PENGAMATAN GEJALA DAN IDENTIFIKASI PENYAKIT PADA
TANAMAN HORTIKULTURA DAN PERKEBUNAN
(Laporan
Praktikum Penyakit Penting Tanaman)
Oleh
Darso Waluyo 0914013084
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
LAMPUNG
2012
I. PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Banyak sekali penyakit yang
dapat mengenai tanaman. Ilmu yang
mempelajari penyakit tanaman disebut simtopatologi yang mempelajari
tentang proses perkembangan penyakit-penyakit pada tanaman, serta cara
menanggulangi penyakit tanaman tersebut.
Timbulnya gejala penyakit disebabkan karena adanya interaksi antara tanaman
inang dan petogen. Penanaman gejala penyakit dapat didasarkan kepada tanda
penyakit, perubahan bentuk, tanaman, pertumbuhan tanaman dan sebagainya.
Penyakit tumbuhan dapat ditinjau dari dua sudut
yaitu sudut biologi dan sudut ekonomi, demikian juga penyakit tanamannya. Di
samping itu untuk mempelajari Ilmu Penyakit Tumbuhan perlu diketahui beberapa
istilah dan definisi yang penting. Kerusakan
yang ditimbulkan oleh penyakit tumbuhan dapat menimbulkan kerugian yang sangat
besar terhadap masyarakat. Kerusakan ini selain disebabkan oleh karena
hilangnya hasil ternyata juga dapat melalui cara lain yaitu menimbulkan
gangguan terhadap konsumen dengan adanya racun yang dihasilkan oleh jamur dalam
hasil pertanian tersebut.
Gejala adalah perubahan yang ditunjukkan oleh tanaman sebagai suatu reaksi
pada patogen. Berdasarkan perubahan yang terjadi pada sel tumbuhan gejala
penyakit dibedakan menjadi 3 :
1.
Tipe Nekrosa
Gejalanya disebut Nekrosis yaitu gejala yang muncul sebagai akibat dari
rusaknya atau matinya sel – sel tumbuhan.
2. Tipe Hipoplastida
Gejalanya
disebut hipoplasia yaitu gejala yang muncul sebagai akibat dari terhentinya
pertumbuhan sel.
3. Tipe Hiperplastida
Gejalanya
disebut hiperplasia yaitu gejala yang muncul sebagai akibat perkembangan sel
yang luar biasa.
B.
Tujuan percobaan
Adapun tujuan dari praktikum yang
dilakukan yaitu sebagai berikut :
1.
Mengenal dan mengetahui berbagai jenis gejala penyakit yang menyerang
tanaman hortikultura dan perkebunan
2.
Mengenal dan mengetahui organisme penyebab penyakit pada tanaman cabai, kakao,
kopi dan tembakau
II. HASIL
DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
No
|
Tanaman
|
Gambar
|
1.
|
Cabai
|
Colletotrichum capsici
|
2.
|
Kakao
|
Phytophthora palmivora
|
3.
|
Kopi
|
Capnodium sp
|
4.
|
Tembakau
|
Cercospora nicotianae
|
B. Pembahasan
Gejala adalah perubahan yang ditunjukkan oleh
tanaman sebagai suatu reaksi pada patogen. Penyakit yang ditimbulkan pada
tanaman, terutama tanaman hortikultura dan perkebunan sangat beragam bentuknya.
Tetapi secara umum, gejala penyakit yang ditimbulkan oleh suatu penyakit ada
tiga, yaitu:
1. Tipe Nekrosa
Gejalanya disebut Nekrosis yaitu gejala yang
muncul sebagai akibat dari rusaknya atau matinya sel – sel tumbuhan.
2. Tipe
Hipoplastida
Gejalanya disebut hipoplasia yaitu gejala yang muncul sebagai
akibat dari terhentinya pertumbuhan sel.
3. Tipe
Hiperplastida
Gejalanya disebut hiperplasia yaitu gejala yang muncul sebagai
akibat perkembangan sel yang luar biasa.
Gejala
dan identifikasi penyakit yang akan kita lakukan adalah pada tanaman
cabai,kakao, kopi dan tembakau.
1. Colletotrichum
capsici
Penyakit
antraknosa atau patek pada tanaman cabai disebabkan oleh Cendawan Colletotrichum
capsici Sydow dan Colletotrichum gloeosporioides Pens, penyakit
antraknosa atau patek ini merupakan momok bagi para petani cabai karena bisa
menghancurkan panen hingga 20-90 % terutama pada saat musim hujan, cendawan
penyebab penyakit antraknosa atau patek ini berkembang dengan sangat pesat bila
kelembaban udara cukup tinggi yaitu bila lebih dari 80 rH dengan suhu 320
C biasanya gejala serangan penyakit antraknosa atau patek pada buah ditandai
buah busuk berwarna kuning-coklat seperti terkena sengatan matahari diikuti
oleh busuk basah yang terkadang ada jelaganya berwarna hitam. Sedangkan pada
biji dapat menimbulkan kegagalan berkecambah atau bila telah menjadi kecambah
dapat menimbulkan rebah kecambah. Pada tanaman dewasa dapat menimbulkan mati
pucuk, infeksi lanjut ke bagian lebih bawah yaitu daun dan batang yang
menimbulkan busuk kering warna cokelat kehitam-hitaman.
Pengendalian
Penyakit Antraknosa atau Patek:
- Melakukan prendaman biji dalam air panas (sekitar 550 C) selama 30 menit atau perlakuan dengan fungisida sistemik yaitu golongan triazole dan pyrimidin (0.05-0.1%) sebelum ditanam atau menggunakan agen hayati.
- Penyiraman fungisida atau agen hayati yang tepat pada umur 5 sebelum pindah tanam.
- Memusnahkan bagian tanaman yang terinfeksi, namun perlu diperhatikan saat melakukan pemusnahan, tangan yang telah menyentuh (sebaiknya diusahakan tidak menyentuh) luka pada tanaman tidak menyentuh tanaman/buah yang sehat, dan sebaiknya dilakukan menjelang pulang sehingga kita tidak terlalu banyak bersinggungan dengan tanaman/buah yang masih sehat.
- Penggiliran (rotasi) tanaman dengan tanaman lain yang bukan famili solanaceae(terong, tomat dll) atau tanaman inang lainnya misal pepaya karena berdasarkan penelitian IPB patogen antraknosa pada pepaya dapat menyerang cabai pada pertanaman.
- Penggunaan fungisida fenarimol, triazole, klorotalonil, dll. khususnya pada periode pematangan buah dan terutama saat curah hujan cukup tinggi.. Fungisida diberikan secara bergilir untuk satu penyemprotan dengan penyemprotan berikutnya, baik yang menggunakan fungisida sistemik atau kontak atau bisa juga gabungan keduanya.
- Penggunaan mulsa hitam perak, karena dengan menggunakan mulsa hitam perak sinar matahari dapat dipantukan pada bagian bawah permukaan daun/tanaman sehingga kelembaban tidak begitu tinggi.
- Menggunakan jarak tanam yang lebar yaitu sekitar 65-70 cm (lebih baik yang 70 cm) dan ditanam secara zig-zag ini bertujuan untuk mengurangi kelembaban dan sirkulasi udara cukup lancar karena jarak antar tanaman semakin lebar, keuntungan lain buah akan tumbuh lebih besar.
- Jangan gunakan pupuk nitrogen (N) terlalu tinggi, misal pupuk Urea, Za, ataupun pupuk daun dengan kandungan N yang tinggi.
Agen
hayati yang sering digunakan dalam pengendalian antraknosa adalah : Actinoplanes,
Alcaligenes, Agrobacterium Amorphospongarium, athrobacter dll, dan ini
biasanya bisa didapat di balai perlindungan tanaman Deptan. Namun perlu
diperhatikan bila kita menggunakan agen hayati sebaiknya kita tidak menggunakan
pestisida kimia, karena akan menyebabkan kematian pada agen hayati tersebut
2. Phytophthora palmivora
Penyakit Busuk
Buah disebabkan oleh jamur Phytophthora
palmivora (Pythiales :
Phythiaceae) yang dapat menyerang pada berbagai umur buah
sejak buah pentil hingga menjelang masak. Jamur yang menginfeksi buah dapat
berasal dari tanah, batang yang sakit kanker batang dan buah yang sakit.
Penularan terjadi dengan beberapa cara antara lain melalui percikan air hujan,
persentuhan dengan buah sakit, atau terbawa oleh binatang (semut, tikus, tupai
dan bekicot).
Penyakit busuk buah pada tanaman kakao disebabkan oleh Phytophthora
palmivora menurut anonim (2008), cendawan
ini tergolong dalam :
Klasifikasi
phytophthora palmivora
Kingdom
: Stramenophiles
Kelas
: Oomycetes
Ordo
: Peronosporales
Famili
: Pythiaceae
Genus
: Phytophthora
Spesies : Phytophtora palmivora Butler
Phytophtora palmivora memiliki
kisaran inang yang luas dapat menyerang 138 spesies tumbuhan yang termasuk ke
dalam bermacam-macam family (Chee, 1969). Untuk dapat berkembang biak, cendawan ini
memerlukan temperatur dan kelembaban udara tertentu. Perkembangan penyakit
makin tinggi pada temperatur optimum 31oC (Tucker, 1931 dalam
Agrios 1996). Cendawan ini telah dikenal sejak tahun 1886 di Indonesia dan
menjadi penyakit penting pada tanaman perkebunan (Muller, 1935 dalam
Agrios, 1996).
P. palmivora dapat menyerang bermacam-macam tanaman,
dengan demikian sumber inokulum selalu ada dilapangan. Namun yang dianggap
sumber inokulum paling penting adalah tanah.
Phytophthora merupakan marga yang memiliki sporangium yang jelas
berbentuk seperti buah jeruk nipis dengan tonjolan di ujungnya. Sporangium ini
tidak tahan kering, jika ada air maka sporangium ini akan melepaskan
zoospora-nya. Zoospora berenang-renang kemudian membentuk kista pada permukaan
tanaman dan akhirnya berkecambah dengan menghasilkan hifa yang pipih yang masuk
ke dalam jaringan inang.
Tanda dan Gejala Serangan
Serangan penyakit biasanya dimulai dari ujung atau
pangkal buah. Buah yang terinfeksi akan membusuk disertai bercak coklat kehitaman
dengan batas yang tegas. Dalam beberapa hari seluruh permukaan buah menjadi
busuk, basah dan berwarna kehitaman . Serangan pada buah muda akan menyebabkan
buah rusak dan tidak bisa dipanen. Serangan pada buah dewasa menimbulkan
kerusakan pada biji, tetapi masih dapat dipanen, walaupun kualitasnya menurun.
Penyakit P. palmivora ini dapat dikendalikan dengan
memadukan berbagai teknik pengendalian seperti varietas tahan, kultur teknis,
secara mekanis dan secara kimiawi (Anonim 2008).
a. Varietas resisten
Menanam klon-klon yang relatif resisten terhadap penyakit busuk
buah P. palmivora yaitu DRC 16, Sca 6, Sca 12 dan ICS 6.
b. Kultur Teknis
Mengatur kelembaban kebun agar tidak terlalu tinggi, dengan cara
mengatur naungan dan pemangkasan tanaman kakao dan drainase kebun, diperbaiki agar perkembangan
penyakit terhambat.
c. Mekanis
Buah-buah yang busuk di pohon diambil dan
dikumpulkan, kemudian dipendam sedalam kurang lebih 30 cm dari permukaan tanah.
Hal ini dapat menekan sumber infeksi serendah mungkin sehingga terhambat
terjadinya infeksi baru.
d. Kimiawi
Pengendalian secara kimiawi dapat
dilakukan dengan menyemprotkan fungisida. Fungisida yang dapat digunakan adalah
fugisida tembaga 0,3 %, dengan interval dua minggu, dan fungisida maneb 0,2 %
dengan interval 1 – 2 minggu. Penyemprotan dengan menggunakan knapsack sprayer
dengan volume semprot 500 1/hari dan dilakukan pada saat buah sebagian besar
telah berumur tiga bulan atau panjang buah sekitar 12 cm.
e.
Pengendalian Secara Biologi
Dengan
menggunakan agen hayati dari kelompok jamur yang memiliki beberapa keunggulan
sesuai program pengendalian yang ramah lingkungan antara lain mudah didapat
karena tersedia di alam, dapat diperbannyak secara sederhana dan efekktif,
jamur yang berpotensi untuk mengendalikan secara prefentif yaitu jamur Trichoderma
harzianum dan Trichoderma viren.
3. Embun Jelaga (Capnodium sp.)
Selain tanaman kopi, tanaman inang lainnya embun jelaga berupa melati, jeruk,
mangga, belimbing, mengkudu, jambu biji. Embun jelaga menutupi permukaan atas
daun . Patogen tersebut membentuk lapisan merata. Epidemiologi penyakit ini
yaitu miselium cendawan ini hanya terdapat di permukaan daun dan tidak masuk ke
dalam jaringan. Untuk pertumbuhannya cendawan hanya memakan embun madu yang
melekat pada daun. Selaput hitam tipis
pada permukaan daun tersebut terbentuk dari hifa yang menjalin dan menenun.
Apabila udara kering selaput dapat lepas dari daun dan pecah menjadi
bagian-bagian kecil yang terhembus angin dan beterbangan kemana-mana. Cendawan
ini berkembang biak pada musim kemarau, sedang pada musim hujan berkurang,
karena embun madunya tidak banyak.
Pengendalian penyakit ini antara
lain dengan cara:
a. Kultur teknis
a. Kultur teknis
Mengurangi kelembaban kebun dengan
mengatur jarak tanam dengan cara memangkas tanaman atau tunas yang tidak
produktif.
b. Mekanis
b. Mekanis
Memangkas daun yang terserang dan memusnahkannya
dan mengurangi populasi kutu daun penghasil sekresi sebagai media pertumbuhan
cendawan.
c. Kimiawi
c. Kimiawi
Sebelum aplikasi fungisida dilakukan
pemantauan OPT, dan aplikasinya apabila diperlukan. Pestisida yang digunakan
adalah pestisida yang telah terdaftar dan diizinkan Menteri Pertanian.
4. Cercospora
nicotianae
Penyakit Bopeng yang dikenal sebagai
perusak penampilan ternyata tidak hanya menyerang manusia saja namun juga dapat
menyerang tanaman terutama tem-bakau. Tentu saja penyebab, bentuk serta
gejalanya antar kedua penyakit tersebut berlainan. Serangan pada daun tembakau
tentu saja lebih parah karena selain mengganggu penampilan daun juga
menyebabkan mutu tembakau menurun yang akibatnya tidak bisa dijual. Penyakit
bopeng atau bercak daun atau patik yang menyerang tanaman tembakau ini
disebabkan oleh jamur Cercospora
nicotianae. Sebagai informasi, jamur Cercospora
nicotianae ini telah menyebar dan terdapat di semua daerah penanaman
tembakau di seluruh dunia. Jadi, resiko tanaman tembakau terserang penyakit
bopeng cukup besar bila tidak dilakukan pencegahan dan pengendalian. Keberadaan
jamur ini terutama sangat merugikan bila ada di daerah tropika yang cuacanya
panas dan lembab.
Penyakit ini pertama kali ditemukan dan
dilaporkan oleh Ellis dan Everheart pada tahun 1893 di Carolina Utara. Kini
penyakit tersebut telah menyebar ke berbagai sentra tanaman tembakau seiring
dengan penyebaran tanaman tersebut.
Tidak sulit bagi kita mengidentifikasi/mengenali
ciri-ciri pada daun tanaman tembakau yang telah terkena penyakit ini. Daun yang
sakit mempunyai bercak-bercak merah kecoklatan melingkar yang garis tengahnya
dapat mencapai 2 – 15 mm. Mula-mula bercak berwarna coklat lalu menjadi kering
dan berwarna putih dengan tepi coklat yang akhirnya bagian ini pecah dan
berlubang. Bila kita perhati-kan lebih jauh pada te-ngah-te-ngah bercak
tersebut akan terdapat titik-titik hitam yang sangat halus. Titik –titik
tersebut merupakan kumpulan konidiofor jamur.
Cercospora nicotianae ini ternyata dapat berkembang sejak di pembibitan,
tanaman di lapangan bahkan setelah daun dipetik dan selama proses pengeringan
daun di bangsal/gudang. Hal ini berarti jamur tersebut tidak hanya membahayakan
tanaman tembakau pada fase tertentu saja, namun juga mulai pembibitan hingga
pasca panen.
Bercak-bercak tersebut biasanya muncul
pada daun-daun bawah atau daun tua dan daun-daun yang telah matang, karena
daun-daun ini lebih rentan dari pada daun-daun yang masih muda. Meskipun
demikian bila cuaca lembab dan kondisi alam mendukung untuk perkembangan jamur
serta penyebaran penyakit sudah meluas, maka serangan bercak daun dapat terjadi
juga pada daun yang masih muda. Warna bercak Cercospora ini pun tidak selalu coklat kemerahan saja karena
seperti halnya Di Deli, daun tembakau yang terserang Cescospora yang gejalanya bercak putih juga menyebabkan penyakit
bopeng. Bercak putih tersebut dinamakan bopeng putih.
Penyebaran penyakit ini sangat mudah.
Sebagai contoh bila konidia Cercospora
jatuh pada daun tembakau yang akan dipetik dan konidia ini melekat pada daun
yang akan dibawa ke gudang, maka konidia tersebut masih mampu berkembang pada
daun tembakau di dalam gudang. Udara diantara daun-daun yang lebab di gudang
yang sangat lembab ini sangat cocok untuk perkembangan jamur, sehingga pada
daun yang telah kering akan terbentuk bercak-bercak coklat kehijauan yang
seringkali disebut “bercak gudang” atau “bopeng hijau”.
Penyakit bopeng ini dapat berkembang bila
pemetikan daun terlambat dilakukan sehingga daun sudah dalam kondisi terlalu
matang. Semakin tua daun maka semakin besar resikonya atau semakin rentan untuk
diinfeksi oleh jamur Cercospora nicotianae. Penyakit bopeng akan sangat
cepat meluas bila kondisi alam mendukung yaitu bila kelembaban udara di areal
tanaman tembakau cukup tinggi hasilnya karena curah hujan dan suhu udara yang
tinggi.
Jamur ini menginfeksi tanaman melalui
mulut daun tembakau (stomata). Untuk dapat berkecambah konidia membutuhkan air.
Konidia dapat disebarkan melalui angin ataupun percikan air. Sporulasi jamur
pada permukaan daun terjadi pada suhu 18 – 270C.
Adapun usaha-usaha yang dapat dilakukan
dalam rangka mencegah dan mengendalikan jamur Cescospora nicotianae ini antara lain :
Melakukan pembersihan sisa-sisa tanaman
tembakau yang telah dipanen sehabis tanam. Dengan usaha sanitasi ini maka
diharapkan jamur Cescospora nicotianae
yang memiliki kemampuan dormasi tersebut tidak mempunyai kesempatan
mempertahankan diri pada sisa-sisa tanaman.
Melakukan pemeriksaan pembibitan tembakau
yang akan ditanam terhadap gejala
penyakit bopeng secara berkala dan intensif. Apabila saat itu terdapat bibit
yang mulai menunjukkan gejala terserang bopeng, maka saat itu pula langsung
dimusnahkan. Daun-daun yang telah terkena penyakit bopeng agar segara dipetik
supaya tidak menjadi sumber penular bagi daun lainnya. Untuk menjaga agar jamur
tidak melekat pada biji tembakau, maka disarankan agar benih tembakau yang akan
digunakan untuk bibit sebaiknya disimpan dalam botol yang tertutup rapat,
ditempatkan dalam tabung yang diberi kapur barus selama setahun lebih untuk
menghindari perkembangan sporanya.
Jangan membiarkan satu titik Cescospora nicotianae pada daun di
lapangan dalam waktu lama. Bila terlihat harus segera dipetik atau dipotong
sehingga tidak menyebarkan spora ke daun lain atau terbawa hingga ke
bangsal/gudang fermentasi.
Bila sudah terjadi serangan namun dalam
skala rendah maka pengendaliannya dapat dilakukan dengan memberikan fungisida
bahan aktif tembaga hidroksida seperti Victory 80WP yang bergantian dengan
Kocide 50WDG. Tindakan preventif menggunakan fungisida juga dapat dilakukan
sejak pembibitan hingga panen. Karena saat ini banyak beredar fungisida kontak
juga sistemik, untuk menjaga resistensi jamur Cescospora nicotianae terhadap fungisida tersebut sebaiknya
penyemprotan dilakukan secara bergantian.
III.
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari
praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. secara umum, gejala yang ditimbulkan ada 3 jenis, yaitu nekrosa,
hipoplastida, hiperplastida
2.
ciri khas dari
bentuk colletotricum capsici adalah adanya seta yang menempel pada aservulus
3.
pengendalian
dari penyakit pada tanaman cabai, kakao, kopi dan tembakau serata umum yaitu
pengunaan kultivar unggul, pengendalian kultur teknis, biologi dan kimiawi
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim,
2008. Hama dan Penyakit Tumbuhan.
http://en.fokus.com/d/hama-dan-penyakit-pada-tanaman.htm. diaskes pada tanggal 10
Maret 2012 pukul 13.46 WIB.
Agrios, G.N.
1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan (Terjemahan
Munzir Busnia). Gadjah Mada University Press.
Ardian 2009.
Bercak Daun Si Perusak Kualitas Tembakau Cerutu. http://ardiant181.wordpress.com/2009/01/03/bercak-daun-si-perusak-kualitas-tembakau-cerutu/. Diakses pada tanggal 10 Maret 2012 pukul 14.09 WIB
Chee SS, Zawiah
H, Ismail MN, Ng KK. 1996 . Antropometry, dietary patterns and nutrient
intakes of Malaysian estate workers. Mal J Nutr
Cook, R. J. and K. F. baker.
1983. The Nature and Practice of
Biological Control of plant pathogens. The American Phytopathological
society. St. paul, Minnesota. 539 hal.
Tosasan
,resep.2008. Embun Jelaga. http://tanamanj27.blogspot.com/2008/10/embun-jelaga.html. Diakses pada tanggal 10 Maret 2012 pukul 14.12 WIB
Yusuf, tohari. 2010. Antraknosa Atau Patek Pada
Tanaman Cabai http://tohariyusuf.wordpress.com/2010/01/11/anthraknosa-atau-patek-pada-tanaman-cabai/. Diakses pada tanggal 10 Maret 2012 pukul 14.31 WIB
LAMPIRAN
Thanks infonya. aanpariansyah.student.ipb,ac.id
BalasHapussma2..slam kenal...
Hapus