PERSILANGAN
KOMODITAS PERTANIAN
(Laporan
Akhir Praktikum Pemuliaan Tanaman)
Oleh
Kelompok
6
Ahmad
Teddy W. 0714041025
Darso
Waluyo 0914013084
Dian
Mahdarrini 0914013088
Herlin
Yustina 0914013110
Jan
Christian T. 0814013153
PROGRAM STUDI
AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
LAMPUNG
2011
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN…………………………………………..
I.1.
Latar Belakang
I.2.
Tujuan
BAB II. TINJAUAN
PUSTAKA…………………………………….
II.1.
Gambaran Umum Tanaman……………………………
II.2.
Syarat Tumbuh…………………………………………
II.3.
Morfologi Bunga……………………………………….
II.4.Teknik
Persilangan…………………………………
BAB III. METODOLOGI
PRAKTIKUM
III.1.
Alat dan Bahan
III.2.
Prosedur Praktikum
III.2.1.
Persiapan Lahan
III.2.2.
Pengolahan Lahan
III.2.3.
Penanaman dan Pemeliharaan
III.2.4.
Persilangan
III.2.5.
Pengamatan
BAB IV. HASIL
PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
IV.1.
Tabel Pengamatan
IV.2.
Pembahasan
BAB V. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I.
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Perkawinan
antar spesies merupakan salah satu cara yang digunakan dalam meningkatkan
keragaman genetik bahan pemuliaan. Keragaman tersebut nantinya akan diseleksi
untuk mendapatkan varietas yang memiliki sifat unggul. Varietas bersifat unggul
tersebut yang nantinya dapat dilepas sebagai varietas unggul.
Untuk
mendapatkan varietas unggul dapat ditempuh melalui beberapa metode. Metode
pemuliaan tanaman ini sangat ditentukan oleh sistem penyerbukan ataupun cara
perkembangbiakan tanaman. Metode untuk tanaman menyerbuk sendiri berbeda untuk
tanaman menyerbuk silang. Metode untuk tanaman yang dikembangbiakan secara
seksual berbeda dengan yang dikembangbiakan secara aseksual (Sunarto, 1997).
Perkawinan
silang antar spesies dan dalam spesies memiliki beberapa perbedaan dalam
tingkat keragaman genetik nantinya. Jenis perkawinan tersebut dipengaruhi oleh
beberapa faktor sehingga dalam proses perkawinan dalam tanaman atau sering
disebut dengan penyerbukan diperlukan pengetahuan khusus mengenai morfologi dan
sifat-sifat pada bunga.
Pembungaan
merupakan pertanda bahwa suatu tanaman sedang berada dalam kondisi generatif.
Dalam botani bunga merupakan salah satu cara pengelompokan tanaman dalam
taksonomi. Tanaman yang sedang berbunga memiliki aktivitas metabolisme yang
berbeda dengan tanaman yang berada dalam fase vegetatifnya. Fase generatif
tanaman tersebut lebih memfokuskan penggunaan karbohidrat dan senyawa-senyawa
lain bagi pembentukan biji.
Kemampuan
setiap jenis tanaman untuk melakukan pembungaan berbeda baik dalam waktu
pembungaan maupun waktu masaknya benang sari dan kepala putik.
Di
alam, penyerbukan silang terjadi secara spontan. Penyerbukan tersebut terjadi
dengan bantuan angin, serangga polinasi, dan hewan lainnya. Pada penyerbukan
alami tidak diketahui sifat-sifat dari pohon induk apakah sifat dari pohon
induk baik atau buruk sehingga tidak dapat dilakukan pengawasan dan berakibat
pada hasil yang mengecewakan. Oleh karena itu, agar persilangan dapat dikontrol
dan hasilnya sesuai dengan yang diharapkan maka manusia melakukan penyerbukan
silang buatan (Wels, 1981).
Tujuan
dalam pemuliaan tanaman secara umum diarahkan pada dua hal, yaitu peningkatan
kepastian terhadap hasil yang tinggi dan perbaikan kualitas produk yang
dihasilkan. Peningkatan kepastian terhadap hasil biasanya diarahkan pada :
1. Peningkatan
daya hasil.
2. Ketahanan
terhadap gangguan dari organisme lain atau lingkungan yang kurang mendukung.
3. Daya
tumbuh tanaman yang kuat.
4. Kesesuaian
terhadap teknologi pertanian yang lain.
Usaha
perbaikan kualitas produk dapat diarahkan pada perbaikan ukuran, warna,
kandungan bahan tertentu, pembuangan sifat-sifat yang tidak disukai, ketahanan
simpan, atau keindahan serta keunikan.
I.2. Tujuan
Adapun
tujuan dari pembuatan laporan akhir pemuliaan tanaman ini adalah :
1. Mengetahui
biologi bunga tanaman pare.
2. Mempelajari
proses penyerbukan dan persilangan antara tanaman pare yang berbeda varietas.
BAB II. TINJAUAN
PUSTAKA
2.1. Gambaran Umum Tanaman
Pare
merupakan tumbuhan semusim, merambat atau memanjat dengan alat
pembelit
berupa sulur, bercabang banyak, berbau tidak enak. Batang berusuk 5,
panjangnya
2-5 m, batang muda berambut rapat. Daun tunggal, bertangkai, letak
berseling,
bentuk bulat telur, berbagi menjadi 5-7, pangkal berbentuk jantung, warna hijau
tua. Bunga tunggal, bertangkai panjang, warna kuning. Buah bulat memanjang dengan
8-10 rusuk memanjang, berbintil-bintil tidak beraturan, rasa pahit, panjang 8- 30
cm, warna hijau, bila masak menjadi orange yang pecah dengan 3 katup. Biji banyak,
warna coklat kekuningan, bentuk pipih memanjang, keras dengan alur tidak beraturan
(Dalimarta,2002).
Tanaman
paria atau pare adalah tanaman setahun, merambat atau memanjat dengan alat
pembelit atau sulur berbentuk spiral, banyak bercabang, berbau tidak enak.
Batang berusuk lima, panjang 2-5 m, yang muda berambut rapat. Berdaun tunggal,
bertangkai yang panjangnya 1,5-5,3 cm, letak berseling, bentuknya bulat
panjang, dengan panjang 3,5-8,5 cm, lebar 4 cm, berbagi menjari 5-7, pangkal
berbentuk jantung, warnanya hijau tua. Taju bergigi kasar sampai berlekuk
menyirip. Bunga tunggal, berkelamin dua dalam satu pohon, bertangkai panjang,
berwarna kuning. Buah bulat memanjang, dengan 8-10 rusuk memanjang, berbintil-bintil
tidak beraturan, panjangnya 8-30 cm, rasanya pahit. Warna buah hijau, bila
masak menjadi jingga yang pecah dengan 3 katup. Berbiji banyak, coklat
kekuningan, bentuknya pipih memanjang, dan keras.
Ada 3 jenis tanaman pare, yaitu pare
gajih, pare hijau, dan pare ular/belut. Untuk memperoleh buah yang panjang dan
lurus, biasanya pada ujung buah yang masih kecil digantungkan batu.
Daun dari
pare yang tumbuh liar, dinamakan daun tundung. Daun ini dikatakan lebih
berkhasiat bila digunakan untuk pengobatan. Daun dan buahnya yang masih muda
dimakan sebagai lalap mentah atau setelah dikukus terlebih dahulu, dimasak
sebagai sayuran, tumis, sambal goreng, gado-gado, dan sebagainya. Tanaman ini
juga dapat digunakan untuk membunuh serangga dan melakukan perbanyakan dengan
biji.
Paria gajih adalah jenis peria yang
paling banyak dibudidayakan dan paling disukai. Jenis ini biasa
disebut juga pare putih atau pare mentega yang berasal dari India dan Afrika dengan bentuk buah
panjang berukuran 30-50 cm, diameter 3-7 cm, berat rata-rata antara 200-500
gram/ buah.
Paria hijau berbentuk lonjong, kecil
dan berwarna hijau dengan
bintil-bintil agak halus. Buah paria ini mempunyai panjang 15-20 cm, rasanya
pahit dan daging buahnya tipis. Paria hijau ini mudah sekali pemeliharaannya, tanpa
lanjaran atau para-para tanaman ini dapat tumbuh dengan baik.
Paria ular atau paria belut dapat dikenali dengan
buahnya yang berbentuk bulat panjang, agak melengkung dan panjangnya mencapai
60 cm. Permukaan kulit buahnya berwarna belang-belang, yaitu hijau
keputih-putihan mirip kulit ular dan rasa dagingnya tidak begitu pahit.
2.2. Syarat Tumbuh
a. Tanaman
pare dapat tumbuh bereproduksi dengan baik didaerah daratan rendah sampai
ketinggian 500m diatas permukaan laut (dpl). Penanaman pare didataran tinggi
(pegunungan) sering menghasilkan buah berukuran keci;l-kecil atau tidak normal.
- Iklim yang cocok bagi tanaman pare hendaknya mempunyai suhu antara 18-240C, tempat terbuka atau mendapat sinar matahari penuh, kelembaban udara cukup tinggi antatra 5%-70 %, curah hujannya relatif rendah (60 mm - 200 mm/ bulan). Daerah yang banyak mendapat hujan dapat menggagalkan penbungaan dan pembuahan sehingga hasilnya rendah.
- Semua jenis tanah pada umumnya cocok untuk ditanami pare, tetapi tanah yang baik bagi tanagman pare adalah tanah lempung berpasir yang subur, gembur banyak mengandung bahan organik, aerasi dan drainasenya baik, serta tingkat keasamannya (PH) antara 5-6.
2.3.
Morfologi bunga
Bunga
tumbuh dari ketiak daun yang berwarna kuning menyala, bunganya terdiri dari
bunga jantan dan bunga betina.Bunga betina yg berduri tempel halus dan berambut.Selain
itu, bunga betina dapat menjadi buah berlekuk menyirip, tangkai bunga 5-15 cm
dekat pangkalnya dengan daun pelindung bentuk jantung hingga bentuk ginjal.
Panjang tangkai bunga jantan 2-5.5 cm, dan yang betina 1-10 cm. Kelopak bentuk
lonceng, dengan banyak tusuk atau tulang membujur yang berakhir pada 2-3 sisik
yang melengkung kebawah. Mahkota bentuk roda, taju bentuk memanjang hingga
bulat telur terbalik, bertulang 1,5-2 berwarna oranye, semula bergandengan satu
sama lainnya, kemudian lepas, ruang sari bentuk S. bunga betina mempunyai
stamenodia 3 bentuk sisik, bakal buah berparung panjang , berduri tempel halus
dan berambut panjang , putik 3 berlekuk 2 dalam atau diantaranya utuh. Viabilitas
serbuk sari dapat diamati dengan mengecambahkan pada medium agar dan diuji
dengan fluoresein diasetat.Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tahap
awal bunga jantan muncul lebih dahulu dan setelah 17 bunga jantan kemudian
diikuti munculnya bunga betina. Macam bunga yang muncul kemudian tidak memiliki
keteraturan, namun setelah diamati selama 3,5 bulan dari 5 tanaman diketahui perbandingan
jumlah bunga jantan terhadap bunga betina rata-rata pada satu tanaman adalah
14:1. Mikrosporogenesis menghasilkan tetrad tetrahedral, mikrogametogenesis
menghasilkan dua inti sperma di dalam tabung serbuk sari.Serbuk sari berinti
dua dan bertipe "tricolpate".Viabilitas serbuk sari tertinggi terjadi
pada saat bunga mekar yang hanya berlangsung satu hari.Bakal biji bertipe
anatropus, bitegmik, krasinuselat.Megasporogenesis menghasilkan tetrad
megaspora bentuk linier danmegagametogenesis menghasilkan kantung embrio
monosporik yang mengikuti tipe polygonum.Kepala putik berjumlah 3, bertipe
basah, berpapila, Sedangkan tangkai putiknya termasuk tipe berongga.
Kepala putik paling reseptif terjadi
pada saat bunga mekar yang hanya berlangsung satu hari dan eksudat kepala putik
mengandung karbohidrat, lipid dan protein. Pertumbuhan tabung serbuk sari tidak
mengalami hambatan di kepala putik maupun tangkai putik, dan pembuahan terjadi
24 jam setelah penyerbukan. Sebagai agen penyerbuk diduga adalah lebah Apis sp.
dan Colletes sp.
Buah berbentuk bulat panjang,
permukaan buah berbentuk berbintil-bintil daging buahnya agak tebal, dan didalamnya
terdapat sejumlah biji.Biji berbentuk bulat, berkulit agak tebal dan keras,
serta permukaan tidak rata.Biji-biji ini dapat digunakan sebagai alat
perbanyakan secara generatif.
2.4. Teknik
Persilangan
Pemuliaan
tanaman merupakan kegiatan untuk mengubah susunan genetik tanaman secara tetap
sehingga memiliki sifat atau penampilan sesuai dengan tujuan yang diinginkan
pelakunya.Pelaku kegiatan ini disebut pemulia
tanaman.Pemuliaan tanaman umumnya mencakup tindakan penangkaran,
persilangan, dan seleksi.Dasar pengetahuan mengenai perilaku biologi tanaman
dan pengalaman dalam budidaya diperlukan dalam kegiatan ini sehingga sering kali
dikatakan sebagai gabungan ilmu dan seni.
Berikut
teknik penyilangan tanaman pare :
a. Disiapkan
alat dan bahan yang diperlukan untuk persilangan seperti pinset, kertas label,
tali, kantong plastik,dan gunting.
b. Disiapkan
bunga jantan dan betina yang akan digunakan sebagai induk. Bunga yang dipilih,
baik jantan maupun betina adalah bunga yang masih agak menutup (kuncup) dan
berwarna hijau. Hal ini dilakukan untuk menghindari bunga tersebut telah
mengalami pembungaan.
c. Selanjutnya
membuka mahkota bunga yang masih menutup pada bunga betina. Pembukaan ini harus
dilakukan secara hati- hati agar kepala putuknya tidak patah. Setelah kepala
putik terlihat, diambil benang sari dari bunga jantan dengan menggunakan pinset
yang tajam dan mengesekkannya diatas kepala putik. Ketika kita mengesekkan
benang sari di atas putik, pastikan serbuk sarinya mengenai kepala putik.
d. Selanjutnya,
bunga-bunga yang sudah dilakukan penyerbukan, tangkainya diikat dengan benang
berwarna dan label untuk menjaga kekeliruan.
BAB III.
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1. Alat dan
Bahan
Adapun alat yang digunakan untuk melakukan
persilangan tanaman pare adalah cangkul, tali rafia, gembor, ember, penggaris,
bambu, kertas label, buku tulis , meteran, patok, pinset berujung runcing, plastik, pena, tali/ karet. Sedangkan bahan
yang digunakan adalah benih pare varietas Lipi F1 dan Pupuk majemuk NPK Mutiara 16;16;16.
3.2. Prosedur
Praktikum
3.2.1. Persiapan
Lahan
Persiapan Lahan
dilakukan pada hari Senin tanggal 7 Februari 2011 di lahan kegiatan praktikum Pemulian Tanaman Fakultas
Pertanian Universitas Lampung.
Persiapan
lahan dilakukan agar tanaman yang akan ditanam nantinya akan tumbuh dan berkembang dengan baik.
Tanaman pare dapat tumbuh optimal pada pH tanah 5-6 sehingga tidak perlu
dilakukan pengapuran pada lahan.
3.2.2.
Pengolahan Lahan
Pengolahan lahan dilakukan pada tanggal 13 dan 14
Februari 2011. Luas petakan lahan yaitu 3X3 m.Tanah yang akan ditanami pare
diolah terlebih dahulu dengan
membersihkan lahan dari tanaman lain seperti rumput, kemudian tanah dicangkul agar gembur. Selanjutnya dibuat
lubang tanam dengan system tanam ganda
dengan jarak tanam 50x25x30cm .50 cm merupakan jarak antara
varietas 1 dengan varietas 2.
3.2.3. Penanaman
dan Pemeliharaan
Setelah
lubang tanam dibuat dengan ukuran 50x25x30 cm,maka dimasukkan benih pare
kedalam lubang tanam dengan jumlah 1 biji per lubang sedalam kurang lebih 3-4
cm, lalu tutup kembali dengan tanah. Untuk menjamin benih/biji tumbuh dengan
baik, lakukan penyiraman disekitar tanaman. Penyiraman selanjutnya sangat
tergantung pada kondisi cuaca. Apabila banyak terjadi curah hujan maka tanaman
sebaiknya tidak perlu disiram. Apabila dalam keadaan kurang hujan atau bahkan
sama sekali kering, tanaman harus disiram dua kali sehari, yaitu pada pagi dan
sore hari.
Ada
beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemeliharaan tanaman paria yang
meliputi penyiangan, penyulaman, pembumbunan, pemangkasan, pembungkusan,
pemupukan, pembuatan turus dan para-para.
a.
Penyiangan
Penyiangan
dilakukan untuk membersihkan semua jenis tanaman yang tumbuh selain tanaman
pare. Tanaman jenis lain dapat berupa rumput-rumputan, gulma, dan tanaman
lainnya. Pembersihan ini dilakukan disekitar batang/akar tanaman atau diantara parit-parit
yang ada dengan menggunakan tangan (dicabut), kored atau cangkul. Penyiangan
tanaman dilakukan untuk mengurangi atau menghindari persaingan antara tanaman
pare yang ditanam dengan jenis tanaman lain yang mungkin tumbuh disekitar
tanaman pare dalam penyerapan unsur-unsur hara, air dan matahari. Disamping itu
penyiangan dilakukan untuk menghindari kemungkinan tumbuhnya hama dan penyakit yang
mungkin timbul dari tanaman yang tumbuh selain tanaman pare.
b.
Pembumbunan
Pembumbunan
dilakukan untuk menaikkan tanah yang ada disekitar tanaman pare agar akar
tanaman dapat tertutup. Pembumbunan dilakukan setelah penyiangan dilakukan dengan
maksud untuk memperbaiki aerasi tanah sekitar akar yang menjadi padat akibat siraman
air hujan atau air siraman tanaman.
c.
Penyulaman
Oleh
karena pada waktu penanaman ada benih yang tidak tumbuh yang diakibatkan oleh
beberapa faktor seperti kualitas benih, daya tumbuh benih, kondisi tanah, atau
serangan hama, maka tanaman yang tidak tumbuh tersebut perlu diganti dengan tanaman
lain yang sehat dan kuat (disulam). Penyulaman dilakukan sebaiknya pada waktu
bibit tanaman berumur 7-10 hari setelah tanam.
d.
Pemangkasan
Pemangkasan
tanaman pare dilakukan untuk mengontrol pertumbuhan batang utama. Tinggi ideal
batang utama tanaman pare adalah 2-3 m. Jika panjangnya lebih dari itu, tanaman
tidak produktif lagi oleh karena itu tanaman perlu dipangkas. Tunas yang akan
tumbuh dari hasil pemangkasan tersebut dialihkan kesamping melalui para-para.
Sebagai awal perambatan tunas yang tumbuh tersebut dapat digunakan tali.
e.
Pembungkusan
Untuk
menghasilkan buah pare yang mulus dan permukaan kulit tidak bolong, maka sebaiknya
dilakukan pencegahan melalui pembungkusan buah pare. Tindakan pembungkusan buah
pare ini dimaksudkan adalah untuk mencegah serangan lalat buah yang menyerang
buah pare pada waktu usia muda. Bahan pembungkus dapat digunakan kertas,
plastik, atau daun pisang yang telah kering (klaras). Waktu ideal dilakukannya pembungkusan
adalah pada waktu tanaman telah menghasilkan buah pare dengan ukuran batang
korek api, atau kurang lebih berumur kira-kira 1,5 bulan.
f.
Pemupukan
Salah
satu bagian dari pemeliharaan tanaman pare adalah pemupukan. Pemupukan
dilakukan untuk mendapatkan tanaman sehat, kuat dan dapat berproduksi sesuai
dengan potensi yang ada dalam tanaman tersebut. Pemupukan dasar dilakukan pada
1-2 minggu setelah tanaman pare ditanam. Pupuk yang digunakan adalah pupuk N,
P, dan K sebanyak 315 g/m2.
g.
Pembuatan Turus dan Para-para
Tanaman
pare merupakan tanaman yang merambat dan menjalar, oleh karena itu diperlukan
suatu tempat dimana nantinya buah pare tersebut dapat bergantung dengan baik,
sehingga pertumbuhan buah pare dapat maksimal. Turus dibuat untuk memanjat
batang utama pare, sedangkan para-para digunakan untuk menjalarnya tunas-tunas
dari batang utama yang nantinya akan menghasilkan buah pare. Tinggi turus dan
para-para berkisar 1,5-2 m. Hal ini dengan mempertimbangkan agar mudah dalam
pemeliharaan tanaman terutama pada waktu panen dan mudah dalam melakukan
penyiangan dan pembumbunan serta mudah dalam mengontrol tanaman dari gangguan
hama dan penyakit tanaman. Berbagai macam cara dan bentuk pembuatan turus dan
para-para. Bahan yang dipakai sebaiknya bambu dengan ukuran sedang. Sebagai
penghubung antara tanaman satu dengan yang lainnya diberikan tali.
3.2.4. Persilangan
Persilangan
adalah suatu teknik perkawinan bunga dengan meletakkan serbuk sari pada stigma
(rongga dangkal berisi cairan kental agak lengket sebagai tempat meletakkan
serbuk sari dan masuknya tabung serbuk sari ke dalam ovary/bakal buah pada
waktu penyerbukan).adapun teknik persilangan pare adalah sebagai berikut:
a. Disiapkan
alat dan bahan yang diperlukan untuk persilangan seperti pinset, kertas label,
tali, kantong plastik,dan gunting.
b. Disiapkan
bunga jantan dan betina yang akan digunakan sebagai induk. Bunga yang dipilih,
baik jantan maupun betina adalah bunga yang masih agak menutup (kuncup) dan
berwarna hijau. Hal ini dilakukan untuk menghindari bunga tersebut telah
mengalami pembungaan.
c. Selanjutnya
membuka mahkota bunga yang masih menutup pada bunga betina. Pembukaan ini harus
dilakukan secara hati- hati agar kepala putuknya tidak patah. Setelah kepala
putik terlihat, diambil benang sari dari bunga jantan dengan menggunakan pinset
yang tajam dan mengesekkannya diatas kepala putik. Ketika kita mengesekkan
benang sari di atas putik, pastikan serbuk sarinya mengenai kepala putik.
d. Selanjutnya,
bunga-bunga yang sudah dilakukan penyerbukan, tangkainya diikat dengan benang
berwarna dan label untuk menjaga kekeliruan.
3.2.5. Pengamatan
Pengamatan
dilakukan kira-kira 2-3 hari setelah melakukan persilangan. Penyilang dapat
melihat jika bunga yang telah disilangkan, yaitu bunga diatas bakal buah akan
layu lalu rontok. Selain itu, jika bakal buah yang disilangkan menunjukkan
pembesaran bentuk dapat dikatakan persilangan tersebut berhasil.
BAB IV. HASIL
PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Tabel
Pengamatan
Komoditas
|
Σ Persilangan Total
|
Σ Keberhasilan Persilangan
|
Σ Kegagalan Persilangan
|
Jagung
|
7
|
1 (14,28%)
|
6 (85,72%)
|
Kacang tanah
|
19
|
2 (10,53%)
|
17 (89,47%)
|
Tomat
|
17
|
2 (11,76%)
|
15 (88,24%)
|
Cabai
|
-
|
-
|
-
|
Timun
|
48
|
9 (18,75%)
|
39 (81,25%)
|
Pare
|
45
|
12 (26,67%)
|
33 (73,33%)
|
Kacang hijau
|
46
|
11 (23,91%)
|
35 (76,09%)
|
Buncis
|
46
|
1 (2,18%)
|
45 (97,82%)
|
Kacang panjang
|
51
|
12 (23,53%)
|
39 (76,47%)
|
Table 1.1 data persilangan tiap komoditas
4.2.
Pembahasan
4.2.1. Persentase Keberhasilan
Setelah dilakukan
persilangan dan penghitungan, didapat hasil seperti pada tabel 1.1. Terlihat
untuk jagung, dari 7 persilangan yang dilakukan terjadi keberhasilan 1 kali
(14,288%). Sedangkan untuk kacang tanah tingkat keberhasilan persilangannya
yaitu 10,53%.hal ini terjadi karena dari 17 kali persilangan, hanya 2 kali
persilangan yang berhasil. Selanjutnya yaitu tomat. Tanaman ini memiliki
tingkat keberhasilan persilangan sebesar 11,76% atau 2 kali keberhasilan dari
17 kali persilangan. Tanaman cabai belum bias dilakukan persilangan karena
umurnya masih sangat muda. 18,75% keberhasilan dari persilangan timun. Hasil ini diperoleh setelah terjadi
keberhasilan persilangan sebanyak 9 kali dari 48 kali persilangan yang
dilakukan.
Pada
tanaman pare, tingkat keberhasilan persilangannya yaitu sebesar 26,67% atau 12
keberhasilan dari 45 kali persilangan. Sedangkan pada tanaman kacang hijau
terjadi keberhasilan sebesar 23,91%. Hasil ini didapat setelah terjadi 11 kali
keberhasilan persilangan dari 46 persilangan yang dilakukan. Selanjutnya, pada
tanaman buncis terjadi keberhasilan sebesar 2,18%. Bias dikatakan pada tanaman
ini merupan pesentase yang paling kecil tingkat keberhasilannya. Hal ini
dibuktikan dengan hanya berhasilnya 1 kali persilangan dari 46 persilangan.
Terakhir,pada tanaman kacang panjang terjadi keberhasilan sebaesar 23,53%.
Yaitu 12 kali berhasil dari 51 kali persilangan yang dilakukan.
Secara
keseluruhan, pada persilangan ini tingkat keberhasiilannya sangat kecil
disbanding kan denga tingkat kegagalannya.
4.2.2. Faktor-Faktor Keberhasilan Dan Kegagalan
Setelah
didapatkan persentase keberhasilan persilangan yang terjadi, kemungkinan hal
ini disebabkan oleh beberapa faktor. Adapun faktor yang menyebabkan
keberhasilan dan kegagalan dari persilangan tersebut antara lain sebagai
berikut:
a. Waktu
pelaksanaan.
Waktu
melakukan polinasi adalah pagi hari (kira-kira 08.00-09.00 wib) dimana bunga
betina belum mekar sempurna tetapi bunga jantan sudah menunjukkan kematangan
serbuk sari.
b. Kondisi
bunga jantan dan bunga betina (matang atau tidaknya/ siap atau tidaknya
dilakukan persilangan).
Untuk
bunga jantan dikatakan matang bila bunganya sudah mekar sempurna, dan warna
serbuk sarinya kuning agak jingga sedangkan untuk bunga betina, bunga yang
belum mekar atau masih kuncup.Karena apabila bunga tersebut sudah mekar dapat
dikatakan sudah melakukan polinasi sendiri.
c. Cuaca.
Cuaca
lebih ditekankan pada hujan karena bila persilangan dilakukan pada saat mendung
atau menandakan akan hujan, kemungkinan besar persilangan tersebut tidak akan
berhasil melainkan busuk.
d. Ketelitian
peletakan serbuk di atas putik.
Dalam meletakkan serbuk
sari di atas kepala putuk haruslah sesuai dan tepat. Kebanyakan terjadi
keidakberhasilan persilangan karena para pemulia tidak tepat dalam meletakkan
serbuk sari dari bunga jantan.
4.2.3.
Cara Mengetahui Keberhasilan Penyilangan
Persilangan
komoditas pertanian yang dilakukan pada mata kuliah pemuliaan tanaman ini
adalah untuk memberi wawasan pada mahasiswa tentang melakukan persilangan
tanaman. Persilangan yang dilakukan ini adalah untuk mendapatkan benih-benih
unggul baru yang dapat digunakan untuk penanaman seterusnya. Benih-benih unggul
ini hasilnya akan lebih baik dari benih-benih yang ditanam sebelumnya.
Pada
tanaman yang disilangkan terdapat perbedaan varietas dan juga letak bunga
jantan dan bunga betina pada tanaman.
Cara/
teknik mengetahui keberhasilan persilangan adalah dengan melihat bunga betina
yang sudah disilangkan apakah ada perbedaan bentuk pada bunga tersebut.
Biasanya terlihat 2-3 hari setelah persilangan, dimana nantinya bunga yang ada
di atas bakal buah betina akan layu lalu rontok. Kemudian, dengan tidak adanya
bunga baru yang muncul di ketiak daun yang sama. Selain itu juga dengan melihat
bekas potongan mahkota ketika kita membuka bunga betina, jika bakal buah yang
disilangkan menunjukkan pembesaran bentuk dapat dikatakan persilangan tersebut
berhasil.Hal ini dapat dilihat 4-6 hari setelah persilangan, keberhasilan
persilangan juga dapat dilihat dari pangkal batang yang dekat dengan bakal
buah, bila tampak layu dan kuning, persilangan tersebut dinyatakan gagal.
V. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari laporan ini
adalah sebagai berikut:
1. Tingkat
keberhasilan dalam setiap budidaya selalu lebih kecil dibandingkan dengan
tingkat kegagalan.
2. Faktor
yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan persilangan antara lain waktu pelaksanaan,
kondisi bunga jantan dan bunga betina (matang atau tidaknya/ siap atau tidaknya
dilakukan persilangan), cuaca, dan ketelitian peletakan serbuk di atas putik.
3. Cara
untuk mngetahui keberhasilan persilangan antara lain dapat dilihat pada hari ke
dua hingga enam setelah persilangan dan dilihat pada bunga betinanya.
4. Setiap
budidaya memiliki kriteria dan kebutuhan baik akan unsur hara maupun yang
lainnya secara berbeda-beda.
5. Tingkat
kematangan dan pembungaan pada setiap komoditas berbeda antara yang satu dengan
yang lain.
6.
DAFTAR PUSTAKA
Ade Iwan Setiawan,
1994, Budi daya dan Pengaturan Panen
Sayuran Dataran Tinggi. Cetakan pertama, Jakarta : PT. Penebar Swadaya.
Anonim A. 2011. Pare.http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=92.
Diakses tanggal 29 April 2011 pada pukul 19.44 wib.
Anonim B. 2011. Peria.http://id.wikipedia.org/wiki/Peria.
Diakses tanggal 29 April 2011 pada pukul 19.37 wib.
Anonim C. 2008.
http://fufoe.wordpress.com/2008/05/28/biologi-bunga/. Diakses tanggal 29 April
2011 pada pukul 20.07 wib.
Ase Iwan Setiawan,
1995. Pare dan Labu, Cetakan kedua.
Jakarta : PT. Penebar Swadaya.
C.G.G.J.Van Steenis,et
al. 1992. Flora. Cetakan keenem,
Jakarta :PT. Pradnya Paramita.
Daryanto dan Siti Satifah. 1984. Pengetahuan
Dasar Biologi Bunga Dan Teknik Penyerbukan Silang Buatan. Gramedia,
Jakarta. 154 halaman
Rahmat Rukmana, Ir.
1997.Budi daya Pare. Cetakan
kedelapan. Yogyakarta : Kanisius.
Tjitrosomo, Siti Sutarmi dkk. 1999. Morfologi
Tumbuhan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. 255 halaman
terima kasih telah berbagi ilmu bermanfaat ini. hidup pertanian indonesia!
BalasHapus