LABEL INSEKTISIDA
(Laporan Praktikum Ilmu Hama Tumbuhan
Umum)
Oleh :
Darso Waluyo
0914013084
PROGRAM
STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
LAMPUNG
2011
I. PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Insektisida
adalah senyawa kimia yang digunakan untuk membunuh serangga pengganggu (hama
serangga). Insektisida dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan, tingkah
laku, perkembang biakan, kesehatan, memengaruhi hormon, penghambat makan,
membuat mandul, sebagai pemikat, penolak, dan aktifitas lainnya yang dapat
memengaruhi organisme pengganggu tanaman. Selain itu, insektisida dapat pula
membunuh serangga pengganggu (hama serangga). Insektisida dapat membunuh
serangga dengan dua mekanisme, yaitu dengan meracuni makanannya (tanaman) dan dengan
langsung meracuni si serangga tersebut.
Menurut cara kerja atau distribusinya
didalam tanaman, insektisida dibedakan menjadi tiga macam yaitu:
a.
Insektisida Sistemik
Insektisida sistemik diserap oleh bagian-bagian tanaman melalui stomata, meristem akar, lentisel batang dan celah-celah alami. Selanjutnya insektisida akan melewati sel-sel menuju ke jaringan pengangkut baik xylem maupun floem. Insektisida akan meninggalkan residunya pada sel-sel yang telah dilewatinya. Melalui pembuluh angkut inilah insektisida ditranslokasikan ke bagian-bagian tanaman lainnya baik kearah atas (akropetal) atau ke bawah (basipetal), termasuk ke tunas yang baru tumbuh. Serangga akan mati apabila memakan bagian tanaman yang mengandung residu insektisida.
Insektisida sistemik diserap oleh bagian-bagian tanaman melalui stomata, meristem akar, lentisel batang dan celah-celah alami. Selanjutnya insektisida akan melewati sel-sel menuju ke jaringan pengangkut baik xylem maupun floem. Insektisida akan meninggalkan residunya pada sel-sel yang telah dilewatinya. Melalui pembuluh angkut inilah insektisida ditranslokasikan ke bagian-bagian tanaman lainnya baik kearah atas (akropetal) atau ke bawah (basipetal), termasuk ke tunas yang baru tumbuh. Serangga akan mati apabila memakan bagian tanaman yang mengandung residu insektisida.
b. Insektisida Non-sistemik
Insektisida non sistemik tidak dapat diserap oleh jaringan tanaman, tetapi hanya menempel pada bagian luar tanaman. Lamanya residu insektisida yang menempel pada permukaan tanaman tergantung jenis bahan aktif (berhubungan dengan presistensinya), teknologi bahan dan aplikasi. Serangga akan mati apabila memakan bagian tanaman yang permukaannya terkena insektisida.
Insektisida non sistemik tidak dapat diserap oleh jaringan tanaman, tetapi hanya menempel pada bagian luar tanaman. Lamanya residu insektisida yang menempel pada permukaan tanaman tergantung jenis bahan aktif (berhubungan dengan presistensinya), teknologi bahan dan aplikasi. Serangga akan mati apabila memakan bagian tanaman yang permukaannya terkena insektisida.
c. Insektisida Sistemik Lokal
Insektisida ini hanya mampu diserap oleh jaringan daun, akan tetapi tidak dapat ditranslokasikan ke bagian tanaman lainnya (efek translaminar). Insektisida yang jatuh ke permukaan atas daun akan menembus epidermis atas kemudian masuk ke jaringan parenkim pada mesofil (daging daun) dan menyebar ke seluruh mefosil daun (daging daun) hingga mampu masuk kedalam sel pada lapisan epidermis daun bagian bawah (permukaan daun bagian bawah).
B. Tujuan PercobaanInsektisida ini hanya mampu diserap oleh jaringan daun, akan tetapi tidak dapat ditranslokasikan ke bagian tanaman lainnya (efek translaminar). Insektisida yang jatuh ke permukaan atas daun akan menembus epidermis atas kemudian masuk ke jaringan parenkim pada mesofil (daging daun) dan menyebar ke seluruh mefosil daun (daging daun) hingga mampu masuk kedalam sel pada lapisan epidermis daun bagian bawah (permukaan daun bagian bawah).
Adapun tujuan dari paraktikum kali ini adalah:
1.
Mengetahui tentang pestisida dan
insektisida
2.
Mengenal jenis-jenis insektisida.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Insektisida
adalah zat kimia sintesis yang digunakan untuk membunuh atau mengendalikan hama
dan penyakit yang disebabkan oleh serangga yang menyerang tanaman (Cahyono,
2002).
Pestisida mencakup bahan-bahan racun yang digunakan
untuk membunuh jasad hidup yang menggangu tumbuhan, ternak, dan
sebagainya yang diusahakan manusia untuk kesejahteraan hidupnya. Adapun penggolongan
pestisida menurut jasad sasarannya ada berbagai golongan , antara lain Insektisida (racun hewan), fungisida (racun
jamur/ cendawan) , herbisida (racun gulma/ racun tumbuhan
pengganggu), rodentisida( racun binatang pengerat) dan
sebagainya (Tarumingkeng, 2000).
Menurut para ahli, sayuran dan buah
dalam jumlah kadar yang kecil, jika dikonsumsi secara teratur dapat menyebakan
kerusakan genetika, dan dapat system imun ( kekebalan) pada
anak, selain itu dapat pula membuat perubahan-perubahan perilaku sehingga diperlukan langkah-langkah lanjut untuk melindugi anak. Pada
tahun 1983, kira-kira 2 juta manusia menderita karena
keracunan pestisida dan 40.000 yang
lainnya berikat fatal (Sukoco, 1999).
Penggunaan
insektisida secara berlebihan dapat menimbulkan berbagai masalah. Dampak yang
muncul misalnya terjadinya resistensi (kekebalan) pada hama sasaran, munculnya
hama-hama sekunder, merusak lingkungan bahkan lebih jauh lagi dapat menyebabkan
terjadinya gangguan keseimbangan ekosistem. Kemungkinan juga dapat berefek
tidak baik bagi kesehatan petani itu sendiri, karena terhirup atau terhisap
insektisida tersebut (Kabelan Kunia, 2010).
Kerugian
yang ditimbulkan akibat penggunaan pestisida, dapat dikelompokkan atas 3
bagian: pestisida berpengaruh negatip terhadap kesehatan manusia, pestisida
berpengaruh buruk terhadap kualitas lingkungan, dan pestisida meningkatkan
perkembangan populasi jasad penganggu tanaman. Masalah yang banyak
diprihatinkan yang berwawasan lingkungan adalah masalah pencemaran yang
diakibatkan penggunaan pestisida di bidang pertanian, kehutanan,
pemukiman, maupun di sektor kesehatan. Pencemaran pestisida terjadi karena adanya
residu yang tertinggal di lingkungan fisik dan biotis disekitar kita. Sehingga
akan menyebabkan kualitas lingkungan hidup manusia semakin menurun ( Warlinson Girsang, 2009).
III. METODE PERCOBAAN
A. Alat dan Bahan
Alat-alat yang
di gunakan pada praktikum ini yaitu Alat tulis yang digunakan untuk menulis
data tentang pestisida yang
diamati.
Sedangkan bahan yang di gunakan pada praktikum ini yaitu berbagai jenis
pestisida yang digunakan dalam budidya pertanian.
B. Cara Kerja
Adapun
langkah kerja yang dilakukan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Siapkan alat
tulis dan jenis pestisida yang akan diamati.
2.
Kemudian amati setiap jenis pestisida dan catat seperti kandungan bahan aktif .
waktu penggunaan , tanda bahaya dll.
3. Catat dengan
teliti dan rapi.
IV.
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
ü Nama dagang : FURRADAN
1. Nama bahan aktif : Karbofuran 3%
2.
Formulasi : 3GR
3.
Bobot/volume : 2 kg
4.
Jenis pestisida : Sistemik
5.
Nomor izin : RI.16/8-2006/T
6.
Gambar dan kalimat tanda bahaya : Bahan berbahaya.
7.
Petunjuk penggunaan :
a.
Konsentrasi, dosis dan volume semprot : padi sawah : 17 kg/ha, padi gogo : 17
kg/ha, kentang : 2-4 gr/lubang.
b.
Jenis komoditi : Lalat daun, lundi,
nematoda.
c.
Waktu dan frekuensi aplikasi : Penyemprotan volume tinggi waktu aplikasi
apabila populasi atau intensitas serangan hama mencapai ambang pengendaliannya
sesuai rekomendasi.
- Cara aplikasi bagi operator : -
- Cara penyimpanan : Simpan pada tempat yang kering.
10.
Petunjuk pertolongan
: Apabila terhirup segera pergi ke tempat yang berudara segar,jika terkena mata
segera dibilas dengan air.
ü Nama dagang : PESTISIDA NABATI
1.
Nama
bahan aktif : -
2.
Formulasi : -
3.
Bobot/volume : 1 liter
4.
Jenis
pestisida : Insektisida cair
5.
Nomor
izin : -
6.
Gambar
dan kalimat tanda bahaya : -
7.
Petunjuk
penggunaan :
- Konsentrasi, dosis dan volume semprot : campur 1 liter pestisida nabati ini dengan 15 liter air.
- Jenis komoditi : Wereng coklat, ulat grayak, ulat jengkal, ulat daun, belalang, trips, aphids, dll.
- Waktu dan frekuensi aplikasi : -
8.
Cara
aplikasi bagi operator : -
- Cara penyimpanan : -
- Petunjuk pertolongan : -
ü Nama dagang : CASCADE
- Nama bahan aktif : Flufenoksuron 50 gr/l
- Formulasi : 50 EC
- Bobot/volume : 300 ml
- Jenis pestisida : Insektisida cair
- Nomor izin : RI.817/12-2005/T
- Gambar dan kalimat tanda bahaya : Bahan berbahaya
- Petunjuk penggunaan :
- Konsentrasi, dosis dan volume semprot : Bawamg merah : 1-2 ml/l, Kedelai : 0,75-1,5 ml/l, kelapa sawit : 150-300 ml/ha, teh : 0,25-0,5 l/ha, kacang panjang : 0,5-2 ml/ha.
- Jenis komoditi : Ulat grayak ( Spodoptera axigua ), Ulat api (Spodoptera litura ).
- Waktu dan frekuensi aplikasi : Penyemprotan volume tinggi waktu aplikasi apabila populasi atau intensitas serangan hama mencapai ambang pengendaliannya sesuai rekomendasi.
- Cara aplikasi bagi operator : Penyemprotan volume tinggi waktu aplikasi apabila populasi atau intensitas serangan hama mencapai ambang pengendaliannya sesuai rekomendasi.
- Cara penyimpanan : Simpan ditempat yang aman dan jauh dari jangkauan anak-anak.
- Petunjuk pertolongan : Tinggalkan pakaian yang terkena bahan ini, cuci kulit yang terkena dengan air, apabila kena mata cuci dengan air bersih selama 15 menit.
ü Nama dagang : DECIS
1. Nama bahan aktif : Deltametrin
25 gr/l
2.
Formulasi : 2,5 EC
3.
Bobot/volume : 500 ml
4. Jenis pestisida : Insektisida cair
5. Nomor izin : RI.387/11-2002/T
6. Gambar dan kalimat tanda
bahaya : Bahan
berbahaya
7. Petunjuk penggunaan :
a. Konsentrasi, dosis dan volume semprot
: Bawamg merah : 0,5-1 ml/l, Cabai : 0,1875-0,375 ml/l, jagung : 0,2 l/ha,
kacang hijau : 0,25-0,5 l/ha.
b. Jenis komoditi : Ulat grayak (
Spodoptera axigua ), Thrips sp., belalang ( Locusta migratoria
)
c. Waktu dan frekuensi aplikasi
: Penyemprotan volume tinggi waktu aplikasi apabila populasi atau intensitas
serangan hama mencapai ambang pengendaliannya sesuai rekomendasi.
8. Cara aplikasi bagi operator : Penyemprotan volume
tinggi waktu aplikasi apabila populasi atau intensitas serangan hama mencapai
ambang pengendaliannya sesuai rekomendasi.
9. Cara penyimpanan : Simpan
ditempat yang aman dan jauh dari jangkauan anak-anak.
10.
Petunjuk pertolongan
: Tinggalkan pakaian yang terkena bahan ini, cuci kulit yang terkena dengan
air, apabila kena mata cuci dengan air bersih selama 15 menit, apabila tertelan
cucilah mulut dengan air bersih lalu beri air hangat dengan norit.
ü Nama dagang : CURRATER
1. Nama bahan aktif : Karbofuran 3%
2.
Formulasi : -
3.
Bobot/volume : 2 kg
4.
Jenis pestisida : Insektisida dan
nematisida
5.
Nomor izin : RI.237/8-2008/T
6.
Gambar dan kalimat tanda bahaya : Bahan berbahaya
7.
Petunjuk penggunaan :
- Konsentrasi, dosis dan volume semprot : -
- Jenis komoditi : -
- Waktu dan frekuensi aplikasi : Penyemprotan volume tinggi waktu aplikasi apabila populasi atau intensitas serangan hama mencapai ambang pengendaliannya sesuai rekomendasi.
- Cara aplikasi bagi operator : Penyemprotan volume tinggi waktu aplikasi apabila populasi atau intensitas serangan hama mencapai ambang pengendaliannya maka harus dihentikan sesuai rekomendasi, hubungi petugas pertanian setempat.
- Cara penyimpanan : -
10.
Petunjuk pertolongan
: Tinggalkan pakaian yang terkena bahan ini, cuci kulit yang terkena dengan
air, apabila kena mata cuci dengan air bersih selama 15 menit, hubungi petugas
setempat.
ü Nama dagang : SEVIN
1. Nama bahan aktif : Karbani 85%
2.
Formulasi : 85 S
3.
Bobot/volume : 500 g
4.
Jenis pestisida : Insektisida
5.
Nomor izin : RI.22/10-2001/T
6.
Gambar dan kalimat tanda bahaya : Bahan berbahaya
7.
Petunjuk penggunaan :
a.
Konsentrasi, dosis dan volume semprot
: jagung : 1,5 kg/ha,kapas : 1-1,5 kg/ha, kedelai : 1-2 gr/ha
b.
Jenis komoditi : Belalang, perusak
daun, kutu kapuk
c.
Waktu dan frekuensi aplikasi : Penyemprotan volume tinggi waktu aplikasi
apabila populasi atau intensitas serangan hama mencapai ambang pengendaliannya
sesuai rekomendasi.
- Cara aplikasi bagi operator : Campurkan dengan air secukupnya sampai berbentuk pasta.
- Cara penyimpanan : Simpanlah pestisida tertutup rapat dalam wadah.
10.
Petunjuk pertolongan
: Tinggalkan pakaian yang terkena bahan ini, cuci kulit yang terkena dengan
air, apabila kena mata cuci dengan air bersih selama 15 menit, hubungi petugas
setempat.
ü Nama dagang : METARHIZIUM ANISOPLIAE
1. Nama bahan aktif : -
2.
Formulasi : M
3.
Bobot/volume : 100 g
4.
Jenis pestisida : Insektisida
5.
Nomor izin : -
6.
Gambar dan kalimat tanda bahaya : Bahan
berbahaya
7.
Petunjuk penggunaan :
a.
Konsentrasi, dosis dan volume semprot
: -
b.
Jenis komoditi : wereng hijau, wereng coklat.
c.
Waktu dan frekuensi aplikasi : Penyemprotan volume tinggi waktu aplikasi
apabila populasi atau intensitas serangan hama mencapai ambang pengendaliannya
sesuai rekomendasi.
- Cara aplikasi bagi operator : 5 gr Metarhizum dilarutkan dengan air 1 liter, kemudian disemprotkan pada hama pada sore hari, gunakan detergen sebagai perata.
- Cara penyimpanan : -
10.
Petunjuk pertolongan
: apabila kena mata cuci dengan air bersih selama 15 menit.
ü Nama dagang : TRIGARD
1. Nama bahan aktif : Siromazin 75%
2.
Formulasi : 75 WP
3.
Bobot/volume : 50 g
4.
Jenis pestisida : Insektisida
5.
Nomor izin : RI.1318/11-97/T
6.
Gambar dan kalimat tanda bahaya : Hindari kontak
langsung dengan mata.
7.
Petunjuk penggunaan :
a.
Konsentrasi, dosis dan volume semprot
: 0,15-0,30 g/l larutan atau 15-30 gr/100 l larutan.
b.
Jenis komoditi : Diptera yaitu Liriomyza spp.
c.
Waktu dan frekuensi aplikasi
: -
- Cara aplikasi bagi operator : -
- Cara penyimpanan : -
10.
Petunjuk pertolongan
: Tinggalkan pakaian yang terkena bahan ini, cuci kulit yang terkena dengan
air, apabila kena mata cuci dengan air bersih selama 15 menit.
ü Nama dagang : MARSHAL
1. Nama bahan aktif : Karbonsulfat
25,53%
2.
Formulasi : 25 ST
3.
Bobot/volume : 20 g
4.
Jenis pestisida : Insektisida
5.
Nomor izin : RI.644/8-2003/T
6.
Gambar dan kalimat tanda bahaya : Bahan berbahaya.
7.
Petunjuk penggunaan :
a.
Konsentrasi, dosis dan volume semprot : Padi gogo, jagung dan kedelai : 20gr/1
kg benih.
b.
Jenis komoditi : Lalat bibit ( Atherigona
aryzae, Atherigona exigua, Agromyza spp )
c.
Waktu dan frekuensi aplikasi
: -
- Cara aplikasi bagi operator : Gunakan sarung tangan, campurkan benih dan Marshal kedalam kantong plastik lalu kocok selama 2 menit.
- Cara penyimpanan : -
10.
Petunjuk pertolongan
: Apabila tertelan segera usahakan pemuntahan dengan cara memberikan segelas
air hangat yang ditambah 1 sendok teh garam.
ü Nama dagang : BVR ( Beauveria Bassiana )
1. Nama bahan aktif : -
2.
Formulasi : -
3.
Bobot/volume : 100 g
4.
Jenis pestisida : Insektisida
5.
Nomor izin : -
6.
Gambar dan kalimat tanda bahaya : -
7.
Petunjuk penggunaan :
a.
Konsentrasi, dosis dan volume semprot : 2 gr/l air/30 gr/tangki semprot.
b.
Jenis komoditi : Kutu, thrips, ulat
kubis.
c.
Waktu dan frekuensi aplikasi
: sore hari
- Cara aplikasi bagi operator : Dapat digunakan bersamaan dengan penyemprotan pupuk organik cair.
- Cara penyimpanan : Simpan ditempat yang sejuk dan terhindar dari sinar matahari, suhu 25-30ºC
10.
Petunjuk pertolongan
: -
ü Nama dagang : NPV
1. Nama bahan aktif : -
2.
Formulasi : -
3.
Bobot/volume : 100 gr
4.
Jenis pestisida : Sistemik hayati
5.
Nomor izin : -
6.
Gambar dan kalimat tanda bahaya : -
7.
Petunjuk penggunaan :
a.
Konsentrasi, dosis dan volume semprot
: -
b.
Jenis komoditi : Ulat grayak
c.
Waktu dan frekuensi aplikasi
: -
- Cara aplikasi bagi operator : 5 gr NPV bubuk dilarutkan dalam 1 liter air, kemudian disemprotkan ke tanaman, hindari dari sinar matahari pada saat aplikasi.
- Cara penyimpanan : -
10.
Petunjuk pertolongan
: Jika terkena mata/bagian tubuh lainya cukup dibasuh dengan air bersih.
B.
Pembahasan
Pestisida
adalah bahan yang digunakan untuk mengendalikan, menolak, memikat, atau
membasmi organisme pengganggu. Nama ini berasal dari pest ("hama") yang diberi
akhiran -cide ("pembasmi").
Berdasarkan Fungsi/sasaran penggunaannya, pestisida
dibagi menjadi 6 jenis yaitu:
·
Herbisida adalah pestisida yang
digunakan untuk membasmi tanaman pengganggu (gulma) seperti alang-alang,
rerumputan, eceng gondok, dll. Contoh ammonium sulfonat dan pentaklorofenol.
·
Bakterisida
adalah pestisida untuk memberantas bakteri atau virus. Salahsatu contoh
bakterisida adalah tetramycin yang digunakan untuk membunuh virus CVPD yang
meyerang tanaman jeruk. Umumnya bakteri yang telah menyerang suatu tanaman
sukar diberantas. Pemberian obat biasanya segera diberikan kepada tanaman
lainnya yang masih sehat sesuai dengan dosis tertentu.
·
Fungisida adalah pestisida untuk
memberantas/mencegah pertumbuhan jamur/ cendawan seperti bercak daun, karat
daun, busuk daun, dan cacar daun. Contoh : tembaga oksiklorida, tembaga (I)
oksida, carbendazim, organomerkuri, dan natrium dikromat.
- Insektisida adalah pestisida yang digunakan untuk memberantas serangga seperti belalang, kepik, wereng, dan ulat. Insektisida juga digunakan untuk memberantas serangga di rumah, perkantoran atau gudang, seperti nyamuk, kutu busuk, rayap, dan semut. Contoh : basudin, basminon, tiodan, diklorovinil dimetil fosfat, diazinon,dll.
- Nematisida adalah pestisida yang digunakan untuk memberantas hama tanaman berupa nematoda (cacing). Hama jenis ini biasanya menyerang bagian akar dan umbi tanaman. Nematisida biasanya digunakan pada perkebunan kopi atau lada. Nematisida bersifat dapat meracuni tanaman, jadi penggunaannya 3 minggu sebelum musim tanam. Selain memberantas nematoda, obat ini juga dapat memberantas serangga dan jamur. Dipasaran dikenal dengan nama DD, Vapam, dan Dazomet.
·
Rodentisida
adalah pestisida yang digunakan untuk memberantas hama tanaman berupa hewan
pengerat seperti tikus. Lazimnya diberikan sebagai umpan
yang sebelumnya dicampur dengan beras atau jagung. Hanya penggunaannya harus hati-hati, karena dapat
mematikan juga hewan ternak yang memakannya. Contohnya :
Warangan.
Pestisida memiliki
dua bentuk formulasi yaitu bentuk cair dan bentuk padatan. Formulasi pestisida
dalam bentuk cair antara lain :
- EC (Emulsifiable Cocentrate atau Emulsible Cocentrate). Sediaan berbentuk pekatan (konsentrat) cair dengankonsentrasi bahan aktifd yang cukup tinggi. Kosentrasi ini jika dicampur dengan air akan membentuk emilsi (butiran denda cair yang melayang dalam media cair lain). EC umumnya digunakan dengan cara disemprot, meskipun dapat pula digunakan dengan cara lain.
- Soluble Concentrate in water (WSC) atau Water Soluble Concentrate (WSC). Formulasi ini mirip EC, tetapi bila decamp[ur air tidsak membentuk emulsi, melainkan membentuk larutan homogen. Umumnya, sediaan ini digunakan dengan cara disemprotkan.
- Aeous Solution (AS) atau Aquaous Concentrate (AC). pekatan ini diarutkan dalam air. Persisida yang diformulasi dalam bentuk AS dan AC umumnya pestisida berbentuk garam yang mempunyai kelarutan tinggi dalam air. Pestisida ini juga dighunakan dengan cara disemprot.
- Soluble (SL). Pekatan cair ini jika dicampurkan air akan membentuk larutan. Pestisida ini digunakan dengan cara disemprotkan. SL juga dapat mengacu pada formulasi slurry.
- Flowable (F) atau Flowabel ini Water (FW). Formulasi ini berupa konsentrasi cair yangs angat pekat. Bila dicampur air, F atau FW akan membentuk emilsi seperti halnya WP. Pada dasarnya FW adalah WP yang dibasahkan.
- Ultra Low Volume (ULV). Sediaan khusus untuk penyemprotan dengan volume ultra rendah, yakni volume semprot antara 1 hingga 5 liter/hektar. ULV umumnya merupakan sdiaan siap pakai, tanpa harus dicampur dengan air.
Formulasi dalam bentuk padat :
- Wettable Powder (WP). Formulasi WP bersama EC merupakan formulasi klasik yang masih banyak digunakan dingga saat ini. WP adalah formulasi bentuk tepung yang bila dicampur air akan membentuk suspensi yang penggunaannya dengan cara disemprot.
- Soluble powder (S atau SP). Formulasi bentuk tepung yang bia dicampur air akan menghasilkan larutan homogen. Pestisida ini juga digunakand enga cara disemprotkan.
- Butiran (G). Butiran yang umumnya merupakan sedian siap pakai dengan konsetrasi rendah. Pestisida butiran digunakan dengan cara ditaburkan di lapagan (baik secara manual dengan tangan atau dengan mesin penabur) setelah penaburan dapat diikuti denga pegolahan tanah atai tidak. Disamping formulasi G dikenal juga fomulasi SG, yakni sand granular.
- Water Dipersible Granule (WG atau WDG) . WDG atau WG berbentuk butiran, mirip G, tetapi penggunaanya sangat berbeda. Formulasi WDG harus diencerkan denga air dan digunakan dengan cara disemprotkan.
- Seed dreesing (SD) atau Seed Treatment (ST). Sediaan berbentuk tepung yang khusus digunakan untuk perawatan benih
- Tepug Hembus atau Dust (D). Sediaan siap pakai dengan konsentrasi rendah yang digunakan dengan cara dihembuskan.
- Umpan atau bait (B) ready Mix Bait (RB atau RMB). umpan merupakan formulasi siap pakai yang umumya digunakan untuk formulasi rodentisida.
LABEL adalah keterangan atau informasi penting yang
ditempel kuat pada pestisida agar tidak mudah lepas. Persaratan label Sesuai Lampiran VII
Keputusan Menteri Pertanian No. 434.1/Kpts/TP.270/7/2001,
Spesifikasi Teknis Label antara
lain :
Keterangan
yang harus dicantumkan pada label adalah sebagai berikut:
a. Nama dagang formulasi
b.
Jenis Pestisida
c. Nama dan Kadar bahan aktif
d.
Isi atau berat bersih dalam kemasan
e.
Peringatan keamanan
f.
Klasifikasi dan simbol bahaya
g.
Petunjuk keamanan
h.
Gejala keracunan
i. Pertolongan Pertama Pada KEcelakaan (P3K)
j.
Petunjuk penyimpanan
k.
Petunjuk penggunaan
l.
omor pendaftaran
m.
Nama dan alamat serta nomor telepon pemegang nomor pendaftaran
n.
Petunjuk pemusnahan
Pengaturan Cara Aplikasi Pestisida
a. Waktu Aplikasi
Aplikasi pestisida seharusnya hanya dilakukan pada waktu populasi atau intensitas serangan OPT telah melampaui ambang ekonomi atau ambang pengendalian. Jangan mengaplikasikan pestisida pada saat populasi atau intensitas serangan OPT masih di bawah ambang ekonomi, atau secara reguler tanpa memperhatikan populasi/intensitas serangan OPT, apalagi tidak ada serangan OPT. Hal ini dimaksudkan agar aplikasi pestisida hanya pada waktu yang diperlukan dan tidak berlebihan.
a. Waktu Aplikasi
Aplikasi pestisida seharusnya hanya dilakukan pada waktu populasi atau intensitas serangan OPT telah melampaui ambang ekonomi atau ambang pengendalian. Jangan mengaplikasikan pestisida pada saat populasi atau intensitas serangan OPT masih di bawah ambang ekonomi, atau secara reguler tanpa memperhatikan populasi/intensitas serangan OPT, apalagi tidak ada serangan OPT. Hal ini dimaksudkan agar aplikasi pestisida hanya pada waktu yang diperlukan dan tidak berlebihan.
Selain
mempertimbangkan ambang ekonomi, aplikasi pestisida perlu memperhatikan stadia
peka sebagian besar populasi OPT terhadap pestisida. Aplikasi pestisida pada
stadia peka akan lebih efektif walaupun dengan dosis rendah dan tidak perlu
diulang dalam jangka waktu pendek. Contoh: aplikasi pestisida untuk
mengendalikan ulat grayak sebaiknya dilakukan pada waktu larva berada pada
instar 1--3, karena larva pada instar berikutnya (instar 4--6) relatif lebih
tahan terhadap pestisida. Stadia yang relatif tahan pestisida pada umumnya
adalah telur dan pupa.
b. Dosis Aplikasi
Dosis (liter atau kilogram pestisida per hektar tanaman) dan konsentrasi (mililiter atau gram pestisida per liter cairan semprot) yang digunakan adalah dosis dan konsentrasi minimum yang efektif terhadap OPT sasaran. Hal ini dimaksudkan agar penggunaan pestisida tidak berlebihan dan residunya tidak tinggi. Di samping itu, penggunaan pestisida yang berlebihan dapat mempercepat terjadinya resistensi.
Informasi tentang dosis dan konsentrasi efektif yang dianjurkan dapat dibaca pada label masing-masing pestisida. Contoh: apabila dosis satu liter per hektar suatu pestisida cukup efektif untuk mengendalikan OPT A, maka pestisida tersebut tidak perlu diaplikasikan dengan dosis lebih daripada itu.
Dosis pestisida yang berlebihan tidak berpengaruh nyata terhadap efektivitas, tetapi dampak negatif yang ditimbulkannya dapat berbeda nyata; terutama residu pestisida, percepatan resistensi, pemborosan, dan pencemaran lingkungan hidup.
Dosis (liter atau kilogram pestisida per hektar tanaman) dan konsentrasi (mililiter atau gram pestisida per liter cairan semprot) yang digunakan adalah dosis dan konsentrasi minimum yang efektif terhadap OPT sasaran. Hal ini dimaksudkan agar penggunaan pestisida tidak berlebihan dan residunya tidak tinggi. Di samping itu, penggunaan pestisida yang berlebihan dapat mempercepat terjadinya resistensi.
Informasi tentang dosis dan konsentrasi efektif yang dianjurkan dapat dibaca pada label masing-masing pestisida. Contoh: apabila dosis satu liter per hektar suatu pestisida cukup efektif untuk mengendalikan OPT A, maka pestisida tersebut tidak perlu diaplikasikan dengan dosis lebih daripada itu.
Dosis pestisida yang berlebihan tidak berpengaruh nyata terhadap efektivitas, tetapi dampak negatif yang ditimbulkannya dapat berbeda nyata; terutama residu pestisida, percepatan resistensi, pemborosan, dan pencemaran lingkungan hidup.
c. Sasaran Aplikasi
Perlu diupayakan semaksimal mungkin agar aplikasi pestisida diarahkan pada sasarannya yang tepat, dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
° Tidak diaplikasikan pada bagian tanaman yang akan dikonsumsi. Apabila yang akan dikonsumsi adalah buahnya, maka aplikasi pestisida tidak diarahkan pada buah.
° Aplikasikan pestisida pada bagian tanaman yang terserang atau ada populasi OPT-nya. Hal ini dimaksudkan agar pestisida terfokus pada bagian tanaman yang memerlukannya; sehingga efektif, efisien, dan tidak meninggalkan residu pada bagian tanaman yang tidak perlu diaplikasi. Contoh: apabila serangan OPT terjadi di pangkal batang, maka bagian yang diaplikasi pestisida cukup di pangkal batang saja, tidak seluruh bagian tanaman.
Perlu diupayakan semaksimal mungkin agar aplikasi pestisida diarahkan pada sasarannya yang tepat, dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
° Tidak diaplikasikan pada bagian tanaman yang akan dikonsumsi. Apabila yang akan dikonsumsi adalah buahnya, maka aplikasi pestisida tidak diarahkan pada buah.
° Aplikasikan pestisida pada bagian tanaman yang terserang atau ada populasi OPT-nya. Hal ini dimaksudkan agar pestisida terfokus pada bagian tanaman yang memerlukannya; sehingga efektif, efisien, dan tidak meninggalkan residu pada bagian tanaman yang tidak perlu diaplikasi. Contoh: apabila serangan OPT terjadi di pangkal batang, maka bagian yang diaplikasi pestisida cukup di pangkal batang saja, tidak seluruh bagian tanaman.
V. KESIMPULAN
Kesimpulan
yang dapat diperoleh dari praktikum kali ini adalah :
1.
Penggolongan
pestisida menurut jasad sasarannya dibagi kedalam berbagai golongan , diantaranya
insektisida (racun hewan), fungisida(racun jamur/ cendawan)
, herbisida (racun gulma/ racun tumbuhan pengganggu), dan rodentisida( racun binatang pengerat).
2.
Bahan Aktif adalah
bahan kimia dan atau bahan lain yang terkandung dalam pestisida dan pada
umumnya merupakan bahan yang berdaya racun.
3.
Penggunaan insektisida secara
berlebihan dapat menimbulkan berbagai masalah, diantaranya terjadi resistensi
(kekebalan) pada hama sasaran.
4.
Formulasi adalah
campuran bahan aktif dengan bahan lainnya dengan kadar dan bentuk tertentu yang
mempunyai daya kerja sebagai pestisida sesuai dengan tujuan yang direncanakan.
5.
Menurut cara kerja atau
distribusinya didalam tanaman, insektisida dibedakan menjadi tiga macam yaitu
insektisida sistemik, insektisida non-sistemik, dan insektisida sistemik lokal.
DAFTAR PUSTAKA
Girsang, Warlinson.
2009. Dampak Negatif Penggunaan Pestisida.
Pematang
Siantar : Disertasi Universitas
Simalungun.
Insektisida
Mikroba.html). Diunduh pada
tanggal 16 April 2011,
pukul 20.30 WIB
Sukoco. 1999. Pertanian
Masa Depan. Kanisus: Yogyakarta
Tarumingkeng,Rudy. C. 1992. Insektisida ; sifat ,Mekanisme Kerja, dan Dampak
Penggunaanya.UKRIDA Press, Jakarta.
Wawan Zulmawan.1997. Mutu Pangan Harus Bebas Residu Pestisida.Warta
Pertanian,
No.173, Oktober, Jakarta.
LAMPIRAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar