SEJARAH TANAMAN KARET DI INDONESIA
(Artikel Tanaman
Getah, Gula, dan Penyegar)
Oleh
Darso Waluyo
0914013084
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
LAMPUNG
2012
I.
ISI
Sejarah karet
bermula ketika Christopher Columbus menemukan benua Amerika pada 1476. saat
itu, Columbus tercengang melihat orang-orang Indian bermain bola dengan
menggunakan suatu bahan yang dapat melantun bila dijatuhkan ketanah. Bola
tersebut terbuat dari campuran akar, kayu, dan rumput yang dicampur dengan
suatu bahan (lateks) kemudian dipanaskan diatas unggun dan dibulatkan seperti
bola.
Pada 1731, para
ilmuwan mulai tertarik untuk menyelidiki bahan tersebut. seorang ahli dari
Perancis bernama Fresnau melaporkan bahwa banyak tanaman yang dapat menghasilkan
lateks atau karet, diantaranya dari jenis Havea
brasilienss yang tumbuh di hutan Amazon di Brazil. Saat ini tanaman
tersebut menjadi tanaman penghasil karet utama, dan sudah dibudidayakan di Asia
Tenggara yang menjadi penghasil karet utama di dunia saat ini.
Menidaklanjuti
apa yang disampaikan Charles Marie de la Condamine dan Francois Fresneau dari
Perancis bahwa ada beberapa jenis tanaman yang dapat menghasilkan lateks atau
karet, kemudian Sir Clement R. Markham bersama Sir Joseph Dalton Hooker berusaha
membudidayakan beberapa jenis pohon karet tesebut. Pada
tahun 1835, Hancock mendekati Direktur Botanical Garden Kew London, Sir William
Hooker dan menasehatinya untuk turut membantu mengenalkan dan mulai menanam
pohon karet Hevea di wilayah kolonial Inggris yang berada Asia. Namun ide ini
kurang direspon oleh Sir William Hooker.
Beberapa tahun kemudian kesadaran untuk mulai
membudidayakan pohon karet, diawali oleh Sir Clements Markham, pegawai
pemerintahan Inggris di India. Beliau kemudian meminta James Collin yang telah
terlebih dahulu mempelajari karet untuk mengerjakan proyek penanaman tersebut.
Hasil studi Collin dipublikasikan tahun 1872 dan menjadi perhatian Direktur Kew
Botanic Garden yang baru, Sir Joseph Hooker, putra dari Sir William Hooker.
Selanjutnya Joseph Hooker berkerja sama dengan James Collin dalam usaha
membudidayakan karet. Joseph Hooker membeli sekitar 2000 biji karet dari Farris
atas permintaan Collin. Biji karet tersebut dicoba dikecambahkan namun pada
akhirnya hanya 12 biji yang berhasil tumbuh hingga menjadi tanaman karet baru.
Ketertarikan untuk membudidayakan karet muncul dari
bangsawan Inggris lainnya, Sir Henry Wickman yang menjelajahi hutan Amazon
untuk mengumpulkan biji karet dan pada akhirnya berhasil membawa sekitar 70.000
biji karet ke Inggris tahun 1876. Biji karet Wickman kemudian dikecambahkan di
Kew Botanical Garden namun hanya sekitar 2000 biji saja yang mampu berkecambah.
Usaha budidaya karet juga terus dilakukan oleh Sir Clements Markham, beliau mengutus
Robert Cross ke Amazon untuk mengumpulkan biji karet seperti yang dilakukan
oleh Sir Wickman. Cross kembali ke Inggris dan berhasil membawa 1080 biji namun
hanya 3% saja yang mampu bertahan selama perjalanan dari Brazil ke Inggris
tanpa menjadi busuk.
Seratus buah biji karet Wickman yang berhasil
tumbuh menjadi bibit perkecambahan kemudian dikirim ke Ceylon (sekarang Sri
Langka) dari Kew Botanical Garden pada bulan September 1876. Selanjutnya di
bulan Juni 1877, Kew Botanical Garden kembali mendistribusikan 22 tanaman karet
dengan tujuan Singapore Botanical Garden. Tanaman karet tersebut diterima oleh
Henry Ridley selaku Direktur Singapore Botanical Garden yang selanjutnya
dijuluki ”mad Ridley” karena kegigihannya dalam membudidayakan tanaman karet di
tanah Malaya. Henry Ridley menanam 75% dari tanaman itu di Residency Garden di
Kuala Kangsar kemudian di tahun 1884, Frank Swettenham menanam 400 biji di
Perak dimana biji ini merupakan hasil pohon karet yang ditanam di kuala kangsar
dan selanjutnya antara tahun 1883 – 1885 ditanam di Selangor oleh T. H. Hill.
Ridley juga mengenalkan teknik eksploitasi getah karet dengan penyadapan tanpa
menebang pohon karetnya.
Tahun 1864 untuk pertama kalinya tanaman karet
diperkenalkan di Indonesia yang pada waktu itu masih jajahan belanda. Di tahun
1876 Kew Botanical Garden juga mengirimkan 18 buah biji karet ke pemerintahan
kolonial India Belanda (sekarang Indonesia) namun demikian hanya dua buah biji
yang berhasil tetap segar selama diperjalanan. Dua biji ini kemudian ditanam di
Cultuurtuin Bogor sebagai koleksi dan menjadi pohon karet tertua di Indonesia. Dari tanaman koleksi, karet selanjutnya
dikembangkan ke beberapa daerah sebagai tanaman perkebunan komersil. Daerah
yang pertama kali digunakan sebagai tempat uji coba penanaman karet adalah
Pamanukan dan Ciasem, Jawa Barat. Jenis yang pertama kali diujicobakan di kedua
daerah tersebut adalah species Ficus
elastica atau karet rembung. Jenis karet Havea brasiliensis baru ditanam di Sumatera bagian timur pada tahun
1902 dan di Jawa pada tahun 1906. (Tim Penebar Swadaya, 2008).
Pada awalnya, penanaman Hevea di Indonesia kurang
mendapat respon positif karena masyarakat telah lebih dahulu mengenal pohon
lokal yang juga menghasilkan getah yaitu Fiscus
elastica. Pohon berdaun lebar dan bersinar ini merupakan pohon favorit
masyarakat Belanda. Selain itu juga pemerintah Belanda lebih menyukai menanam
pohon karet jenis Manihot glaziovii
yang tumbuh dengan baik di propinsi dengan iklim kering di Brasil yaitu Ceara
dan Castiloa elastica yang aslinya berasal dari Mexico dengan anggapan bahwa
pohon karet Hevea hanya mampu tumbuh didaerah dengan kelembaban tinggi. Tahun
1889, Pemerintah Belanda membuka perkebunan karet di daerah Pamanukan dan
Ciasemlanden, Jawa Barat dengan karet yang ditanam jenis Fiscus elastica.
Perkebunan ini dianggap sebagai perkebunan karet tertua di dunia. Hasil dari
perkebunan kurang memuaskan karena produktivitas lateks rendah dan tanaman
mudah terserang hama dan penyakit.
Pemerintah Belanda terus mengadakan perbaikan,
mereka mulai mencari daerah di Indonesia yang cocok untuk ditanami karet jenis
Hevea. Penamanan karet hevea komersial di Indonesia diawali pada tahun 1902 di
Sumatera dan dilanjutkan di Jawa pada tahun 1906.
Akibat
peningkatan permintaan akan karet di pasar internasional, maka pemerintahan
Nedherland Indies menawarkan peluang penanaman modal bagi investor luar.
Perusahaan Belanda–Amerika, Holland
Amerikaance Plantage Matschappij (HAPM) pada tahun 1910-1911 ikut
menanamkan modal dalam membuka perkebunan karet di Sumatera. Perluasan
perkebunan karet di Sumatera berlangsung mulus berkat tersedianya transportasi
yang memadai. Para investor asing dalam mengelola perkebunan mengerahkan biaya,
teknik budidaya yang ilmiah dan modern, serta teknik pemasaran yang modern.
(Tim Penebar Swadaya, 2008).
Perkebunan karet
rakyat di Indonesia juga berkembang seiring dengan naiknya permintaan karet
dunia dan kenaikkan harga. Hal-hal lain yang ikut menunjang dibukanya
perkebunan karet antara lain karena pemeliharaan tanaman karet relatif mudah.
Pada masa itu, penduduk umumnya membudidayakan karet sambil menanam padi. Jika
tanah yang diolah kurang subur, mereka pindah mencari lahan baru. Namun, mereka
tetap memantau pertumbuhan karet yang telah ditanam secara berkala hingga dapat
dipanen. (Setiawan dan Handoko, 2005).
Bagi
Indonesia sendiri, tanaman karet memberi pengaruh besar terhadap perekonomian
baik dalam penyerapan tenaga kerja maupun sumber devisa. Terbukti pada tahun
1958 uang kertas Rp. 100.00 tercantum
gambar tanaman karet yang disadap.
Hal
tersebut menunjukkan bahwa karet memang sangat dihargai pada saat
itu. Saat ini, meskipun relatif kurang berkembang dibanding komoditi lain
terutama kelapa sawit, karet tetap memberi kontribusi signifikan dari sektor perkebunan. Semoga perkaretan
Indonesia bangkit kembali dan menjadi yang terbaik di dunia.
DAFTAR PUSTAKA
Admin. 2012. Sejarah karet alam indonesia. http://sejarah.info/2012/01/sejarah-karet-alam-indonesia.html. Diakses pada tanggal 29 april 2012 pukul 20.21 WIB
Dj32. 2011. Penyadapan
Karet. http://www.perkebunanku.com/2011/10/perkebunan-karet-indonesia-riwayatmu.html. Diakses pada tanggal 29 april 2012 pukul 20.34 WIB
Setiawan,
H. D dan Andoko, A. 2005. Petunjuk Lengkap Budi
Daya Karet. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Tim
Penebar Swadaya. 2008. Panduan Lengkap Karet.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Semoga petani karet Indonesia dimasa datang akan semakin sejahtera
BalasHapusaaamiinn... terima kasih telah berknjung...jangan sungkan untuk datang kembali..semoga pertanian indonesia semakin jaya...salam kenal
Hapusthanks you my brother
BalasHapusjangan lupa sama sy boy
BalasHapus