DAFTAR ISI
BAGIAN
1
DAFTAR TABEL DAN GRAFIK
Daftar
Tabel
Hasil
pengukuran J1N1………….………………………………………………….. 11
Tanaman
jagung………………………………………………..……………………… 4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mata kuliah Dasar-dasar Agronomi adalah mata kuliah yang berisikan
prinsip-prinsip dasar pengusahaan tanaman, pengenalan faktor-faktor produksi
dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman. Kegiatan praktikum
diselenggarakan sebagai sarana untuk melengkapi dan mendukung pemahaman teori yang
diberikan dalam perkuliahan. Pemahaman meteri praktikum diharapkan dapat
dicapai melalui kegiatan di lapangan dan penelaahan bahan bacaan yang materinya
disusun sesuai dengan materi pokok perkuliahan
Praktikum lapangan Dasar-dasar Agronomi merupakan serangkaian kegiatan
di lapangan (kebun percobaan) yang berisikan materi identifikasi dan praktik
kegiatan budidaya tanaman. Melalui praktikum ini mahasiswa akan memperoleh
pengalaman empiris melakukan kegiatan mulai dari pengenalan tanaman,
prinsip-prinsip penggunaan sarana produksi (benih, pupuk, pestisida), penanaman
benih, pembibitan tanaman, pemeliharaan tanaman yang meliputi penyulaman,
penyiraman, pemupukan, pengendalian hama penyakit dan pengendalian gulma serta
pemanenan.
Selain itu
mahasiswa juga menghitung dan menganalisis penggunaan sarana produksi,
mengamati morfologi, pertumbuhan dan perkembangan tanaman serta mengamati dan
menghitung hasil panen, komponen hasil dan produktivitas tanaman. tanaman juga
memperoleh wawasan kegiatan budidaya sebagai salah satu subsistem dari sistem
agribisnis. Dan praktikum kali
ini, digunakan sistem monokultur yaitu jagung bersari bebas.
1.2 Tujuan
Tujuan dilakukannya praktikum “Monokultur Jagung“ adalah:
1.
Mengenal
pola tanam tunggal (monokultur).
2.
Mahasiswa
diharapkan memahami prinsip-prinsip dasar kegiatan budidaya.
3.
Mahasiswa dapat menentukan dan menghitung kebutuhan
sarana produksi seperti pupuk, benih, pestisida, dan alat-alat atau mesin
pertanian.
4.
Mahasiswa dapat menjelaskan fase-fase pertumbuhan dan
perkembangan tanaman, serta peranan faktor produksi dan tindakan budidaya
terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Tanaman Jagung
|

Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Zea
Spesies : Zea mays
Nama Binomial : Zea mays L

Jagung (Zea mays
L) adalah tanaman semusim dan termasuk jenis rumputan/graminae yang secara filogenetik menunjukkan
bahwa jagung (Zea mays ssp. mays) merupakan keturunan langsung
dari teosinte (Zea mays
ssp. parviglumis) mempunyai batang tunggal, meski terdapat kemungkinan
munculnya cabang anakan pada beberapa genotipe dan lingkungan tertentu. Istilah
teosinte sebenarnya digunakan untuk menggambarkan semua spesies dalam genus Zea, kecuali Zea
mays ssp. mays.
Jagung merupakan
tanaman
semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150
hari. Biji jagung kaya akan karbohidrat. Sebagian besar berada pada
endospermium. Kandungan karbohidrat dapat mencapai 80% dari seluruh bahan
kering biji. Karbohidrat dalam bentuk pati
umumnya berupa campuran amilosa
dan amilopektin.
Jagung manis tidak mampu
memproduksi
pati sehingga bijinya terasa
lebih manis ketika masih muda.
Tinggi tanaman jagung
sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya berketinggian antara 1m
sampai 3m, adavarietas yang dapat mencapai tinggi 6m. Tinggi tanaman biasa
diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum bunga jantan. Meskipun
beberapa varietas
dapat menghasilkan anakan (seperti padi), pada umumnya jagung tidak memiliki
kemampuan ini.


Jagung mempunyai akar serabut dengan
tiga macam akar, yaitu (a) akar seminal, (b) akar adventif, dan (c) akar kait
atau penyangga. Akar seminal adalah akar yang berkembang dari radikula dan
embrio. Akar adventif berkembang menjadi serabut akar tebal. Akar adventif
berperan dalam pengambilan air dan hara. Bobot total akar jagung terdiri atas
52% akar adventif seminal dan 48% akar nodal. Akar kait atau penyangga adalah
akar adventif yang muncul pada dua atau tiga buku di atas permukaan tanah.
Fungsi dari akar penyangga adalah menjaga tanaman agar tetap tegak dan
mengatasi rebah batang. Akar ini juga membantu penyerapan hara dan air.
Tanaman jagung mempunyai batang yang
tidak bercabang, berbentuk silindris, dan terdiri atas sejumlah ruas dan buku
ruas. Pada buku ruas terdapat tunas yang berkembang menjadi tongkol. Dua tunas
teratas berkembang menjadi tongkol yang produktif. Batang memiliki tiga
komponen jaringan utama, yaitu kulit (epidermis), jaringan pembuluh (bundles
vaskuler), dan pusat batang (pith).
Genotipe jagung yang mepunyai batang kuat memiliki lebih banyak lapisan
jaringan sklerenkim berdinding tebal di bawah epidermis batang dan sekeliling
bundles vaskuler.
Jagung disebut juga tanaman berumah satu
(monoeciuos) karena bunga jantan dan betinanya terdapat dalam satu tanaman.
Bunga betina, tongkol, muncul dari axillary apices tajuk. Bunga jantan (tassel)
berkembang dari titik tumbuh apikal di ujung tanaman. Rambut jagung (silk)
adalah pemanjangan dari saluran stylar ovary yang matang pada tongkol. Rambut
jagung tumbuh dengan panjang hingga 30,5 cm atau lebih sehingga keluar dari
ujung kelobot. Panjang rambut jagung bergantung pada panjang tongkol dan
kelobot. Penyerbukan pada jagung terjadi bila serbuk sari dari bunga jantan
menempel pada rambut tongkol. Setelah penyerbukan, warna rambut tongkol berubah
menjadi coklat dan kemudian kering.


Biji jagung disebut kariopsis, dinding
ovari atau perikarp menyatu dengan kulit biji atau testa, membentuk dinding
buah. Biji jagung terdiri atas tiga bagian utama, yaitu (a) pericarp, berupa
lapisan luar yang tipis, berfungsi mencegah embrio dari organisme pengganggu
dan kehilangan air; (b) endosperm, sebagai cadangan makanan, dan (c) embrio
(lembaga), sebagai miniatur tanaman yang terdiri atas plamule, akar radikal,
scutelum, dan koleoptil.
2.2 Manfaat Jagung
Jagung kaya akan lemak nabati sehingga sering diolah untuk
diambil minyaknya yang merupakan sumber asam lemak omega-6 yang bermanfaat
dalam proses pertumbuhan anak, menjaga kesehatan kulit, mencegah penyakit
jantung, dan stroke. Selain mengandung serat yang pentin untuk menurunkan kadar
kolesterol jagung juga kaya akan asam folat yang berperan menurunkan kadar
homosistein dalam pembuluh darah.
Jagung merupakan sumber thiamin (vitamin B1) yang sangat
penting bagi kesehatan sel otak dan fungsi kognitif sebab thiamin dibutuhkan
untuk membentuk acetylcholine yang berfungsi memaksimalkan komunikasi antar sel
otak dalam proses berpikir dan konsentrasi jika kadar zat ini menurun maka akan
menyebabkan pikun dan penyakit Alzheimer. Jagung juga mengandung asam
pentotenat (vitamin B5) yang berperan dalam proses metabolisme karbohidrat,
protein dan lemak untuk diubah menjadi energi.
2.3 Hama dan Penyakit Pada Tanaman Jagung
1. Hama
Ulat Pemotong
Gejala: tanaman terpotong beberapa cm diatas permukaan tanah, ditandai dengan
bekas gigitan pada batangnya, akibatnya tanaman yang masih muda roboh.
Penyebab: beberapa jenis ulat pemotong: Agrotis
ipsilon; Spodoptera litura,
penggerek batang jagung (Ostrinia
furnacalis), dan penggerek buah jagung (Helicoverpa
armigera). Pengendalian: (1) Tanam serentak atau pergiliran tanaman; (2)
cari dan bunuh ulat-ulat tersebut (biasanya terdapat di dalam tanah); (3)
Semprot PESTONA, VITURA atau VIREXI.
2. Penyakit
Penyakit
bulai (Downy mildew) Penyebab:
cendawan Peronosclerospora maydis dan P. javanica serta P. philippinensis,
merajalela pada suhu udara 270 C ke atas serta keadaan udara lembab. Gejala:
(1) umur 2-3 minggu daun runcing, kecil, kaku, pertumbuhan batang terhambat,
warna menguning, sisi bawah daun terdapat lapisan spora cendawan warna putih;
(2) umur 3-5 minggu mengalami gangguan pertumbuhan, daun berubah warna dari
bagian pangkal daun, tongkol berubah bentuk dan isi; (3) pada tanaman dewasa,
terdapat garis-garis kecoklatan pada daun tua. Pengendalian: (1) penanaman
menjelang atau awal musim penghujan; (2) pola tanam dan pola pergiliran
tanaman, penanaman varietas tahan; (3) cabut tanaman terserang dan
BAB III
BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum
Dasar-Dasar Agronomi ini dilaksanakan setiap satu minggu sekali di kebun
percobaan Leuwikopo yaitu setiap hari Rabu, mulai 1 September 2010 hingga
minggu ke-10 yang dilaksanakan pada hari Jum’at, 19 November 2010 karena
perubahan jadwal akibat libur nasional.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah
1.
Benih
Jagung varietas Bisma
2. Pupuk Urea (1125 gr)
3. Pupuk SP-18 (540 gr)
4. Pupuk KCl (450 gr)
5. Insektisida (Supracide 25 wp 12 gr)
6. Furadan
Peralatan yang
diperlukan berupa cangkul, kored, tali rafia, tugal, meteran, ember, dan
perlengkapan lain seperti label percobaan dan ajir contoh.
3.3 Pelaksanaan Penanaman
Perlakuan
dilakukan satu kali yaitu hanya pada varietas Bisma dengan populasi tanaman
sebanyak 444 tanaman/ha. Dosis pupuk yang digunakan sama untuk semua perlakuan
yaitu: Urea (1125 gr),
pupuk SP-18 (540 gr), KCl (450 gr). Semua jenis pupuk tersebut diaplikasikan
secara bersama-sama pada saat penanaman. Pada saat 4 MST juga diaplikasikan
Urea dengan dosis 1125 gr. Ukuran petakan lahan 10 m x 7,5 m dan jarak tanam 80
cm x 20 cm.
3.3.1
Penanaman
1.
Penentuan jarak tanam
tanaman dalam baris dan jumlah baris (80x20) dengan menggunakan tali rafia yang
sudah ditentukan batas tanamnya yang sudah dipasang ajir patok untuk setiap
ujung tali dan di patok pada lahan yang tersedia.
2.
Menugal tanah dengan
jarak 80 cm antar baris dan 20 cm dalam baris.
3.
Mengisi benih jagung
satu benuh perlubang dan sejumput furadan setiap lubangnya.
4.
Membuat alur pupuk pada
jarak 7 cm sebelah selatan alur tanaman (kecuali yang terakhir, alur pupuk
berada disebelah utara).
5.
Mengaduk pupuk SP-18
540 gr, Urea 1125 gr, KCl 450 gr secara merata dan bagi menjadi 12 bagian.
6.
Menabur pupuk pada alur
yang telah disediakan.
7.
Menutup lubang pupuk
dan lubang benih.
8.
Pasan etiket petak yang
tepat.
9.
Siramkan
air secukupnya, hingga lembab, pada barisan tanam (apabila pada saat tanam
tidak ada hujan atau tanah kering).
3.3.2
Pemeliharaan
1.
Penyulaman dilakukan
pada umur 1 MST setelah dilakukan pengamatan daya kecambah.
2.
Menghitung daya tumbuh
tanaman untuk semua populasi (375 tanaman)
3.
Menyiangi gulma yang
tumbuh dekat barisan-barisan tanaman dan diantara barisan tanaman.
4.
Pada saat 3 MST,
memilih 10 tanaman sampel dengan memilih secara acak dan mengukur tinggi serta
menghitung jumlah daun tanaman.
5.
Pada 4 MST, dilakukan
pemupukan nitrogen pada dua varietas jagung.
6.
Penyiangan gulma yang
tumbuh dekat barisan tanaman dan diantara tanaman.
7.
Pemupukan (Urea) dengan
dosis 1125 gr dengan membuat alur disamping barisan tanam pada sisi yang
berbeda dengan alur pemupukan sewaktu penanaman.
8.
Membunuh ulat yang
mengganggu tanaman.
9.
Penyiangan
dan penggemburan tanah; lakukan penyiangan pada gulma yang tumbuh dekat barisan
tanam dan di antarbarisan tanaman sekaligus untuk menggemburkan tanah, secara
manual dengan cangkul atau kored. Usahakan gulma dicabut sampai perakarannya.
10.
Pengendalian
hama penyakit; lakukan penyemprotan insektisida dan fungisia jika diperlukan,
sesuai dosis dan volume semprot anjuran yang tertera pada label.
11.
Pemasukan
dan pembuangan air; bila tanah terlalu kering bagi tanaman, alirkan air masuk
ke dalam petakan; sebaliknya, apabila curah hujan tinggi perbaiki saluran air
sekeliling petakan sehingga pembuangan air lancar.
3.3.3
Pengamatan
Selama pertumbuhan sampai panen jagung, lakukan
pengamatan terhadap hal-hal berikut:
3.3.3.1
Pertumbuhan
1.
Pada saat 3 MST
hitunglah jumlah benih yang tumbuh dari seluruh lubang tanam, kemudian
persentasikan terhadap seluruh jumlah benih yang ditanam.
2.
Ambilah 10 tanaman
contoh secara acak yang mewakili seluruh petakan (jangan ambil dari tanaman
pinggir). Amati tanaman contoh tersebut setiap minggunya dengan pengamatan sebagai berikut:




3.
Saat 8 MST, amati
apakah muncul bunga dan tongkol pada setiap tanaman contoh.
4.
Amati dan tentukan
jenis hama penyakit yang menyerang tanaman.
3.3.3.2
Komponen
Produksi

a. Bobot
akar, dengan mencuci akar per tanaman agar tanahnya tidak ikut.
b. Bobot
batang yang sudah di pisahkan dari akar dan jagungnya.
c. Bobot
tongkol jagung yang masih berkelobot.
d. Bobot
tongkol jagung yang sudah di pisahkan dar kelobotnya dengan ketentuan siap
dipasarkan, tanpa kelobot, lingkar tongkol, panjang tongkol, panjang tongkol
berbiji.
e. Lingkar
batang yang paling
besar dari setiap tanaman.
f. Hitung
rata-rata dari semua ketentuan tanaman contoh.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Hasil
Pengamatan J1N1 (Varietas hibrida dengan dosis 90 kg N Ha-1)
Dari perhitungan daya tumbuh, diketahui besar daya
tumbuh jagung pada perlakuan ini adalah 89,65%. ILD
tanaman J1N1 sebesar 1,039.
Data tinggi rata-rata dan jumlah
daun rata-rata pada 10 tanaman contoh untuk minggu pertama dan kedua tidak ada
disebabkan oleh pengambilan tanaman contoh pada minggu ketiga setelah tanam. Data hasil percobaannya
diperlihatkan pada Tabel 1. Adapun
produktivitas jagung dengan perlakuan J1N1 adalah 9,96 ton/Ha
Tabel 1. Hasil Pengukuran Tanaman J1N1
MST
|
Tinggi (cm)
|
Daun (Helai)
|
1
|
-
|
-
|
2
|
-
|
-
|
3
|
33.5
|
5.0
|
4
|
81.0
|
5.8
|
5
|
114.0
|
8.3
|
6
|
102.7
|
3.1
|
7
|
171.4
|
6.4
|
8
|
208.6
|
9.9
|
9
|
226.0
|
11.6
|
10
|
226.0
|
11.6
|
4.1.2 Hasil
Pengamatan J1N2(Varietas hibrida dengan dosis 135 kg N Ha-1)
Dari
perhitungan daya tumbuh, diketahui besar daya tumbuh jagung pada perlakuan ini
adalah 89%.
ILD
tanaman J1N2 adalah 2,99. Produktivitas
jagung dengan perlakuan J1N2 adalah 7,54 ton/Ha. Adapun
data hasil percobaan pada jagung dengan perlakuan J1N2
diperlihatkan pada tabel 2.
Tabel 2. Hasil Pengukuran Tanaman J1N2
MST
|
Tinggi (cm)
|
Daun (Helai)
|
1
|
-
|
-
|
2
|
-
|
-
|
3
|
51.2
|
5.1
|
4
|
81.2
|
6.5
|
5
|
124.2
|
7.1
|
6
|
162.6
|
6
|
7
|
198.3
|
8.1
|
8
|
233.9
|
12.6
|
9
|
243.1
|
13
|
10
|
245.3
|
12.5
|
4.1.3 Hasil
Pengamatan J2N1 (Varietas Bisma dengan
dosis 90 kg N Ha-1)
Dari
perhitungan daya tumbuh, diketahui besar daya tumbuh jagung pada perlakuan ini
adalah 92,38%. ILD tanaman J2N1 adalah 2,59. Data hasil percobaan jagung pada
perlakuan J2N1 diperlihatkan pada tabel 3. Adapun produktivitasnya adalah
sebesar 6,5 ton/ha.
Tabel 3. Hasil Pengukuran Tanaman J2N1
MST
|
Tinggi (cm)
|
Daun (Helai)
|
1
|
-
|
-
|
2
|
-
|
-
|
3
|
42.98
|
4.1
|
4
|
70.2
|
4.7
|
5
|
96.65
|
5.5
|
6
|
135.15
|
5.7
|
7
|
169.4
|
6.1
|
8
|
188.6
|
8.6
|
9
|
205.5
|
10.6
|
10
|
215.5
|
11.5
|
4.1.4 Hasil
Pengamatan J2N2(Varietas Bisma dengan dosis 135 kg N Ha-1)
Dari perhitungan daya tumbuh, diketahui besar daya tumbuh jagung pada
perlakuan ini adalah 84.46%. Data percobaan jagung bersari bebas perlakuan J2N2 disajikan dalam tabel 4.
Tabel 4. Hasil Pengukuran Tanaman J2N2
MST
|
Tinggi (cm)
|
Daun (Helai)
|
1
|
-
|
-
|
2
|
-
|
-
|
3
|
40.45
|
4.3
|
4
|
62.9
|
5.7
|
5
|
119.4
|
5.7
|
6
|
131.7
|
6
|
7
|
161.7
|
7.3
|
8
|
192.4
|
9.1
|
9
|
209.7
|
11
|
10
|
212.7
|
10.2
|
Pada MST ke 3 dilakukan pengukuran
daya tumbuh, perhitungannya sebagai berikut:
·
Daya tumbuh = 375/444 x 100% = 84.46%
Pada MST ke 6 dilakukan pengukuran
indeks luas daun (ILD), perhitungannya sebagai berikut:
·
Massa kertas (20x20)
= 2.54 gram

Massa
jiplakan daun = 28.35 gram
Luas daun
satu batang = 28.35/2.54 x 400 

=
4464.57 

·
ILD =
Luas daun satu batang/ (80x20) 

= 4464.57
/ 1600 


= 2.79
Adapun
produktivitas jagung dengan perlakuan J2N2 adalah 6,27 ton/Ha.
4.2 Pembahasan
Pada percobaan ini dipakai dua varietas berbeda yaitu jagung hibrida yang
diberi perlakuan J1N1 dan J1N2 serta Bisma (jagung bersari bebas) yang diberi
perlakuan J2N1 dan J2N2 dengan jarak tanam 80 x 20 cm. Penanaman dilakukan pada
lahan seluas 10 m x 7,5 m untuk masing-masing perlakuan dan ditanam 1 biji per
lubang sehingga berdasarkan teori kebutuhan benih pada masing-masing perlakuan
adalah :
Kebutuhan benih = luas lahan
/ jarak tanam
= (10 x 7,5) 10000 cm2 / 80 x 20 cm2
= 469 benih
Namun, pada kenyataannya hanya dibutuhkan 444 benih karena pada lahan
tersebut hanya terdapat 12 baris tanaman dengan 37 tanaman tiap baris.
Saat berkecambah, kotiledon dari biji jagung tidak keluar dari dalam tanah
bersama dengan daun baru yang muncul. Tipe perkecambahan semacam ini sering
disebut dengan tipe perkecambahan hipogeal. Pada saat perkecambahan (tanaman
berumur 1 MST) terdapat perbedaan daya tumbuh antara masing-masing perlakuan.
Hal ini dapat dilihat pada grafik 1.1. Dari grafik ini terlihat bahwa daya
tumbuh dari J1N1, J1N2, J2N1, dan J2N2 secara berurutan adalah 89.65%,
89%, 92.38%, dan 84.46%.


|
Gambar 1.4 Grafik Daya Tumbuh
Pada jagung hibrida memiliki rata-rata daya tumbuh lebih besar daripada
varietas Bisma. Hal ini dapat terjadi karena kualitas atau daya berkecambah
dari masing-masing varietas berbeda-beda. Kondisi lahan yang berbeda pun turut
mempengaruhi daya tumbuh benih dari masing-masing perlakuan. Misalnya saja
terdapat lahan yang tergenangi air saat jagung ditanam. Hal ini menyebabkan
biji jagung tidak berkecambah, namun busuk di dalam tanah. Faktor lainnya
adalah jagung ditanam terlalu dalam atau benih jagung dimakan serangga akibat
terlewat saat pemberian Furadan.
Pada saat tanaman mulai berusia 3 MST dilakukan pengukuran terhadap tinggi
tanaman dan daun tanaman untuk
mengetahui pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Siklus hidup pada setiap
tanaman dibagi menjadi 2 fase yaitu fase vegetatif dan reproduktif. Pada fase
vegetatif sebagian besar karbohidrat yang dihasilkan oleh tanaman dari hasil
fotosintesis digunakan untuk pembelahan, perpanjangan, dan deferensiasi sel
sehingga terjadi pertumbuhan. Sedangkan pada fase reproduktif tidak terjadi
pertumbuhan pada tanaman karena sebagian besar karbohidrat hasil fotosintesis
ditimbun (disimpan) dalam tubuh tanaman. Hasil dari pengukuran terhadap tinggi,
dan jumlah daun rata-rata tanaman contoh pada masing-masing perlakuan dapat
dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Tinggi dan jumlah daun rata-rata
tanaman contoh
Perlakuan
|
Tinggi Tanaman (cm)
|
∑ Daun
|
||||||
3
|
5
|
7
|
9
|
3
|
5
|
7
|
9
|
|
J1N1
|
33.5
|
114.0
|
171.4
|
226
|
5.0
|
8.3
|
6.4
|
11.6
|
J1N2
|
51.2
|
124.2
|
198.3
|
243.1
|
5.1
|
7.1
|
81
|
13
|
J2N1
|
42.98
|
96.65
|
169.4
|
205.5
|
4.1
|
5.5
|
6.1
|
10.6
|
J2N2
|
40.45
|
119.4
|
161.7
|
209.7
|
4.3
|
5.7
|
7.3
|
11
|
Fase reproduktif ini ditandai dengan pembentukan dan perkembangan kuncup
bunga, buah, dan biji atau pada pembesaran dan pendewasaan struktur penyimpanan
makanan, akar-akar, dan batang yang berdaging, termasuk juga biji pada jagung. Bunga muncul sebanyak ± 60 % pada 8
MST, begitu pula dengan buah yang muncul sebanyak 40 % setelah 8 MST.
Pemupukan pada jagung dilakukan sebanyak 2 kali yaitu saat penanaman dan
saat tanaman berusia 4 MST. Pada saat jagung di tanam, pupuk langsung diberikan
di samping barisan tanaman. Pupuk
yang diberikan antara lain :
1.
Urea
Urea diberikan dengan dosis yang berbeda pada setiap perlakuan yaitu 90 kg
N Ha-1 pada perlakuan J1N1 dan J2N1 serta 135 kg N Ha-1 pada
perlakuan J1N2 dan J2N2. Pengaruh dari unsur nitrogen terhadap tanaman adalah
merangsang pertumbuhan. Urea yang diberikan dalam percobaan ini adalah urea
dalam bentuk kristal. Karakter dari urea adalah cepat menghilang baik melalui
pencucian dalam bentuk ion nitrat (NO3-), penguapan,
denitrifikasi, maupun terkena erosi. Untuk mengurangi penguapan urea ke
atmosfer, pemberian urea dilakukan dengan cara dibenamkan dalam tanah. Pemupukan kedua dilakukan pada saat tanaman berusia 4
MST.
2.
SP-18
(18% P2O5)
Unsur makro yang didapat dari pupuk ini adalah fosfor (P) yang berperan
dalam pembelahan sel; pembentukan bunga, buah, dan biji; mempercepat
pematangan; memperkuat batang; perkembangan akar; serta berperan dalam transfer
energi.
Dalam tanah masam banyak unsur P baik yang telah berada di dalam tanah
maupun yang diberikan ke tanah sebagai
pupuk. Karena P mudah difiksasi maka pemberian pupuk P tidak disebarkan tetapi
diberikan dalam larikan agar kontak dengan tanah seminimum mungkin sehingga
kemungkinan fiksasi P oleh Al dan Fe dapat dikurangi. Dosis SP-18 yang diberikan untuk petakan seluas 10
m x 7,5 m dibutuhkan 540 gr SP-18.
3.
KCL
Unsur makro yang didapatkan adalah kalium (K) yang berperan dalam pembentukan pati, pengaktifan enzim, pengaturan stomata,
berperan dalam proses fisiologis dan metabolik sel serta berperan dalam
perkembangan akar. Dosis pupuk KCL yang diberikan adalah untuk luasan 10 m x
7,5 m adalah sebanyak 450 gr KCL.
Beberapa gangguan baik berupa penyakit ataupun hama yang mengganggu
pertumbuhan tanaman jagung pada
percobaan kami antara lain serangan hama(ulat, belalang, rayap, dan kutu daun)
dan gejala kekurangan fosfor . Serangan
hama dicegah dengan penyemprotan insektisida Supracide 25 wp 12 gr yang
disemprotkan pada tanaman saat berumur 6 MST.
Pada percobaan
ini dilakukan pula pengukuran terhadap ILD (Indeks Luas Daun) dari
masing-masing populasi. Besarnya ILD ini menunjukkan seberapa besar cahaya yang
ditangkap oleh daun melalui klorofil. Semakin tinggi luas daunnya, maka akan
semakin banyak cahaya yang ditangkapnya maka semakin efisien pula proses fotosintesisnya. Fotosintesis dikatakan efisien jika hasil fotosintesis
lebih besar dari pada energi yang diperlukan untuk respirasi. Pada tanaman
jagung, fotosintat akan sebagian disimpan pada biji. Oleh karena itu ILD juga
akan berpengaruh terhadap banyaknya hasil produksi yang diperoleh. ILD dapat
dihitung dengan rumus:
ILD = luas daun / luas lahan yang
ditutupi atau
ILD = (luas daun x populasi) / luas lahan

Indeks
Luas Daun
|

Gambar 1.5 Grafik Indeks Luas Daun
Dari grafik tersebut terlihat bahwa pada perlakuan J1N1 dan J1N2, indeks
luas daunnya lebih besar J1N2 daripada J1N1 meskipun varietas tanamannya sama.
Hal ini terjadi karena perbedaan dosis pupuk yaitu 90 kg N/ha untuk J1N1 dan
135 kg N/ha untuk J1N2. Pemberian pupuk akan berpengaruh terhadap pembentukan
daun yang akan meningkatkan ILD. Begitu pula yang terjadi pada perlakuan J2N1
dan J2N2, akibat dosis pupuk yang digunakan lebih banyak dan dapat lebih
mencukupi kebutuhan zat hara tanaman, ILD J2N2 lebih besar daripada J2N1.
Pemanenan
jagung dilakukan pada umur tanaman 11 MST. Hasil
panen jagung dari percobaan ini
dapat dilihat pada tabel sebagai berikut
Perlakuan
|
Hasil panen total
(ton/ha)
|
J1N1
J1N2
J2N1
J2N2
|
9.96
7.54
6.5
6.27
|
Berdasarkan tabel diketahui bahwa panen terbesar
adalah panen jagung dengan perlakuan J1N1 baru kemudian disusul oleh J1N2,
J2N1, dan J2N2. Tingginya produktivitas pada J1N1 merupakan identifikasi bahwa
fotosintesis pada tanaman dengan perlakuan ini berjalan sangat efisien karena
dengan ILD yang paling sedikit, J1N1 dapat memperoleh jumlah hasil panen yang
lebih besar daripada yang lain.
BAB V
KESIMPULAN
Dalam
sistem budidaya tanaman terdapat 2 sistem yaitu sistem monokultur dan sistem
heterokultur. Budidaya tanaman jagung yang kami praktikkan termasuk budidaya
dengan sistem monokultur karena dalam satu lahan hanya ada satu jenis tanaman
budidaya. Pembudidayaan tanaman jagung meliputi kegiatan penanaman, perawatan,
hingga pemanenan. Untuk mendapatkan produktivitas yang maksimal dan menghindari
gagal panen akibat serangan hama dan penyakit, maka digunakanlah pupuk dan
pestisida.
Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa dosis
pemupukan sangat berpengaruh terhadap produktivitas jagung. Semakin banyak
pupuk yang diberikan semakin terpenuhilah kebutuhan nutrisi tanaman. Namun,
tanaman juga mempunyai batas maksimum penyerapan unsur hara sehingga pemupukan
yang terlalu banyak akan berakibat pada penurunan produktivitas tanaman.
Terlihat dari hasil pengamatan, pembudidayaan dengan dosis pupuk 135 kg N/ha
menghasilkan panen yang lebih banyak daripada pembudidayaan dengan
dosis pupuk 90 kg N/ha.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah
negara agraris. Berdasarkan data BPS tahun 2003, luas lahan pertanian Indonesia
mencapai 196 juta ha yang terbagi
menjadi beberapa sektor antara lain pertanian sawah dan perkebunan. Terdapat
aneka jenis tanaman perkebunan yang dikembangkan di Indonesia mulai dari
tanaman yang dimanfaatkan daunnya, buahnya, hingga getah dan kayunya. Contoh
tanaman yang dimanfaatkan daunnya adalah teh, yang dimanfaatkan buahnya adalah
kopi dan kakao, yang dimanfaatkan getahnya adalah karet dan lain sebagainya.
Agar
pertanian Indonesia maju maka kita juga harus mengembangkan sektor perkebunan.
Langkah awal yang dapat dilakukan adalah dengan mempelajari tanaman-tanaman
perkebunan tersebut termasuk karakteristik, habitat, dan teknik budidayanya
1.2 Tujuan
Adapun
tujuan dari kegiatan identifikasi tanaman perkebunan antara lain untuk mengetahui
jenis dan karakteristik tanaman perkebunan serta mengetahui teknik budidaya dan
manfaat dari setiap jenis tanaman perkebunan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Karet (Hevea brasiliensis)


Pada
kulit batang yang berwarna coklat, terdapat jaringan parenkim yang berfungsi
sebagai tempat cadangan makanan. Jaringan ini terdiri dari rentetan sel yang
berbentuk pipa memanjang yang berisi lateks yakni getah karet cair yang
berwarna putih susu. Pemanenan karet dilakukan dengan menyayat kulit batang
karet dari kiri atas ke kanan bawah dan hanya boleh dilakukan setelah tanaman
mencapai syarat lilit batang yaitu 45 cm pada ketinggian 130 cm dari permukaan
tanah. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, penyadapan harus dilakukan di
pagi hari.
2.2 Teh (Camellia sinensis)


Terdapat dua
jenis pucuk yaitu pucuk peko dan pucuk burung. Akan tetapi yang dapat dimanfaatkan
hanya pucuk peko. Banyaknya pucuk burung menandakan bahwa tanaman teh tersebut
tidak tumbuh dengan baik.
2.3 Kakao (Theobroma cacao)


2.4 Kopi

Untuk
mempermudah pemeliharaan dan pemanenan, tanaman perlu dilakukan pemangkasan.
Perkembangbiakan tanaman kopi secara generatif menggunakan biji, sedangkan
secara vegetatif menggunakan teknik menyambung dan setek batang.
2.5 Kelapa (Cocos nucifera)


Adapun
jenis kelapa yang paling menguntungkan adalah jenis hibrida yang merupakan
hasil persilangan kelapa dalam dan kelapa genjah sehingga mempunyai
karakteristik sama dengan kelapa genjah tetapi berbatang pendek.
2.6 Kelapa Sawit (Elaeis guineensis)
Kelapa sawit, tanaman perkebunan yang dimanfaakan buahnya untuk dijadikan
bahan baku minyak nabati. Kelapa sawit ditanam dengan jarak tanam berupa
segitiga samasisi 9x9x9 meter. Minyak nabati yang dihasilkan berupa
minyak sawit mentah (Crude
Palm Oil) dan minyak inti sawit(Palm
Kernel Oil). Buah kelapa sawit yang siap dipanen adalah tandan buah yang
sudah berwarna merah. Pada umumnya tanaman kelapa sawit dapat menghasilkan 5
kg/TBS. Pemanenan buah segar dilakukan dengan cara
didodos dan diegrek.


BAB III
KESIMPULAN
Sektor
perkebunan termasuk sektor yang menunjang pertanian Indonesia. Beberapa jenis
tanaman perkebunan yang telah banyak dikembangkan di Indonesia antara lain:
teh, kopi, kakao, karet, kelapa, dan kelapa sawit. Masing-masing mempunyai
karakteristik dan teknik budidaya yang berbeda seperti yang telah disebutkan
dalam pembahasan.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman
hortikultura merupakan tanaman yang berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia.
Selain itu, tanaman ini juga banyak diminati dan mempunyai prospek yang tinggi.
Untuk lebih mengenal tanaman hortikultura, maka dilakukan identifikasi tanaman
hortikultura yang dilakukan di Cikarawang. Tanaman hortikultura yang dibudidayakan
disana terdiri atas tanaman sayuran dan buah-buahan. Tanaman sayuran yang dapat dilihat antara lain sawi, kangkung,
caisin, kailan, terung, selada. Tanaman buah yang dapat dilihat adalah jambu
kristal, srikaya, jujube dan buah naga. Identifikasi tanaman yang dilakukan
meliputi karakteristik, penanaman dan panen.
1.2 Tujuan
Tujuan
dari identifikasi tanaman hortikultura antara lain untuk mengetahui jenis dan
karakteristik tanaman hortikultura. Selain itu, untuk mengetahui teknik
budidaya mulai penanaman hingga panen dari macam-macam tanaman hortikultura.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Ubi Jalar (Ipomea batatas)


2.2 Kangkung (Ipomoea reptans)


2.3 Sawi (Brassica juncea)


2.4 Caisin (Brassica rapa cv. caisin)


2.5 Kailan (Brassica oleraceae sp.)


2.6 Jambu Kristal (Psidium guajava L.)


2.7 Selada (Lactuca sativa L.)


2.8 Kucai (Allium Schoenoprasum L.)
Kucai
dikenal
sebagai sayuran
daun. Kucai berdaun pipih dan
bunganya berwarna putih.
Jarak tanam kucai
30 cm x 50 cm. Panen kucai dilakukan 50
-60 hari setelah tanam.
2.9 Pare putih (Momordica charantia L.)
Pare
putih disebut juga pare gajih. Bentuk buahnya panjang dengan ukuran 30-50 cm
dan diameter 3-7 cm, berat rata-rata 200-500 gram per buah.pare ditanam di
guludan dengan ukuran 1.5x30 cm tinggi 30 cm dan jarak antar bedengan 40-60 cm.
Jarak tanam yang dipakai adalah 0.75x0.75 m atau 1x1 m. Panen pertama dilakukan
2 bulan setelah tanam atau 2 MST, berikutnya 1-2 minggu sekali.
2.10 Tomat cery (Lycopersicon esculentum)


2.11 Terong


2. 12 Jujube
Jujube biasa dikenal sebagai Apel
Putsa atau Pussa. Bentuk,
ukuran dan warnanya seperti buah apel malang hijau atau buah tomat muda. Ukuran buah dapat mencapai ukuran
kepalan tangan balita. Daging
buahnya seperti apel biasa
dengan
tekstur halus dan mengandung lebih banyak air. Rasanya manis dan menyegarkan dengan
sedikit kandungan gula. Setelah berumur 4-6
bulan, jujube
biasanya
sudah dapat dinikmati. Buah yang matang berwarna hijau tua atau hijau
kekuningan.


2.13 Buah Naga (Hylocereus undatus)


2.14 Srikaya (Annona squamosa)


BAB III
KESIMPULAN
Tanaman
hortikutura dapat menjadi potensi besar bagi Indonesia dalam mengembangkan
pertanian. Tanaman hortikutura yang telah dikembangkan adalah tanaman sayur,
contohnya sawi, kangkung, selada, kailan, caisin, pare, dan tanaman buah-buahan,
contohnya jambu kristal, jujube, buah naga, srikaya. Tanaman-tanaman tersebut
memiliki karakter, penanaman hingga masa panen yang bermacam-macam.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Wadah
tanam memiliki 2 fungsi umum yaitu sabagai tempat penanaman sampai tanaman
dewasa dan berproduksi, serta untuk pembesaran bibit sebelum tanaman dipindahkan
ke lapangan (kebun, taman, rumah kaca, bedengan). Jika ditinjau dari cara
penanamannya, wadah tanam dapat dibedakan menjadi wadah untuk tanaman
berkelompok dan wadah untuk penanaman individu. Wadah tanaman dapat dibuat dari
berbagai macam bahan seperti logam, kayu, gerabah, porselen, maupun plastik.
Wadah tanam dari pot dapat berupa pot maupun cukup berupa kantung.
Penanaman
dalam wadah mengakibatkan sulit terjadi infiltrasi air tanah, sehingga air
merupakan faktor utama yang harus dikelola. Dengan demikian air harus diberikan
secara teratur sehingga tanaman tidak mengalami kekurangan air. Air yang
diberikan dapat dicampur dengan zat hara (fertigasi). Namun demikian zat hara
dapat pula diberikan langsung dengan cara dicampurkan pada waktu pengisian media
tanam maupun diberikan secara berkala ke dalam media.
1.2 Tujuan
Tujuan
dari budidaya tanaman dalam wadah antara lain
1.
Dapat melakukan
budidaya dalam wadah
2.
Dapat menentukan
darana produksi yang dibutuhkan: ukuran wadah, kondisi bahan tanaman, jenis dan
dosis serta konsentrasi pupuk
BAB II
BAHAN DAN METODE
2.1 Waktu dan Tempat
Praktikum
budidaya dalam wadah dilaksanakan pada Rabu, 6 Oktober 2010 di Kebun Percobaan
Cikabayan. Sedangkan pengamatan terhadap pertumbuhan tanaman dilakukan pada
Rabu, 10 November 2010.
2.2 Bahan dan Alat
Bahan
yang digunakan antara lain biji buah pepaya (Papaya carica L.) sebanyak 20 biji, biji buah lengkeng 10 buah,
biji buah jeruk manis 10 biji, biji albasia kecil 20 biji, biji albasia buto 10
biji, tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1, dan air. Adapun alat
yang digunakan adalah cangkul, ember dan polybag.
2.3 Metode Pelaksanaan
1.
Setiap kelompok
akan menanam 5 jenis tanaman dan masing-masing tanaman 10 polybag sehingga total polybag yang
dibutuhkan adalah 50 buah.
2.
Tanaman yang
ditanam antara lain pepaya, lengkeng, jeruk manis, albisia kecil dan albisia
buto.
3.
Campurkan media
tanam yaitu tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan volume 1:1.
4.
Isikan campuran
media ke dalam polybag hingga penuh. Karena polybag telah berlubang, maka tidak
perlu dilubangi lagi. Pastikan bagian bawah polybag rata sehingga polybag dapat
berdiri tegak dan tidak mudah roboh.
5.
Susun polybag di
bawah naungan secara teratur sehingga mudah dihitung.
6.
Tanam benih
didalam polybag dengan kedalaman 1-2 cm. Masing-masing polybag berisi 1 benih
tanaman kecuali untuk tanaman pepaya dan albasia kecil. Yaitu masing-masing
polybag ditanam 2 benih.
7.
Siram polybag
hingga cukup basah.
8.
Setelah 5
minggu, lakukan pengamatan terhadap pertumbuhan tanaman.
BAB III
PEMBAHASAN
Budidaya
dalam wadah dilakukan dengan menanam beberapa jenis tanaman buah dan tanaman
penghijauan. Tanaman buah yang ditanam antara lain pepaya, jeruk manis dan
lengkeng. Tanamn penghijauan yang ditanam adalah albisia kecil dan albisia
buto. Semua tanaman yang ditanam dalam polybag merupakan tanaman yang
menggunakan wadah tanam hanya sebagai media pembibitan. Setelah bibit dirasa
cukup besar, maka tanaman akan dipindahkan ke lapangan.
Berikut
merupakan hasil daya tumbuh kelima tanaman yang ditanam setelah 5 minggu.
Tabel 7. Daya tumbuh budidaya
dalam wadah
Jenis Tanaman
|
Jumlah tanaman yang tumbuh
|
Total tanaman yang ditanam
|
Daya Tumbuh
|
Lengkeng
|
2
|
10
|
20%
|
Albasia buto
|
1
|
10
|
10%
|
Albasia kecil
|
3
|
20
|
15%
|
Jeruk manis
|
4
|
10
|
40%
|
Pepaya
|
19
|
20
|
95%
|
Dari data,
diketahui bahwa pepaya merupakan tanaman yang memiliki daya tumbuh tertinggi
yaitu 95%. Sedangkan tanaman lain daya tumbuhnya tidak mencapai 50%. Meski
telah ditanam dalam wadah tanam, ternyata biji yang ditanam tidak semuanya
tumbuh. Kecilnya daya tumbuh ini dapat disebabkan oleh tidak adanya perawatan
terhadap tanaman. Selama 5 minggu, tanaman tidak pernah disiram maupun disiangi
gulmanya. Tanaman hanya disiangi saat akan dihitung daya tumbuhnya. Selain itu,
faktor lain yang dapat menyebabkan daya tumbuh yang kecil adalah kurang baiknya
biji yang digunakan sebagai benih. Seperti lengkeng dan jeruk, biji yang
digunakan adalah biji yang baru saja diambil dari buahnya beberapa saat sebelum
ditanam tanpa dicuci dahulu. Sehingga masih ada lendir yang menempel pada
tanaman. Sedangkan biji albasia buto dan albasia kecil telah cukup lama
disimpan. Sehingga memungkinkan daya tumbuhnya telah berkurang.
Seharusnya,
penggunaan wadah tanam sebagai media pembesaran bibit efektif untuk
meningkatkan daya tumbuh tanaman dan melindungi tanaman dari bahaya luar. Namun
tidak demikian jika tidak dirawat dengan baik. Benih yang diharapkan memiliki
daya tumbuh yang baik akan memiliki daya tumbuh yang kecil jika tidak dirawat
dengan baik.
BAB IV
KESIMPULAN
Budidaya dalam
wadah merupakan salah satu cara untuk meningkatkan daya tumbuh tanaman dan
menghindarkan bibit yang masih kecil dari bahaya luar. Selain itu, dengan
budidaya dalam wadah tanaman akan lebih mudah dirawat karena berada pada satu
tempat.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Buah Naga. http://www.wikipedia.co.id. [31 Januari 2009].
Anonim. Cokelat. http://www.wikipedia.co.id. [31 Januari 2009].
Anonim. Karet. http://www.wikipedia.co.id. [31 Januari 2009].
Anonim. Kelapa.
http://www.wikipedia.co.id. [13
Desember 2010].
Anonim. Pepaya. http://www.wikipedia.co.id. [31 Januari 2009].
Anonim. Srikaya. http://www.wikipedia.co.id. [13 Desember 2010].
Anonim. Budidaya
Jagung. http://www.deptan.go.id. [31 Januari 2009].
Anonim. Budidaya Ubi Jalar. http://www.migroplus.com/brosur/budidaya%20
ubijalar .pdf. [31
Januari 2009].
Anonim. Caisin.
http://www.agrisci.ugm.ac.id/vol12_1/8_caisin_endang.pdf. [31
Januari
2009].
Anonim. Kangkung.
http://sofian.staff.ugm.ac.id./artikel/kangkung.pdf
[13 Desember
2010].
Anonim. Pare.
http://www.wikipedia.co.id. [13
Desember 2010].
Anonim. Teknologi
produksi jagung melalui pendekatan pengelolaan sumberdaya dan tanaman terpadu.
http://balitsereal.litbang.deptan.go.id.
[31 Januari
2009].
Pramono Bambang R. Jagung. http://www.benss.co.cc.
[31 Agustus 2008].
Saptono,
Endro dan Agus Andoko. 2005. Bertanam Sayuran Organik, Cetakan 1.
Jakarta:
Agromedia Pustaka.
Widyastuti, Yustina E. dan Adisarwanto
T.Meningkatkan Produksi Jagung di
Lahan Kering, Sawah, dan Pasang Surut.Jakarta:PT.
Penebar
Swadaya.2002. 86
halaman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar