.38
|
2
|
0.09
|
0.47
|
0.23
|
2
|
5
|
5
|
5
|
5
|
20
|
0.07
|
4
|
0.18
|
0.25
|
0.13
|
3
|
20
|
20
|
20
|
14
|
74
|
0.27
|
4
|
0.18
|
0.45
|
0.22
|
4
|
5
|
5
|
5
|
5
|
20
|
0.07
|
4
|
0.18
|
0.25
|
0.13
|
5
|
25
|
20
|
17,5
|
10
|
55
|
0.20
|
4
|
0.18
|
0.38
|
0.19
|
6
|
1
|
1
|
1
|
1
|
4
|
0.01
|
4
|
0.18
|
0.20
|
0.10
|
Total
|
131
|
81
|
31
|
35
|
278
|
1
|
22
|
1
|
2
|
1
|
Tabel 3. Data
Pengamatan Pada Petak Aplikasi Ternaungi
Jenis Gulma
|
0 MSA
|
3 HSA
|
1 MSA
|
2 MSA
|
Asystasia gangetica
|
0
|
80
|
100
|
100
|
Cyperus rotundus
|
0
|
0
|
0
|
0
|
Cynodon dactylon
|
0
|
20
|
30
|
65
|
Ottochloa nodosa
|
0
|
5
|
10
|
0
|
Acalypha sp.
|
0
|
20
|
30
|
50
|
Axonopus compressus
|
0
|
0
|
0
|
0
|
Tabel 4. Hasil
Perhitungan Analisis SDR Untuk Tingkat Keracunan Gulma Pada
Petak
Ternaungi.
Jns
Gulma
|
Dominansi
|
KM
|
KN
|
FM
|
FN
|
NP
|
SDR
|
|||
Pengamatan
|
||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
|||||||
1
|
0
|
80
|
100
|
100
|
280
|
0.55
|
3
|
0.27
|
0.82
|
0.41
|
2
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0.00
|
0
|
0.00
|
0.00
|
0.00
|
3
|
0
|
20
|
30
|
65
|
115
|
0.23
|
3
|
0.27
|
0.50
|
0.25
|
4
|
0
|
5
|
10
|
0
|
15
|
0.03
|
2
|
0.18
|
0.21
|
0.11
|
5
|
0
|
20
|
30
|
50
|
100
|
0.20
|
3
|
0.27
|
0.47
|
0.23
|
6
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
Total
|
0
|
125
|
170
|
215
|
510
|
1
|
11
|
1
|
2
|
1
|
Tabel 5. Data
Pengamatan Pada Petak Kontrol Terbuka
Jenis
Gulma
|
0 MSA
|
3 HSA
|
1 MSA
|
2 MSA
|
Asystasia gangetica
|
65
|
0
|
0
|
0
|
Cynodon dactilon
|
15
|
5
|
5
|
5
|
Setaria plicata
|
10
|
10
|
10
|
7,5
|
Axonopus compressus
|
5
|
5
|
5
|
5
|
Tali Putri
|
5
|
0
|
0
|
0
|
Tabel 6. Hasil
Perhitungan Analisis SDR Untuk Tingkat Keracunan Gulma Pada
Petak Kontrol
Terbuka
Jns
Gulma
|
Dominansi
|
KM
|
KN
|
FM
|
FN
|
NP
|
SDR
|
|||
Pengamatan
|
||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
|||||||
1
|
65
|
0
|
0
|
0
|
65
|
0.43
|
1
|
0.07
|
0.50
|
0.25
|
2
|
15
|
5
|
5
|
5
|
30
|
0.20
|
4
|
0.29
|
0.49
|
0.24
|
3
|
10
|
10
|
10
|
7,5
|
30
|
0.20
|
4
|
0.29
|
0.49
|
0.24
|
4
|
5
|
5
|
5
|
5
|
20
|
0.13
|
4
|
0.29
|
0.42
|
0.21
|
5
|
5
|
0
|
0
|
0
|
5
|
0.03
|
1
|
0.07
|
0.10
|
0.05
|
Total
|
100
|
20
|
20
|
10
|
150
|
1
|
14
|
1
|
2
|
1
|
Jenis Gulma
|
0 MSA
|
3 HSA
|
1 MSA
|
2 MSA
|
Asystasia gangetica
|
0
|
95
|
100
|
100
|
Cynodon dactilon
|
0
|
10
|
20
|
0
|
Setaria plicata
|
0
|
0
|
0
|
0
|
Axonopus compressus
|
0
|
55
|
10
|
5
|
Tali Putri
|
0
|
90
|
100
|
100
|
Tabel 7. Data
Pengamatan Pada Petak Terbuka
Tabel 8. Hasil
Perhitungan Analisis SDR Untuk Tingkat Keracunan Gulma Pada
Petak Kontrol
Terbuka
Jns
Gulma
|
Dominansi
|
KM
|
KN
|
FM
|
FN
|
NP
|
SDR
|
|||
Pengamatan
|
||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
|||||||
1
|
0
|
95
|
100
|
100
|
295
|
0.43
|
3
|
0.27
|
0.70
|
0.35
|
2
|
0
|
10
|
20
|
0
|
30
|
0.04
|
2
|
0.18
|
0.23
|
0.11
|
3
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0.00
|
0
|
0.00
|
0.00
|
0.00
|
4
|
0
|
55
|
10
|
5
|
70
|
0.10
|
3
|
0.27
|
0.37
|
0.19
|
5
|
0
|
90
|
100
|
100
|
290
|
0.42
|
3
|
0.27
|
0.70
|
0.35
|
Total
|
0
|
250
|
230
|
205
|
685
|
1
|
11
|
1
|
2
|
1
|
B. Pembahasan
Penggolongan herbisida berdasarkan cara kerja antara
lain dibedakan menjadi herbisida kontak dan
herbisida sistemik. Herbisida kontak adalah herbisida yang mematikan bagian gulma yang terkena
butiran-butiran semprot yang disemburkan, Herbisida
kontak dikenal juga sebagai caustic
herbicides, karena adanya efek bakar
yang terlihat, terutama pada konsentrasi tinggi pada bagian yang berhijau daun. Herbisida kontak hanya
mematikan bagian gulma yang terkena larutan, jadi
bagian gulma di bawah tanah seperti akar atau rimpang tidak terpengaruhi dan pada waktunya dapat tumbuh
kembali.
Herbisida sistemik adalah herbisida yang
ditranslokasikan dan berefek luas pada seluruh sistem tumbuhan. Herbisida sistemik efektif untuk
mengendalikan gulma tahunan (perennial
weed) dan dapat bersifat selektif maupun non selektif, dapat berspektrum pengendalian luas maupun sempit.
Gejala kematian gulma terlihat pada 2 – 4 minggu
setelah aplikasi. Contoh herbisida sistemik adalah 2,4-D, dan glifosat.
Sebagai
herbisida yang termasuk pasca tumbuh (post
emergence herbicides), 2,4-D
digunakan sesudah gulma dan tanaman pokoknya tumbuh. Herbisida disemprotkan pada daun gulma dan mematikannya. Translokasi merupakan faktor
penting untuk gulma dengan propagul dalam tanah (rhizome, umbi). Jika herbisida dapat ditranslokasikan maka penyemprotan di atas tajuk
dapat mematikan gulma sampai bagian jaringan yang berada di
dalam tanah. Translokasi berlangsung
melalui phloem (simplas), xylem (apoplas) dan ruang antar sel.
Herbisida 2,4-D adalah kelompok
herbisida yang merupakan kelompok Aryloxyalcanoic
Acid atau yang sering disebut sebagai kelompok fenoksi. Fenoksi merupakan kelompok
hormon tumbuhan sintetis dan bekerja seperti asam indol asetat (IAA), dan
bersifat sistemik.
I.
KESIMPULAN
Dari hasil praktikum dan
pen[k]ajian maka dapat disimpulkan bahawa:
1.
2.
3.
DAFTAR PUSTAKA
Barus, Emanuel. 2007. Pengendalian gulma diperkebunan, efektivitas dan efisiensi aplikasi
herbisida.Kanisius.Yogyakarta. Cetakan Ke-5
Daud, David.2008.Uji Efikasi Herbisida Glifosat, Sulfosat Dan
Paraquat Pada Systim Tanpa Olah Tanah (TOT) Jagung. Prosiding
Seminar Ilmiah Dan Pertemuan Tahunan Pei Pfi Xix Komisariat Daerah Sulawesi
Selatan. Hal 316-327.
Soerjandono, Noeriwan B. 2005.Teknik Pengendalian Gulma dengan Herbisida
Persistensi Rendah pada Tanaman Padi. Buletin Teknik Pertanian
Vol. 10, Nomor 1, 2005. 8 Hal.
Sriyani, Nanik.2010. Pengelolaan
Gulma dan Herbisida untuk Meningkatkan Produktivitas Lahan Pertanian secara
Berkelanjutan. Bandar Lampung. Universitas Lampung.
Yulianto, M.2010. Jenis Dan
Cara Kerja Herbisida. Sigenta. dalam http://www.scribd.com/doc/31396155/Mode-of-Action-Herbisida
diakses 29 Maret 2012
Ashton, F. M. and A.S. Crafts. 1981. Mode of Action of
Herbicides. John Willey and Son. New York.
Sastroutomo, S.S. 1990. Ekologi Gulma. PT. Gramedia. Pustaka Utama. Jakarta
Moenandir, J. 1990. Pengantar Ilmu Pengendalian Gulma.
Rajawali Press. Jakarta.
Sofnie M. Mulyadi. Idawati. 2000. Translokasi
herbisida 2,4-D-14C pada Tanaman Gulma dan Padi pada Sistem Persawahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar